PROLOG
Mama selalu bilang kalau hidup itu cuma sekali, bodoh banget kalau kita milih untuk menyia-menyiakan satu kali kesempatan hidup yang diberikan Tuhan pada kita.
Mama selalu bilang, ada dua cara ampuh agar hidup kita selalu bahagia. Yang pertama dan yang paling manjur menurut Mama ialah menuruti kata hati kita untuk melakukan hal yang kita sukai dan impikan.
Kemudian, hal kedua yang paling manjur menurut Mama yaitu, jangan mudah merasa terpuruk dan menganggap diri kita adalah satu-satunya orang yang punya masalah di dunia ini, padahal nyatanya, di luar sana masih banyak orang yang hidupnya nggak seberuntung kita.
Hidup itu harus dijalani dengan suka cita dan penuh rasa syukur. Rugi banget kalau kesempatan hidup yang cuma satu kali ini dipake buat ngelakuin hal-hal yang bodoh dan mengeluh sepanjang waktu.
Kalau ada awards dengan kategori the best motivator, Mama pasti bakalan jadi saingannya Mario Teguh. Wejangan yang dikasih Mama itu emang positif banget.
Tapiiiii, pada kenyataannya hidup kadang nggak semulus itu. Ngejalaninnya nggak semudah quotes atau seindah kata mutiara yang sering dituturkan Mama ataupun motivator lainnya.
Buktinya aja aku, ketika aku ingin menuruti kata hati aku untuk melakukan hal yang aku sukai dan impikan, semuanya nggak berjalan sesuai ekspektasi. Aku punya mimpi yang positif, punya niat untuk mewujudkannya, punya passion untuk melakukannya, tapi tetap aja sulit!
Ya ampun! Biar kuperjelas, mimpiku itu cuma pengin jadi chef pastry yang menyajikan pastry super enak ala menu kelas dunia. Dan untuk bisa ngewujudinnya itu yaitu dengan mengenyam pendidikan di Le Cordon Bleu, kampus impian! Surga dunia versiku! Keren banget lah kalau aku bisa jadi lulusan sana. Tapi balik lagi ke kenyataan bahwa semuanya itu nggak gampang.
Papa pasti nolak mentah-mentah keputusanku ini, biaya kuliah di Le Cordon Bleu juga nggak murah, belum lagi kemampuan bahasa Inggrisku yang pas-pasan. Haduh, banyak bangetlah rintangannya.
Kenapa sih mimpi itu susah banget buat diraih? Kenapa mimpi itu kadang begitu bertentangan dengan realita?
Ah, seharusnya sebelum Mama pergi, Mama kasih tahu aku dulu, apakah semua mimpi yang aku punya itu harus diwujudkan? Atau nggak masalah kalau aku cuma terus bermimpi sampai aku dewasa, hingga mimpi itu perlahan menghilang dengan sendirinya? Apa emang boleh sebatas itu aja dan aku bisa tetap merasa bahagia?
Di saat-saat begini, aku jadi kangen Mama. Ya ampun, rasanya aku pengen nangis sekarang. Kalau udah gini mau nggak mau aku harus mengakhiri tulisan ini sekarang juga. Selanjutnya yang bisa kulakuin cuma tidur, berharap sosok Mama bisa hadir dalam mimpi aku jadi aku bisa curhat secara langsung tentang banyak hal ke beliau.
Hah, andai Mama dan aku masih di alam yang sama.
Yaudahlah, lagian buat apa aku berharap sesuatu yang mustahil? Sia-sia.
Kalau misal Mama betul-betul hadir di mimpi aku malem ini dan aku berkesempatan curhat ke Mama, pasti besok aku tulis deh ceritanya di diary ini. Tunggu aja.
Tertanda,
md
****
Yuhuw, selamat datang di kisah Yasa, salah satu tokoh dari Boys Club di High School Series.
Gimana prolognya? Hehe. Semoga kedepannya teman-teman betah baca kisah Yasa dan tokoh-tokoh kece dari SMA Nusa Cendekia ini yaa Wkwkwk.Jangan lupa beri dukungan lewat vote maupun komen, ya!💖
With love,
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen FictionYASA "Yang rasa sukanya telanjur disalahartikan" a novel by Ega Dyp Daza naksir Yasa sejak SMP, tapi Yasa enggak. Daza menganggap pertemuannya dengan Yasa di SMA Nusa Cendekia adalah anugerah, tapi Yasa menganggap itu justru bencana. Daza selalu me...