Chapter 2 : Bertemu Lagi
"The scariest thing about distance is that you don't know whether they'll miss you or forget you." –The Notebook
***
"Cewek yang di stan pendaftaran tadi siapa sih, Yas?"
Brak!
Bunyi itu berasal dari perpaduan antara tas sekolah berwarna hitam milik Yasa dan kursi kayu di kamar Aji.
"Adek kelas gue pas SMP," jawab Yasa setelah menghela napas panjang. Dia menjatuhkan bokongnya ke atas kasur bersprei hitam putih dengan logo klub sepakbola asal Italia yang menjadi favorit pemiliknya. Diliriknya Putra, orang yang tadi bertanya, yang kini sibuk mengutak-atik PlayStation terbaru milik Aji agar bisa segera dimainkan.
Aji masuk ke kamarnya sambil membawa sebuah kotak dengan merek brownies ternama di kota ini yang kemudian diletakkannya ke atas meja. "Makan nih brownies, siapa tahu kalian bisa jadi manis."
"Garing!" cibir Yasa.
Aji pun mulai mengikuti jejak Putra. Duduk lesehan di lantai dengan mata terfokus pada layar 21 inch di depannya yang menampilkan salah satu game paling hits bagi anak-anak cowok: Pro Evolution Soccer.
"Numpang tidur gue, Ji. Ntar kalau mau magrib, bangunin." Yasa merebahkan tubuhnya di kasur Aji yang empuk. Kemudian matanya terpejam.
"Kok lo kaget gitu, Yas, liat adik kelas lo pas SMP daftar di ekskul yang sama kayak lo?" tanya Putra tiba-tiba.
"Karena gue sama sekali nggak menduga kehadirannya," jawab Yasa tanpa membuka matanya.
"Dia keliatan kayak akrab banget sama lo. Kalian pasti deket pas SMP?" tebak Putra.
"Dia yang sok deket."
"Namanya tadi siapa? Dasa? Daza?"
"Jangan sebut namanya. Dia itu kayak jelangkung. Datang nggak diundang, pulang nggak bisa diusir."
Putra dan Aji kontan terkekeh geli.
"Btw, mukanya manis imut gitu, mirip Eun Ji," tambah Aji.
Mata Yasa kontan terbuka, "Hah? Enji? Mantan laki Ayu Ting Ting?"
"Eun Ji, Yasminn!" Aji memelotot.
"Ya allah, Ji. Siapa lagi itu yang lo maksud? Gue nggak kenal."
Aji berdecak, "Itu lho, personil Apink." Meski petunjuk paling krusial sudah dilontarkan Aji, Yasa tetap tidak tahu.
Aji mulai mengata-ngatai Yasa yang kurang update.
"Udahlah, lo nggak usah sok-sok demam Korea. Muka lo nggak ngimbangin."
Putra tertawa ngakak di tempatnya apalagi ketika melihat wajah Aji yang sok sakit hati. "Terimakasih atas pujiannya. Gue memang saingan nyata G-Dragon," tutur Aji sarkas.
"Hah? Dragon Ball? Goku?" ulang Yasa bingung. Aji menghela napas pasrah. Salah tempat kalau dia bahas Korea sama teman-temannya ini. Nggak bakal nyambung. Otak Aji sendiri bisa terkontaminasi dengan idol di negara ginseng tersebut karena dia punya kakak dan adik perempuan yang demen Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Novela JuvenilYASA "Yang rasa sukanya telanjur disalahartikan" a novel by Ega Dyp Daza naksir Yasa sejak SMP, tapi Yasa enggak. Daza menganggap pertemuannya dengan Yasa di SMA Nusa Cendekia adalah anugerah, tapi Yasa menganggap itu justru bencana. Daza selalu me...