37

2.5K 301 10
                                    

-backache-

Jimin

"sayang"

"suamiku"

"park jimin"

Aku mengerang begitu sebuah tangan kurus menekan-nekan pipiku. Aku baru saja bisa tidur setelah menuruti rasa ngidam seulgi dan sekarang istriku itu mencoba membangunkanku?

Dengan mata sayup aku menatap seulgi yang berada di pelukanku. Oh sial! Tatapan matanya yang memohon seperti ini membuatku tak tahan untuk menolak apapun keinginannya setelah ini.

Ibu hamil memang mengerikan.

"apa sayang? ada sesuatu yang kau inginkan lagi?" tanyaku.

Seulgi menggeleng.

"lalu apa? kau mengganggu tidurku" kataku.

Sesaat aku mengatakannya, seulgi menatapku dengan tatapan tidak percaya dan setelah itu ia menangis.

"sayang kenapa menangis?" tanyaku panik.

"kau jahat! aku kan se—sedang mengandung anakmu" jawab seulgi sambil terisak.

Bodoh. Aku sudah menyinggung perasaan sensitifnya.

Dengan cepat ku tarik tubuh seulgi hingga wajahnya berada tepat didadaku. Ku kecup puncak kepalanya berkali-kali sebagai tanda jika aku menyesal.

Menyesal membuatnya menangis.

"maaf" bisikku.

Seulgi tidak menjawab dan masih saja menangis, membuatku semakin merasa bersalah.

"kau butuh apa hmm? katakan saja, kau tidak menggangguku. aku hanya bercanda"  kataku.

Seulgi menarik wajahnya dari dadaku, setelah itu ia menatapku.

Sial. Wajahnya terlalu polos.

"ak—aku cuma mau minta kau mengelus punggungku, rasanya punggungku nyeri dan mati rasa" gumam istriku.

Aku tersenyum. Ku lumat bibirnya pelan sebelum mengelus punggungnya.

Kehamilan membuat punggung seulgi sering sakit, sama seperti saat ia mengandung jaehwa. Terkadang istriku bisa tidak tidur semalaman karenanya.

"jimin" bisiknya.

"apa sayang?"

"apa kau masih mencintaiku—maksudku tubuhku pasti tidak akan menarik lagi setelah melahirkan anak kedua" seulgi berkata dengan pelan.

"bodoh! tentu saja aku mencintaimu" aku menggeram kesal.

Seulgi tersenyum senang.

"kau tau kelemahanku kan, jangan menggodaku atau aku tidak bisa menahannya lagi" bisikku.

"baik-baik tuan tampan" balas seulgi sambil terkikik.

"tidurlah love"  kataku dengan masih mengusap punggungnya.

Seulgi mengangguk patuh, setelah itu kedua tangannya memeluk pinggangku dan ia menempelkan dahinya pada dahiku. Membuat hidung kami bersentuhan.

Aroma tubuhnya yang khas membuatku menggeram pelan. Aku tau ia sedang menggodaku.

Lihat saja! Akan kubalas kau istriku.

TOGETHER FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang