d u a

25.5K 1.2K 20
                                    

Kamu hanya perlu jadikan masalalu sebagai pelajaran kedepannya. Bukan sebuah keteraumaan selamanya.

THE BABY TWIN
SA__SF

****

FIRA'S POV

Tidak terbesit sedikitpun di benakku tentang hamil di luar nikah. Siapa akan menduga hal itu akan terjadi? Aku selalu dijejalkan agama sejak dini, tapi hanya karena pergaulan semuanya sirna. Semua ajaran agama yang sejak dulu melekat pada diriku mendadak hilang bak debu yang tersapu angin.

Memang sekejam itu pergaulan, dapat mengubah orang 'baik' menjadi 'buruk'. Tapi sebenarnya, semuanya kembali lagi pada orang itu sendiri, ia harus pandai membawa diri dan harus bisa memegang teguh imannya. Bukan seperti diriku ini.

Awalnya masa depan itu tertata rapi, tetapi secara tak sadar menjadi berantakan hanya karena satu kesalahan. Yah, satu kesalahan yang sangat fatal.

Menyesalpun rasanya tak berguna, semuanya sudah terjadi. Jadi, jalani saja dengan kehati-hatian untuk kedepannya. Berfikir logis dan berfikir kedepan sebelum mengambil sebuah tindakan.

Pasti, di balik takdir 'buruk' ini menyimpan sejuta makna tersendiri. Intinya kamu hanya harus percaya kepada takdir tuhan. Apapun agama kamu.

Memiliki anak kembar fraternal atau biasa di sebut kembar non-identik adalah sebuah anugrah yang begitu membahagiakan. Apalagi melihat tingkah menggemaskan keduanya, terkadang membuat orang di sekitarnya gemas sendiri.

Rezaka Zaifi Haizan dan Renata Zaifi Haizan adalah nama lengkap mereka. Eza dan Ena panggilan mereka. Well, yeah aku memasukan nama keluarga ayah biologis mereka, aku tak sejahat itu untuk melupakan segalanya tentang dia.

Fakta yang paling menyebalkan adalah wajah mereka sangat mirip dengan ayah itu. Terutama Eza, dia benar-benar duplikat ayahnya tidak ada sedikitpun yang mirip denganku. Dari bentuk wajah, warna mata, bibir, hidung, sifat, kebiasaannya, kepintarannya, bahkan sampai makanan yang tak di sukai ataupun di sukainya.

Dan untuk Ena dia 11/12 mirip ayahnya, yang beda hanya bentuk mukanya yang mirip denganku.

Huh, aku yang melahirkan, tapi mereka mirip orang yang ingin membunuhnya. Astaghfirullah, kamu gak boleh begitu.

Aku tak akan bisa melupakan kejadian dimana dia menolak kehadiran mereka, menyuruhku untuk membunuh mereka dengan kejinya. Ah, satu lagi, bahkan dia sempat meragukan kehadiran mereka.

"Bunda ayo berangkat!" Seruan itu membuat lamunanku buyar.

Aku melihat kearah kedua anakku yang sudah siap menggunakan tas di pundak mereka. Ku alihkan pandanganku ke meja makan, "kok sudah rapi aja, ya? Seberapa lama aku melamun?" Batinku.

Aku mengangguk lalu bangun dari kursi, "bekal kalian sudah di masukan?"

"Sudah, bun. Bunda dali tadi melamun telus, sih. Kita siap-siap aja ndak tau," kata Ena cemberut. Aku hanya terkekeh mendengar suara imutnya.

"Iya, maafkan bunda ya, sayang."

"Jangan melamun lagi, bun. Setan nanti gampang masuk," nasihat Eza bak orang dewasa. Yah, memang Eza ini walau dia masih berumur 4 tahun dia sudah mengerti banyak hal.

"Iya, sayang. Ayok kita berangkat!"

🌷🌷🌷

AUTHOR'S POV

Sesampainya di Paud Semesta, Fira langsung mengantarkan keduanya ke kelasnya. Untuk mencari paud yang membolehkan anak kembar satu kelas itu sangat sulit, terutama di daerah jakarta. Dengan alasan, agar anak dapat mengembangkan identitas independen mereka dan tidak tergantung kembarannya. Malah, alasan lainnya lebih konyol, yaitu menjauhkan dari kemungkinan keduanya akan gagal jika berada di kelas atau sekolah yang sama.

Beberapa ahli justru menyarankan anak kembar untuk selalu bersama agar karakter, emosi, dan pertumbuhannya dapat berkembang lebih baik. Jika pemisahan dilakukan, maka hal itu malah dapat merusak pengalaman pendidikan mereka. Dari sisi psikologis, setiap anak kembar biasanya merasa nyaman berada di dekat kembarannya. Ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah entah pelajaran atau pertemanan, tentunya mereka akan lebih mudah untuk saling mendukung.

Yang jelas, orangtua yang memiliki anak kembar harus mempertimbangkan dan mengevaluasi pemilihan sekolah yang bisa memajukan kemampuan tiap-tiap anak, termasuk dinamika hubungan dan individu gaya belajar anak.

"Kalian hati-hati, ya. Kakak jagain adeknya, nanti bunda jemput kalian tunggu di posnya pak satpam ya," ucap Fira sambil mencium pipi kedua anaknya bergantian.

"Iya, siap, bun!" Seru keduanya.

"Good job! Bunda berangkat dulu, ya."

Eza dan Ena bergantian menyalami tangan Fira. Setelah memastikan Eza dan Ena duduk di kursinya ia langsung menuju tempat parkir.

"MBAK FIRA!" Merasa namanya di sebut, ia memutar tubuhnnya 180° untuk melihat siapa yang memanggilnya dengan lantang.

Matanya melebar untuk memastikan orang yang memanggilnya adalah adik dari ayah biologis anaknya. Semakin mendekat, semakin jantung Fira berdebar. Dia Rania Putri Haizan.  "Ngga, dia ngga boleh tau tentang keberadaan Eza dan Ena," Ucapnya dalam hati.

"Mbak apa kabar?" Tanyanya dengan excited.

"Seperti yang kamu lihat, Ran, mbak baik-baik saja." Balas Fira dengan senyum yang amat di paksa.

"Mbak kemana aja selama ini? Abang selalu nyariin mbak, tapi mbak malah menghilang bak di telan bumi."

Bulshit, bukannya dia yang menginginkan aku pergi. Sepertinya dia berpura-pura seolah dialah orang yang paling tersakiti. Lucu sekali mengetahui kebiasaannya tak berubah sedari dulu. Sungguh, dia adalah KING OF DRAMA.

"Yakin tuh dia kehilangan mbak? Bukannya dia ya yang nyuruh embak pergi ya?" Fira tertawa sumbang, terlihat sekali nada kekecewaan di dalamnya.

"Maksud mbak gimana?"

"Lebih baik kamu tanyain aja ke kakak tersayangmu itu," sahutnya sambil tersenyum evil. "Ah, ya mbak duluan ya. Takut telat."

"Tunggu, mbak! Kenapa mbak berubah gini, sih?"

"Seiring berjalannya waktu setiap manusia pasti berubah. Tidak mungkin seperti itu-itu saja, kan?"

"Tapi kenapa mbak kelihatannya ngga suka sama aku sekarang?"

"Ngga papa." Fira langsung pergi meninggalkan Reni yang terus menyerukan namanya.

"MBAK BOLEH BENCI SAMA ABANG, TAPI KENAPA MBAK BENCI AKU JUGA?!"seruan itu membuat Fira berhenti seketika. Fira memejamkan matanya sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam lalu melanjuti jalannya yang tertunda karena seruan Rania.

"Tunggu, mbak!" Rania berlari agar bisa mencekal lengan Fira. Setelah berhasil ia menahan lengan Rania erat-erat agar tidak lepas. "Embak udah nggak nganggep aku adek lagi ya?"

"Sejak kapan kamu jadi adek saya?" Tanya Fira dengan datar. "Maaf, saya duluan. Saya sibuk."

T O   B E   C O N T I N U E D

Bagaimana dengan versi revisinya? Hope you like it, guys!

Jangan lupa tetap vote and comment yaw, dengan itu kamu menghargai penulis:)

Babay! Sampai ketemu di next chap🤗

THE BABY TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang