t u j u h

18.2K 757 32
                                    

Ingin mengelak akan kehadiran sebuah rasa yang bernama cinta itu terlalu sulit, karena disini yang berperan adalah hati, bukan pikiran.

THE BABY TWIN
SA__SF

•••

AUTHOR'S POV

"Daddy kenapa diam telus, sih?" Pertanyaan Ena membuat Fira dan Eza menatap tersangka.

Gibran mengulas senyum, mengelus pucuk kepala ena dengan tangan kirinya sedangkan tangan satunya digunakan untuk memegang setir.
"Daddy, ngga apa-apa sayang."

"Kamu beneran ngga apa-apa, Gib? Kalau kamu sakit biar aku aja yang ganti nyetir," usul Fira.

"Keliatannya khawatir banget sih, Fir?" Goda Gibran sambil menatap Fira lewat kaca spion yang terletak di dalam mobil, menempel pada plafon mobil.

"Jelaslah aku khawatir, wong kamu lagi nyetir bawa aku dan anak-anak aku. Gimana gak khawatir coba?"

"Hahaha iya juga ya." Gibran terkekeh sendiri, mengapa ia mudah sekali terbawa perasaan? Aishhh mengapa dadanya terasa begitu nyeri? Seperti ada yang menyubit ulu hatinya.

Oke, ini waktunya move on, harus sampai seberapa lama lagi untuk stuck padanya? cari saja penggantinya bisa jadi seiring waktu berjalan dapat melupakannya, who know?

"Gib, kita langsung pulang kerumah, ya."

"Kenapa ngga balik ke kantor? Biasanya 'kan gitu," Gibran merasa heran karena bukan sekali dua kali tapi berkali-kali ia ikut menjemput double R dan pastinya mereka berdua ikut ke kantor. Dan Fildan juga mengizinkan hal itu, terbukti dari kamar khususnya yang di gunakan untuk double R beristirahat atau bermain.

"Besok aku 'kan flight. So aku harus mempersiapkan segalanya yang akan di bawa ke Australia."

"Puasa pertama kamu di Australia, dong?"

"Iya, tapi untuk sholat tarawih pertama disini," balas Fira tersenyum simpul.

"Kenapa mendadak gini, Fir?" Tanya Gibran ketika lampu merah menyala.

"Tanya sahabat kamu itu yang ngasih taunya dadakan."

"Kenapa ngga ditolak aja? Kalau Fildan ngancem pecat kamu, kamu bisa kerja di kantor aku."

"Mau cari suasana baru," dan juga aku ingin menghindar dari masalalu yang telah kembali, lanjutnya dalam hati.

"Aku pasti kangen anak-anak dan kamu, Fir," gumam Gibran dengan lesu.

"Apaan sih, Gib, kayak mau pisah sama orang yang di cinta aja kamu mah," sahut Fira sambil terkekeh, tidak memperhatikan raut Gibran yang mulai berubah.

"Anak-anak udah tidur ya, Fir?"

"Iya nih, Gib, kayaknya kecapekan."

"Fir, aku mau ngomong jujur boleh?"

"Oh berarti semua ucapan kamu itu tadinya bohongan?"

"Bukan, bukan, maksud aku, aku mau ngomong serius."

"Oh, mau ngomong apa?"

"I don't know when it started. I like you, Fir. I hope with this statement of love can change your decision to not accept the project given by Fildan."

"Sorry, aku ngga bisa. You know that I'm a single parent who will certainly be rejected outright by your family."

"Ngga akan ada yang bisa ngelarang aku buat suka sama kamu, Fir."

THE BABY TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang