Karena pada kenyataannya mengungkapkan perasaan itu tak semudah google bilang.
THE BABY TWIN
SA__SF•••
GIBRAN'S POV
Rasa itu tumbuh secara tiba-tiba, tanpa sebuah prediksi sebelumnya. Awalnya, kukira ini hanya debaran biasa, nyatanya ini bukan sembarang debaran. Detak jantung yang tak wajar, merasa kaku dan terkadang bertingkah bodoh di depannya hanya agar mendapat simpatiknya. Orang bilang, ini pertanda cinta.
Mengetahui orang yang kamu cinta ternyata masih mencintai orang lain, rasanya sakit sekali. Bak di telan oleh mangsa secara hidup-hidup.
Sempat ada pikiran untuk menyerah, tapi sekali lagi hati berkata; lo nyerah sama aja lo pengecut! Sampah masyarakat. Ungkapkan kalau lo suka, jangan diem-diem kek curut yang maling makanan di dapur!
Baiklah, dengan keputusan yang sangat bulat, aku bertekad hari ini akan mengungkapkan isi hatiku kepada Fira.
Aku melirik arloji yang berada di tangan kiriku, "setengah sepuluh? Ini kesempatan bagus! Gue bisa beralasan dengan mengantar Fira menjemput double R. Otak terimakasih karena engkau, daku bisa berpikir."
Ya, semanakutkan itu cinta, bisa mengubah seorang yang selalu stay cool menjadi gila. Bukankah sebuah lagu mengatakan, cinta ini kadang kadang tak ada logika? And it's real! Karena aku merasakannya.
"Lebih baik gue nelphone Fildan dulu, deh, supaya Fira gak ribet izin ke tuh anak bangsul," gumamku sambil mengeluarkan hp dari kantong jas kiriku.
"Woy bro, gue izin bawa Fira untuk jemput anak-anaknya, ya!"
"Bilang aja lo pen modus!"
"Gue cowok, men! Jadi maklum kalau gue suka modus."
"Heleh. Bawa aja no si sapira, capek gue debat sama dia. Masa dia bilang gini, 'dasar boss rasa office boy!' Gilakan dia?! Berani-beraninya ngatain bos!"
"Curhat tong? Ck, kata gue mah ya, yang di katain Fira ada benernya deh. Lo ngga ada cocok-cocoknya sama sekali jadi bos."
"DASAR SAHABAT LAKNAT!"
Tut.
Aku langsung mematikan sambungan telphonenya, agar tak mendengar suaranya yang begitu memengakkan telinga. Aku tak bisa menghentikan tawaku karena mendengar curhatan serta makian Fildan tadi. Sungguh, sejak dulu hingga sekarang tak ada sedikitpun yang berubah dari sifatnya.
"Lan, saya pulang dulu, ya. Berkasnya sudah saya tanda tangani, kamu bisa ambil berkasnya di meja saya," kataku kepada Wulan--sekretaris--ku yang sedang sibuk mengetik entah apa di komputernya.
"Baik, pak." Balasnya dengan senyum simpul. Pribadi yang baik dan kecerdasan yang sangat menganggumkan membuatnya langsung di terima saat melamar menjadi sekretaris. Padahal, pada saat itu dia belum lulus, tapi karena kepintarannya itu tanpa ragu aku mengacc dia untuk menggantikan sekretarisku yang mengundurkan diri karena dilarang oleh suaminya untuk bekerja.
Mungkin, di luar sana banyak yang menyukai sosok Wulan ini di karenakan keelokannya dan pembawaan sifat yang sangat baik. Entahlah, mengapa aku tak tertarik dengannya, padahal jika di fikir-fikir Wulan lebih the best. Tetapi di hati tetap stay pada Fira tercintahhh.
"Pak tolong ambilkan mobil saya, saya tunggu di depan lobby." Inilah sisi enaknya menjadi seorang boss, bisa menyuruh bawahan ketika kita terlalu malas untuk melakukan sesuatu. Sesekali bersifat bossy tak masalah bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BABY TWIN
RandomMemang, seluruh isi dunia dapat kau miliki. Tapi tidak dengan hati yang telah terlukai. Kecewa. Rasa itu tetap terpatri di dalam dada. Jangan salahkan pada rasa. Karena rasa itu tumbuh karena sebuah ucapan yang tak di tepati. --Fira Naraya Pandhita...