Makan siang bersama seorang atasan bukanlah sesuatu yang menyenangkan, itulah yang dipirkan Lalisa saat ini.
Berada di ruangan Hanbin dengan banyak makanan di depan mereka adalah hal yang sama sekali tidak menarik selera makan Lalisa. Ia berulang kali mengatakan kepada diri sendiri untuk menikmati saja apa yang tersaji saat ini. Akan tetapi, pikirannya masih kacau sebab anaknya yang berada di rumah sedang demam. Lalisa menunduk, ia tidak berani mematap Hanbin. Siapa tahu Hanbin dapat membaca raut wajah Lalisa, dan itu akan membuat wanita itu merasa bersalah karena ia terlihat seperti tidak menghargai apa yang telah Hanbin siapkan saat ini.
"Maafkan aku sebelumnya, karena kita harus makan di ruangan kerjaku," Hanbin memulai sembari menata piring untuk Lalisa dan juga dirinya. Sikapnya ini sangatlah berbanding terbalik dengan dirinya yang sebelumnya Lalisa lihat.
Hanbin kembali menyelesaikan kalimatnya, "aku tidak bisa meninggalkan ruang kerjaku ketika bawahanku tidak ada di tempat. Aku juga terlalu memberatkan pekerjaan dibanding apapun hahaha."
Tipe penggila kerja, pikir Lalisa. Wanita itu menatap apa yang sedang Hanbin lakukan tetapi dengan wajah masih dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang mengganggunya. Hanbin mendongakan kepalanya dan menatap Lalisa dengan tatapan penasaran.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Hanbin yang kemudian menyadarkan Lalisa dari lamunannya.
Lalisa hanya tersenyum tipis, "aku baik-baik saja, Pak."
"Hilangkan panggilan itu atau akan kusuruh kau pindah ruangan dan berada di sini bersamaku untuk 24/7," ancam Hanbin yang membuat Lalisa sulit bernapas.
Memiliki ruangan di dekat ruangan Hanbin saja sudah membuat Lalisa siap-siap terkena penyakit jantung, apalagi harus berada satu ruangan dengan pria itu. Bisa-bisa Lalisa benar-benar mengalami sakit jantung dan darah tinggi. Lalisa hampir saja ingin mengomel sebelum akhirnya ia teringat siapa pria yang sedang ia hadapi.
"Aku tahu kau sedang menahan dirimu yang sebenarnya untuk keluar. Lagipula, kau tidak perlu setegang itu bersamaku, Lalisa. Bahkan kau bisa akrab dengan ayahku, mengapa kau begitu sulit akrab denganku?" Hanbin menyunggingkan senyuman yang Lalisa anggap sebagai senyuman menakutkan.
Lagi-lagi Lalisa mencoba menahan dirinya agar tidak meledak. Mood-nya sudah berantakan semenjak Hanna memberitahunya bahwa anaknya sedang demam di rumah, dan kini ia harus bersikap pura-pura sabar di depan atasannya. Sangat melelahkan. Lalisa tidak pernah merasa selelah ini berada di kantor, kecuali jika memang pekerjaannya menumpuk. Namun lihatlah saat ini, pekerjaannya menumpuk ditambah ia harus menghadapi atasan barunya yang menurut Lalisa adalah sebuah penguji kesabaran yang luar biasa.
"Kalau begitu kita mulai saja makan siangnya. Aku takut kau tidak akan dapat mencicil pekerjaanmu dikarenakan diriku," Hanbin berkata cepat sambil mengambil beberapa makanan dan sayur ke dalam piringnya. Ia sengaja tidak mengambilkan makanan ke piring Lalisa karena ia tidak tahu apa yang Lalisa suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Big Mistake
FanfictionI hate you as much as I loved you before ㅡLalisa. Published: 21 Desember 2019