"Sorry, you late. You are pregnant."
Mendengar hal tersebut membuat benteng kepercayaan diri Lalisa runtuh begitu saja. Ia tidak tahu bahwa ia terlambat untuk membenahi segalanya. Walaupun pada kenyataannya bukan hanya dia yang bersalah. Tidak! Sebenarnya bukan Lalisa yang bersalah. Ia sama sekali tidak bersalah. Namun apa dayanya jika ia sudah hamil seperti ini? Siapa yang harus dipersalahkan? Tidak mungkin lelaki itu bertanggung jawab. Lalisa tidak ingin membuatnya merasa tertekan.
Rasa sayang dan cintanya terhadap lelaki itu memang begitu besar. Akan tetapi, semua ini salah. Ia tidak bisa membiarkan lelaki itu tahu. Ia juga tidak bisa menggugurkan kandungannya. Bukan karena ia senang bahwa kandungan ini adalah hasil dari benih lelaki tersebut. Bukan juga karena ia menginginkannya. Namun, benih yang akan berubah menjadi janin dan pada akhirnya memiliki nyawa ini sama sekali tidak pantas dipersalahkan. Ia tidak pantas menghakimi calon bayinya kelak. Dengan menggugurkan ataupun melakukan aborsi, sama saja Lalisa menghakimi nyawa tidak bersalah itu.
Pertahanan diri Lalisa runtuh seketika. Ia harus kabur. Ia ingin lari dari semuanya. Tidak ada orang yang boleh tahu tentang ini. Ia harus menguburnya sedalam mungkin. Bagaimana pun caranya, ia ingin pergi dari klinik tersebut secepat mungkin dan pergi jauh dari daerah tersebut. Ia ingin melupakan segala hal yang terjadi walaupun itu akan sangat sulit. Apapun yang terjadi nantinya, Lalisa akan menghadapinya asalkan ia pergi dari hadapan lelaki itu.
Sejauh mungkin.
Dan dengan itu, Lalisa terbangun dari tidurnya. Keningnya berkeringat cukup banyak dan matanya sudah berair. Lagi-lagi ia memimpikan sesuatu yang benar-benar membuatnya ketakutan. Selain itu, mimpi-mimpi semacam itu memunculkan rasa bersalah di diri Lalisa. Ia keluar dari kamar untuk mencari Jiwon.
Ya, Jiwon memaksakan diri untuk bermalam di rumah Lalisa walaupun Lalisa terus menerus mengelak bahwa ia akan baik-baik saja. Akan tetapi, lihatlah sekarang, Lalisa sendiri yang akan pergi mencari Kim Jiwon untuk mencari ketenangan..
Lalisa menghapus air matanya sebelum membangunkan Jiwon dengan pelan, "Jiwon-ah... Kim Jiwon..." suara lembut Lalisa berhasil membuat Jiwon terbangun.
Jiwon langsung terkejut melihat betapa berkeringatnya Lalisa dan juga mata bengkak Lalisa, "ssttt! Aku di sini, Liz," Jiwon langsung merengkuh Lalisa ke dalam pelukannya setelah ia sadar apa yang kemungkinan besar terjadi pada Lalisa.
"B-bisakah... bisakah kau menemaniku tidur di kamar?" tanya Lalisa sedikit ragu-ragu karena malu. Ia malu mengakui bahwa mimpi buruknya akan masa lalu membuatnya tidak dapat tertidur nyenyak. Itu sangat mengganggunya.
Jiwon cukup terkejut dengan permintaan Lalisa. Biasanya Lalisa akan mengusirnya walaupun ia hanya mengatakan bahwa ia berniat tidur di apartemen wanita tersebut. Namun, kali ini Lalisa sendiri yang meminta Jiwon untuk menemaninya tidur. Di kamar. Kegilaan apa yang menimpa Lalisa? Akan tetapi, Jiwon kembali sadar. Ketakutan akan masa lalu yang Lalisa miliki memang terkadang membuat wanita tersebut meminta banyak hal yang aneh. Seperti saat inilah contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Big Mistake
FanfictionI hate you as much as I loved you before ㅡLalisa. Published: 21 Desember 2019