Etika perusahaan dan juga etika sopan yang selama ini ia pelajari yaitu memperhatikan, menatap, dan juga menanggapi pembicara di dalam suatu forum maupun presentasi. Namun, hal itu tidak Lalisa lakukan saat ini.
Untuk menatap pria yang sedang melakukan presentasi di depan saja ia tidak mampu. Pandangan Lalisa hanya akan tertuju pada proyektor dan buku catatan rapat sekretaris yang ia bawa. Hanya dua itu. Lalisa tidak memiliki kekuatan untuk hanya sekedar melirik CEO Eversince.
Suara berat yang terus memukul-mukul gendang telinga Lalisa saja sudah berhasil membuat Lalisa benar-benar tak berdaya. Apalagi jika ia menatap pria itu. Benteng pertahanan yang selama ini ia buat akan runtuh begitu saja jikalau ia menatap pria itu walau hanya satu detik.
"Kami telah melakukan riset....."
"..... dan kami juga berencana untuk mengembangkan....."
Lalisa menulis poin-poin penting yang pria itu katakan. Hanya poin penting saja. Pikirannya sedikit terganggu dengan keberadaan pria tersebut, tetapi Lalisa tetaplah seorang profesional. Ia harus bisa mengesampingkan seluruh perasaannya untuk pekerjaan agar hasilnya memuaskan. Setidaknya itu yang selalu Lalisa pegang teguh hingga saat ini.
Seseorang mengetuk pintu ruang rapat dan berhasil membuat seluruh mata tertuju pada pintu yang kini terbuka, menampakan sesosok pria dengan badan tinggi dan senyuman yang cukup memikat.
"Maafkan saya," pria itu membungkuk 90° di depan seluruh rekan-rekan yang berada di ruang rapat kemudian juga membungkuk kepada CEO Eversince yang sedang berdiri diam di tempatnya, "saya terlambat. Saya ditugaskan untuk menemui Presdir Hyunbin sebelum saya kemari dan sekarang saya akan menggantikan posisi sekretaris Lalisa," begitulah setidaknya alasan sopan yang Reinald berikan dihadapan seluruh peserta rapat.
Namun, ada satu hal yang tertangkap oleh mata tajam dan foxy Reinald, yang membuat pria itu menjadi sedikit was-was dan tegang.
Yaitu...
Perubahan mimik wajah CEO Eversince, saat Reinald menyebutkan nama 'Lalisa'.
ㅡoOoㅡ
Lalisa mengganti pakaiannya dengan wajah masih begitu pucat. Ia tak habis pikir bahwa pria yang ia lihat di ruang rapat tadi adalah Koo Junhoe. Setelah Reinald memberikan alasan sopannya agar ia dapat menggantikan Lalisa di meja rapat, seketika itu juga pria tampan dengan rambut sedikit berantakan yang tadi duduk di kursi seberang Hanbin langsung menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Hingga pada akhirnya, mata pria itu menatap tepat di manik mata Lalisa dan mereka mengunci pandangan masing-masing untuk beberapa detik sebelum Lalisa tersadar dan meminta ijin untuk pulang dengan alasan manisnya.
Saat ini, di otak Lalisa tidak ada hal lain selain Junhoe. Pria itu memenuhi seluruh otak Lalisa, membuat Lalisa menjadi hilang fokus untuk hampir kesekian kalinya. Ia memikirkan bagaimana ia akan keluar dari jeratan pikirannya soal Koo Junhoe. Juga tentang bagaimana kelanjutan hidupnya yang selama ini tenang tanpa sepengetahuan pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Big Mistake
FanficI hate you as much as I loved you before ㅡLalisa. Published: 21 Desember 2019