Maaf

109 6 0
                                    

Maaf ....
Maaf kutelah memilihmu
Maaf kutelah menyakitimu
Aku terlalu munafik
Munafik bila kumembencimu
Maaf ....
Hanya itu yang mampu terlontar dariku
Maaf; semoga menjadi pengganti sakit di hatimu.

.
.

"Shil, gue mau lo jujur sama gue," ucap Cakka kepada kekasihnya, Ashilla Zee.

"Jujur. Maksud kamu apa?" jawab shilla yang tak paham dengan perkataan lelaki di sampingnya.

"Jujur. Apa elo cinta sama gue," jawab Cakka yang membuat shilla terdiam lalu menunduk.

Selama beberapa saat, keheningan menyelimuti mereka. Hingga suara Shilla memecahkan kesunyian, "maaf".

Hanya kata itulah yang mampu keluar dari mulutnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun Shilla merasa semua rahasianya akan terungkap malam ini.

"Maaf buat apa?" pancing Cakka.

Cukup lama terdiam untuk mengumpulkan keberanian. Lidahnya terasa kelu jika mengungkapkan kebohongan yang selama ini Shilla tutupi. Rasanya seperti menjinakan bom yang siap meledak dan akan membahayakan nyawamu. Namun kamu juga tahu jika kamu tak menjinakannya. Kamu akan tetap mati bersama orang sekitarmu.

"S-sebenarnya-" ucap Shila terbata. Cakkapun dengan setia menanti sambil memiringkan kepalanya.

"A-aku masih cinta sama mantan aku. Aku belum bisa ngelupain dia," aku Shilla dengan suara yang semakin melirih di akhir kalimatnya.

"Terus kenapa elo nerima gue kalau masih ngarepin dia. Atau selama ini gue cuma dijadiin pelarian."

Cakka menghembuskan nafas kasar dan mengacak mukanya. "Apa gue sebodoh itu di mata elo sampe gue nggak tahu apa-apa. Cih. Memuakkan!"

Shilla kembali menunduk, ia tidak bisa melihat wajah kekecewaan dari pria yang ada di sampingnya. Hening . Tak ada satupun dari mereka yang ingin berbicara.hingga beberapa saat suara milik Shilla membuat Cakka tersentak.

"Kita putus aja, ya," ucap shilla takut-takut. Ia harus bisa mengambil keputusan agar tak ada lagi hati yang terluka. Entah apa akibat dari ucapannya. Setidaknya Shilla sudah berusaha menjaga hati orang lain.

"Hah! Ternyata gue emang bodoh!"

"Maaf. Tapi aku nggak mau lebih dalam lagi menyakitimu" kata shilla dan berlalu pergi. Sedangkan Cakka hanya mampu mengacak rambutnya frustasi sambil menendangn apapun yang ada di sekitarnya.

"Argh!"

Napasnya menderu bersama emosi. Cakka tak tahu dengan pola pikir Shilla. Tak ingin menyakiti namun dirinya sendiri malah memberi harapan orang lain untuk masuk ke perangkap dia.

Karena merasa lelah,akhornya Cakka memituskan untuk kembali ke eumah dengan lesu. Di kendarainya motor gede yang terparkir tak jauh darinyterIa melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Sesampainya di rumah, Cakka melangkah gontai menuju kamar adiknya, Ify. Di sana ia melihat sang adik yang tengah serius belajar. Cakkapun menghela napas dan mengurungkan biatnya.

Namun sepertinya Ify menyadari kehadiran Cakka. Ia segera menutup bukunya dan pergi ke kamar sebelah- kamar Cakka.

"Lo kenapa, Kak. Kucel amat muka lo. Cuci muka sana!" Cakka hanya menurut dan berlalu ke kamar mandi.

Setelahnya ia menghampiri Ify yang sudah ada di balkon kamarnya. Cakka duduk di samping Ify dengan kebisuan. Ia teris saja menghela napas yang memhuat Ify risih.

" Lo mau cerita?" tanya Ify. Namun hanya dengusan kasar yang ia dapat. Seakan mengerti akan mendapat respon seperti ini, Ifypun kembali menghadap ke depan dan bersiap pergi.

"Gue putus sama Shilla."

Senyum kemenangan tercetak di bibir Ify. Ia tahu bahwa kakaknya ini tidak akan tahan menyimpan semuanya sendiri. Ifypun kembali duduk dan menghela napas.

"Yaudahlah orang udah putus. Mau diapain lagi,"

"Tapi guTamasih sayang sama dia, Ipong!" kesal Cakka.

"Yaudah PDKT-in lagi aja. Cinta datang dari kebiasaan. Jadi lo harus buat dia nyaman sama lo. Tapi saran gue, lo cari yang lain aja. Banyak yang tulus sama lo. Lo nggak kasihan tuh hati."

"Udahlah gue mau tidur beaok ada piket pagi. Dah Cakka jelek!" kata Ify sambil menjulurkan lidahnya dan berlalu pergi.

Mungkin benar, ia harus lebih berusaha lagi. Jika memang keadaan tidak berubah, maka ia harus siap membuka hati. Semua bukan melulu tentang satu orang yang akan menyakitinya. Cakka adalah seorang laki-laki. Ia harus bisa memikirkan hal lain yang lebih berguna ketimbang terpaku pada masa lalu. Mungkin begitulah tekad seorang Cakka.

"Thanks, Fy."

Waktupun terus berlalu hingga tak tetasa sudah satu bulan Cakka melancarkan aksi PDKT sesi ke dua. Namun tak ada hasil sama sekali. Shilla tetap tidak bisa ia jangkau. Akhirnya Cakkapun berhenti untuk sementara karena sebentar lagi akan aja Ujian Nasional. Ia harus fokus belajar dan menggapai cita-citanya.

Dua minggu setelah ujian selesai,
sekolah mengadakan perpisahan. Ini adalah kesempatan Cakka untuk kembali melancarkan aksinya. Iapun berencana menemui Shilla saat pulang sekolah.  Namun bukan kegembiraan yang Cakka dapat tapi pahitnya kenyataan yang ia telan. Ia melihat Shilla tengah beradu mesra dengan seseorang.

Cakka kenal siapa orang tersebut. Mantan Shilla, Riko. Cakka menghela napas. Jadi inilah akhir dari perjuangannya. Cakkapun mengurungkan niatnya dan kembali bergabung dengan teman-teman lainya.

"Eh, Bro. Gue denger mantan lo mau ngelanjutin kuliah di Korea Selatan. Lo mau lanjut kemana?" tanya salah satu temannya.

"Deket deket sini doang," jawab Cakka yang diangguki oleh yang lain.

Mungkin Ify benar, ia harus menanam tanaman lain daripada menangisi bunga mawar yang sudah mati diterpa badai.

_END_ 

Sebenarnya ini cerita lama. Tapi baru inget mau post di wattpad. Jadi selamat menikmati. Jangan lupa krisannya ya, teman- teman.

Salam sayang

Ranidae :)

Aspirasi Hati di Lembaran WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang