Impossible Part 2 End

76 5 0
                                    

Sesampainya di apartement mama, kumasukan kata kunci dan melangkah masuk.

"Assalamu'alaikum. Ma, Pa. Mereka kemana?" tanyaku heran.

Pasalnya setiap aku pulang konser, mama dan papa pasti akan menunggu dan menyerbuku dengan berbagai pertanyaan dan pujian. Karena mereka adalah orang yang sangat mengukungku lebih dari siapapun.

Tapi, dimana mereka sekarang. Kenapa apartemen tampak sepi. Akupun mencoba mencari mereka di setiap ruangan. Namun hasilnya nihil.

"Mereka kemana sih" batinku.

Hingga saat aku melewati ruang keluarga, aku di kejutkan dengan televisi yang menyala. Bukan, bukan itu masalahnya. Tetapi berita yang sedang di tayangkan secara live oleh salah satu stasiun televisi itulah yang menjadi masalahnya.

"Dilaporkan telah terjadi aksi pembunuhan yang meregut nyawa salah satu artis terkenal asal indonesia bernama Ashilla Zahra. Di duga pembunuhan tersebut di lakukan oleh para haters yang tidak suka akan ketenaran yang di genggamnya. Saat polisi masih mencari-"

Hatiku berdegup. Suara itu perlahan lenyap dari idera pendengaranku. Semua beebutar, membuat duniaku menjadi gempar. Pertanyaan demi pertanyaaan terus melayang menuntuk jawaban.

Kuyakinkan diriku bahwa statiun itu hanya mencari sensari. Memanfaatkan kepopuleranku untuk mendapatkan banyak keuntungan. Iya, pasti itu!

Namun, seketika aku tersadar. Tubuhku terasa sangat ringan. Seperti semua beban hidupku telah lenyap terbawa angin. Menyadari itu, aku kembali menegang. Segera saja kulangkahkan kakiku menuju benda bening berbentuk persegi.

"Apa maksudnya ini. Kemana bayanganku?" Napasku mulai tercekat, membuat suara yang kukeluarkan terdengar serak.

Ingin sekali aku memecahkan kaca di depanku, namun saat melihat kearah bawah, kakiku bahkan tidak menapaki bumi.

Bagaimana semua ini bisa terjadi. Aku pun melosot kebawah dan menangis histeris.

"Nggak! Ini hanya mimpi buruk. Aku harus segera babgun!" Kutampar pipiku beberapa kali. Mengharapkan sebuah rasa yang dulu tak ingin kualami.

Tapi kumohon, untuk kali ini saja. Meeasa frustasi, aku beralih ke organ vital si penanda kehidupan. Hening.

"Tidak!"

Kutekadkan niatku. Berdiri dan berlari ke tempat yang tertera di layar televisi. Aku harus memastikan bahwa itu bukan aku. Dan aku, masih bisa menghirup udara segar di detik berikutnya.

Sekuat tenaga aku terus berlari. Mengabaikan jauhnya tempat itu dari apartemen. Mengabaikan setiap benda yang melaju nemembusi badanku.

Ini todak boleh, ini tidak boleh. Tak sadar air mataku meluruh. Menangisi sebuah keadaan yang sedang kuabaikan. Hingga sesampainya di tempat itu.

Aku terdiam. Keramaian yang terlihat mengatakan berita itu benar. Suara tangis dan tatapan iba itu, semua nyata. Ada yang salah di sini. Aku yang salah. Aku seharusnya bukan di sini. Menjadi makhluk tak nyata yang tak di percayai sebagian orang. Aku ingin kembali.

Kukuatkan hati saat melihat mama yang tengah terbaring lemas. Menghampirinya. Berusaha menyeka jejak linang yang telah mengering. Kemudian mataku menangkap papa.

Ia menggendong seorang yang sangat di sayanginya. Itu aku. Tangis ini kembali muncul. Fakta bahwa matalu melihat sendiri seonggok tubuh tak bernyawa yang penuh dengan darah.

Perlahan tubuhku satu-persatu bagian tubuhku menghilang. Menguar menjadi debu kemudian lenyap di telan kegelapan. Dan aku masih belum mempercayai ini. Ini terasa mustahil untukku.

Sorry lanjutannya baru diupdate. Ok selamat menikmati. Aku udah siapin cerpen yang baru buat kalian. Tunggu aja ya. Nggak alan lama kok publishnya. Jafi terep stay tune

 Jafi terep stay tune

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love💕

Ramidae:"

Aspirasi Hati di Lembaran WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang