Author pov.
"... bagus sekali Kinal!, seperti biasa jawaban kamu selalu benar. Kamu boleh duduk." Kinal menghampiri bangkunya setelah mengerjakan soal fisika di papan tulis.
"Cara mengerjakannya seperti itu ya anak-anak. Catat di buku kalian dan jangan lupa dipelajari lagi. Minggu depan akan ada kuis Bab Suhu dan Kalor. Kalau merasa kesulitan, kalian bisa bentuk kelompok belajar. Atau bisa juga tanya ke teman kalian yang bisa, Kinal contohnya. Bisa dimengerti?" Ujar bu Saktia yang sedang mengajar di kelas X-A.
"Mengerti buu.." Jawab para siswa.
"Kok lemes gitu sih? Oh iya, saya diberi tahu bu Sisil, katanya nilai kuis matematika kalian jelek-jelek ya? Ya sudah tidak perlu dipikir berlebihan. Yang lalu biarlah berlalu. Kalian masih ingat pesan saya dulu?" Pertanyaan bu Saktia yang membuat para siswa bingung.
"Lupa ya? Kalian ini masih muda kok pelupa!. Ingat pesan ibu ya... Don't look back karena di depan akan ada.. apa anak-anak??"
"Mirai no tobira!!!"
"Betul sekali!!, karena didepan akan ada mirai no tobira, pintu gerbang masa depan. Jadi yang sudah ya sudah, sekarang lebih baik pikirkan untuk yang akan datang, kuis fisika misalnya."
Kelas fisika hari ini terasa lebih bersemangat dengan candaan dan motivasi dari bu Saktia, walaupun minggu depan mereka harus bergelut dengan kuis fisika.
"Guys, gue ada urusan bentar, kalian duluan aja ya ke kantinnya. Entar gue nyusul." Ucap Lidya pada sahabatnya dan langsung berlari keluar kelas begitu terdengar bunyi bel istirahat.
"Lah.. Si Om main pergi aja! Mau kemana die emang?" Tanya Jeje.
"Mana gue tau. Yuk ah kantin!" Ajak Kinal.
Sekarang mereka berempat sedang makan di kantin, menikmati suasana kantin yang ramai dengan suara yang saut sautan.
Sementara Lidya sedang berada di depan kelas Melody, menunggu pujaan hatinya keluar kelas.
"Eh Lid? Ngapain disini? Nyari siapa?" Tanya Melody yang baru saja keluar kelas dan melihat Lidya ada di depan kelasnya.
"Nungguin kak Melody, hehe.. Kak Melody sekarang sibuk ngga?"
"Ngga juga sih, ada apa emangnya?" Jawab Melody, Lidya pun mengembangkan senyumnya.
"Ikut aku bentar yuk kak." Kata Lidya sambil menggandeng tangan kiri Melody.
"Eh.. Mau kemana Lid?" Melody agak kaget dengan tingkah Lidya, tapi dia tidak melawan, jadilah sekarang Melody mengikuti Lidya.
.
"Hahh.. Sampai juga!" Helaan nafas Lidya lolos saat mereka menginjakkan kaki di rooftop gedung ekskul tempat biasa dirinya dan sahabat-sahabatnya berkumpul.
"Hahh hahhh.. Kamu ngapain ngajak aku kesini Lid? Mau ngapain sih?" Melody pun tak kalah lelahnya.
"Aku mau ngomong sesuatu ke kakak." Ucap Lidya serius.
"Mau ngomong apa sih hm? Serius banget kayaknya."
"Emang serius kak.. Ehmm aku suka sama kak Melody." Ucap Lidya dengan satu tarikan nafas.
"Hah? Ma..maksudnya Lid?"
"Aku suka kakak, aku sayang kakak, aku cinta sama kak Melody." Melody membulatkan matanya tak percaya dengan ucapan Lidya.
"Ohh.." Melody berusaha setenang mungkin.
"Kok oh doang sih?" Kata Lidya, mungkin dia kecewa karena keberaniannya mengatakan cinta hanya dibalas dengan 'oh'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih dan Abu-abu
Short StoryShort story, tentang pencarian akar dari suatu masalah. Yup, cerita detektif! :) My first absurd story!?! Yeayy... happy reading ^_^