Author pov.
Warna tembok putih bersih menghiasi sepanjang lorong. Beberapa kali terlihat orang lalu lalang berseragam hijau muda, memakai masker untuk menutup mulut dan hidung mereka. Suasana cukup ramai disini, di Unit Gawat Darurat salah satu Rumah Sakit ternama.
"Bagaimana keadaan Shani?" Tanya seorang guru kepada lima murid di depannya.
"Masih ditangani dokter di dalam bu." Jawab Veranda sopan.
"Semoga tidak terjadi sesuatu yang serius ya." Ucap Bu Saktia penuh harap.
"Yaelah bu Saktia! Ini juga udah serius kali bu. Bunuh diri ini! Bunuh diri!. Dikira Shani kepleset doang kali yak!". Gerutu Jeje di dalam hatinya.
"Tadi saya sudah memberi tahu Bu Della selaku wali kelas Shani. Tapi beliau masih di luar kota. Mungkin besok baru bisa kesini." Jelas Bu Saktia.
"Pantes tadi jam kosong!" Gumam Lidya.
"Tapi Pak Kepala Sekolah sedang on the way kesini. Mungkin sebentar lagi sampai." Lanjut Bu Saktia.
"Tadi kami juga sudah menelfon ayah Shani Bu. Sepertinya masih dijalan juga." Ucap Veranda sopan.
"Haii..!" Sapa seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Mereka berlima tersenyum membalasnya sekaligus bingung kenapa orang ini ada disini?
"Sore Bu Saktia. Maaf saya baru sampai. Tadi macet Bu."
"Iya Mel, apalagi rumah kamu kan jauh." Balas bu Saktia.
Mereka berlima kembali menghadap bu Saktia. Kecuali Lidya (?), dia masih fokus memandang Melody yang berkeringat kelelahan.
"Keringetan gitu aja cantik banget! Apa lagi pas seger? Duh, pengen gue lap tuh keringet." Batin Lidya.
"Ssttt Lid! Lid!" Ucap Veranda pelan sambil menyenggol bahu Lidya dengan bahunya.
"Ehh.. Apa? Kenapa Ve?"
"Gitu amat ngeliatin kak Melody-nya?" Tanya Veranda penasaran. Tentu saja mereka ngobrol sambil bisik-bisik, karena sekarang Kinal, Desy, dan Jeje sedang menceritakan kronologi tentang Shani tadi siang ke Bu Saktia.
"Apaan? Orang gue tadi liat... liat... liat tuh suster tuh! Ngapain coba tuh suster diem disitu!?." Jawab Lidya gugup mencari alasan sambil menunjuk ke arah suster yang sedang menempel pengumuman di mading rumah sakit.
"Suster? Suster itu kan baru dateng Lid. Udah ngga usah nge-les mulu." Kata Veranda menahan senyum melihat wajah sahabatnya yang merah padam.
"Ck!" Lidya hanya berdecak, karena memang tak ada yang bisa menang debat melawan Veranda.
"Ya sudah, kalau begitu lebih baik kalian berlima pulang dulu. Biar saya sama Melody disini yang menjaga Shani sambil nunggu ayahnya datang. Pasti kalian lelah, belum makan juga kan?" Ujar bu Saktia setelah mendengar kronologi Shani yang ditemukan di toilet hingga berada di rumah sakit.
"Iya, kalian balik aja ya.., muka kalian udah pada lelah gitu." Tambah Melody.
Mereka hanya mengangguk, kemudian pamit untuk pulang.
"Eh Lid, tunggu!" Cegah Melody sesaat setelah Lidya melewatinya.
"Eh? Ke..kenapa kak?" Lidya gugup, Veranda senyum, Desy bingung, Jeje juga bingung, tapi Kinal? Dia tidak berekspresi karena sudah kelaparan.
"Kaki kamu gimana? Udah sembuh lukanya?" Tanya Melody perhatian.
"U..udah kok kak. Hehe". Lidya masih gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih dan Abu-abu
Cerita PendekShort story, tentang pencarian akar dari suatu masalah. Yup, cerita detektif! :) My first absurd story!?! Yeayy... happy reading ^_^