NEMBELAS

225 7 0
                                    

"Hei mau kau apakan dia ? lepas." Fang berbicara pada seorang gadis yang hendak mencoba bunuh diri dengan terjun dari atap sebuah bangunan,

"Sial..kenapa aku slalu mengucap itu sih, padahal udah jelas dia nggak mau keluar" batinnya pada diri sendiri. Sebelum ada warga sekitar yang melihat tingkah laku gadis ini, Fang telah sampai dihadapannya, seperti biasa ia memakai pakaian warga sipil, ia mencoba berunding dengan gadis ini, yang ternyata tubuhnya sedang dirasuki oleh demnor.

"Fang, aku Buto Geni, anak buah kepercayaan tuan Kala Ireng, aku sengaja kesini untuk menawarkan kerjasama untukmu" ungkap Buto Geni yang menempati jasad seorang gadis muda.

"Nggak" kata Fang singkat.

"Kau yakin ? kau bisa mendapat wanita manapun yang kau mau jika bekerjasama dengan kami,seperti wanita ini, dadanya sangat kencang, kau tahu.." Buto Geni meraba halus dadanya membuat Fang menelan ludah.

"Secara teknis, aku nggak berhubungan sama wanita kalau begitu, aku malah berhubungan sama mahluk menjijikan seperti kalian" Fang bohong, mendengar perkataan Fang, Buto Geni kehabisan kesabaran, ia langsung mencekik leher Fang dan mengangkatnya beberapa puluh senti dari tanah

"Siapa yang kau sebut menjijikan"

Dar! Dar! Dar!

Fang melepaskan tembakan ke arah Buto Geni, tiga tembakan itu mengenai dada dan perutnya. Buto Geni merobek kasar kain baju yang menutupi tubuhnya dengan satu tangan, memperlihatkan perut dan dada putihnya yang berlubang kepada Fang, kemudian luka tersebut tertutup kembali seperti sedia kala.

"Kau merusak gaunku" Buto Geni melemparkan Fang ke salah satu ujung atap, Fang yang sigap masih bisa bergelantungan dengan memegang sisi ujung bangunan, Buto Geni menghampirinya, ia hendak menginjak tangan Fang yang menjadi satu-satunya penahan agar Fang tak terjatuh. Pemandangan itu menarik perhatian beberapa orang dibawahnya, mereka berkumpul di trotoar depan bangunan tempat mereka saling serang.

"Ini takkan semudah yang kau bayangkan" Fang melompat salto, kakinya menggunting leher Buto Geni, kemudian melemparnya jatuh ke kerumunan orang-orang penasaran, ia mendarat tepat disana. Beberapa penonton laki-laki berlari keatap gudang untuk menemui Fang yang telah menjatuhkan wanita yang dirasuki Buto Geni, tapi mereka kalah cepat, Fang sudah menghilang dari sana.

Beberapa menit kemudian, sebuah ambulans mendatangi kerumunan, dua orang dari ambulans keluar dan memasukkan tubuh wanita yang tak bergerak itu kedalam ambulans, sirine dibunyikan ambulans itu mulai bergerak meninggalkan tempat kejadian, seorang petugas sedang melakukan pertolongan pertama di dalam.

"Katanya wanita ini jatuh dari atap gedung, tapi dia nggak luka sama sekali, memar pun nggak ada" petugas ambulans tersebut heran dengan kondisi tubuh Buto Geni yang sedang mereka periksa.

"Detaknya lemah..kita kehilangan dia.. ambilin alat kejutnya.." kata petugas medis yang lain, rekannya pun menggeser lebih dekat alat kejut jantung yang berada agak jauh dari jangkauan merek. Petugas itupun keheranan saat melihat siluet di balik kulit perut Buto Geni saat dadanya terangkat oleh kejutan listrik. Ia mencobanya sekali lagi, dan siluet itu masih muncul, saat ia ingin melakukan percobaan ketiga, Buto Geni bangkit dengan cepat, ia menyerang kedua medis tersebut hingga tewas, hanya tinggal menunggu giliran bagi seorang lagi yang tersisa, yaitu sang supir ambulan yang masih bingung dengan keadaan ribut dibelakangnya.

"Kenapa kau ?" Ivan sedang makan di meja favoritnya ketika Fang datang ke rumahnya.

"Tadi.. sebelum aku kesini, sejam lebih lah, membanting seorang demnor jatuh dari lantai atas.." Fang membanting tubuhnya di sofa yang menghadap ke rak koleksi buku milik Ivan

"Bagus dong.." Ivan menyendok sepiring nasi goreng kedalam mulutnya.

"Dihadapan para manusia awam.." lanjut Fang.

"Nah.. itu yang nggak bagus" Ivan terlihat masih santai.

"Udah gitu doang ? makasih atas solusinya Bapak Ivan Phoenix" sahut Fang mulai kesal.

"Muggle itu ? apa yang menurutmu mereka lihat?"

"Bangsat, kau sebut mereka muggle sekarang, mungkin mereka lihat pas aku gelantungan dipinggir gedung, tanganku diinjak-injak sama demnor sialan itu, Buto Geni, kau kenal ?"

"Kali ini nggak.."

"Kemudian sebelum aku jatuh, ini bagian kerennya, aku lompat indah dan kasih dia scissor kicknya Rey Mysterio"

"Mereka lihat wajahmu ?"

"Sepertinya tidak, mungkin sulit bagi mata manusia normal untuk melihat wajah seseorang dengan jelas dari gedung setinggi tadi"

"Berarti kau aman"

"Ya kalau mereka ternyata bawa teleskop atau semacamnya"

"Ngapain mereka bawa teleskop goblok! Kau bisa mengelak, tindakan membela diri bisa kau jadikan alibi, kau ini polisi tapi tak mengerti soal macam ini"

"Aku cuma polisi, bukan sarjana hukum"

"Polisi juga harus paham hukum, supaya nggak bisa main tangkap seenaknya, main dor.."

"Sialan.. aku seperti pernah mendengar kata ini.."

"Lagipula, tak perlu gelar sarjana untuk mengerti sesuatu yang simpel seperti itu.."

"Ya ya ya.. kau terdengar seperti konsultan hukum,coba main sama Ruhut Sitompul, ngopi bareng lah, barangkali kalian cocok" Fang beranjak dari sofanya,kemudian melenggang keluar rumah, meninggalkan Ivan yang masih belum selesai makan

"Sama-sama"

The Darkslayer : Evils Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang