PITULAS

231 7 0
                                    

Fang mendadak dihadang oleh wanita yang berurusan dengannya tadi, rumah Ivan sudah berjarak beberapa kilo di belakangnya. Fang turun dari motornya,menghadap pada wanita yang berdiri di tengah jalanan malam yang telah beranjak sepi diantara rerimbunan pepohonan di masing-masing sudut pinggirnya

"Mau apa lagi sialan" Buto Geni hanya menyeringai, ia mengacungkan sebuah pistol

"Tunggu.. tunggu.. itu bukan mainan kan ?" tanpa disangka Buto Geni menembakkan pistolnya, Fang memang sembuh lebih cepat dari berbagai luka, tapi jika kepalanya tertembak,mungkin dia tak akan selamat. Jalanan yang tadinya sepi itu kini diwarnai suara tembakan Buto Geni, Fang melompat berlindung di balik sebuah pagar setinggi pinggang.

"Sial, dia nggak akan berhenti" Fang mengisi amunisi pistol revolvernya dengan peluru penuh, dalam hatinya ia masih terus menghitung jumlah suara tembakan Buto Geni.

"Sekarang!" Fang berdiri dari dinding yang melindunginya setelah suara tembakan Buto Geni mendadak berhenti, dengan cepat dia menembak wanita itu dan mengenai bagian beberapa senti dibawah pangkal lehernya, wanita tersebut kemudian ambruk bersimbah darah.

"Sial.. dia mati ?" Fang menghambur ke tubuh orang yang tadi menembaknya, menyentuhnya dengan kaki sambil tangannya masih menodongkan pistol. Perasaannya mulai tak enak, ia melihat sekeliling. Celakalah dia ketika tahu bahwa ada seorang gadis yang melihatnya, gadis berkacamata itu membekap mulutnya, air mata membasahi pipinya, ketakutanlah satu-satunya ekspresi yang bisa diungkap dari wajahnya yang cantik malam ini.

"Awas..!! Minggir dibelakangmu..!" Fang berteriak sambil menunjuk pada kegelapan dibalik sang gadis. Yang diteriakipun menoleh, seekor demnor berwujud manusia tambun namun berkulit kering mendekat ke arahnya, kemudian dengan cepat menubruk tubuhnya, gadis itu tertunduk setelah tubuhnya beberapa kali mengejang karena dirasuki.

"Bangsat!" Fang mengumpat sebelum bergegas menaiki motornya, memacunya kearah dia tadi datang.

"Pintar, larilah sejauh yang kau bisa" kata wanita berkacamata itu

***

"Ngapain balik lagi ?" Ivan masih belum beranjak dari kursinya.

"Makanmu lama amat sih.."

"Ngapain balik lagi ?" Ivan mengulang pertanyaannya.

"Pak, kita punya kondisi darurat.."

"Kita ? aku nggak pernah kena kondisi darurat"

"Aku tadi menembak demnor.."

"Kenapa otakmu nak.. Lalu apa hah ? muggle-muggle itu melihatmu lagi.."

"Mmm.. yang aku tembak ternyata manusia.."

"Ya Tuhan.. gila kamu ! bukannya sudah aku ajari cara membedakan mereka, bukannya hidungmu sudah tahu bagaimana aroma mereka"

"Iya iya aku tahu, demnor itu keluar dari jasad pinjamannya mungkin sebelum aku menembaknya, ceritanya sulit dijelaskan.." Ivan segera menghabiskan makanannya, mengambil minum kemudian melangkah hilir mudik di hadapan Fang.

"Kau yakin tak ada yang mengikutimu saat masuk kesini ?"

"Aku yakin pak, aku tak mencium keberadaan manusia atau apapun saat masuk kesini"

"Kejadiannya dimana ?"

"Di Blok ruko gajahmada pak"

"Ayo ikut aku.." Ivan berjalan cepat kedalam ruangannya yang lain, Fang membuntutinya.

***

"Benar pak, laki-laki itu berbahaya, dia menembak membabi buta di tempat ini semalam" seorang wanita berkacamata memberi kesaksian pada reporter acara berita di tv.

"Lihat.. itu beritamu.." kata Ivan

"Dan dari ciri-ciri yang disebutkan saksi serta diperkuat oleh bukti sidik jari dari TKP, disebutkan pelaku adalah seorang pemuda bernama Fang Abraham, diketahui juga bahwa pelaku adalah seorang polisi yang bertugas di dekat tempat kejadian..."

"Mereka tahu namamu, sudah siapkan alibi ?" tanya Ivan, Fang hanya mengangguk.

***

Di sebuah gubuk tua yang terletak jauh dari pemukiman, Fang bersembunyi di dalamnya, kali ini Ivan tak terlihat bersamanya.

"Keluarlah Fang" sebuah teriakan terdengar dari luar gubuknya.

"Nah.. tamunya datang" Fang menyembunyikan dirinya di salah satu pojok ruangan yang gelap.

Buto Geni mendobrak pintunya dengan sekali tendangan tapi

Bug!!

Sebuah tendangan mendarat di perutnya, membuat Buto Geni terpental keluar gubuk.

"Itu tadi tendangan ala Chris John.." Fang keluar dari gubuk persembunyiannya.

"Kau mau membunuh gadis ini lagi ya"

"Satu-satunya orang yang ingin aku bunuh cuma kau, jelek" tangan kiri Fang memegang pistol pemberian Ivan, sedangkan tangan yang satunya menggenggam segulung kertas koran

"Manusia sudah memburumu, kau akan..."

"Bacot!!" Fang menyela

"Sudah baca koranmu pagi ini ? yaah aku memang melihatnya di tv kemarin, tapi ups sepertinya sekarang mereka memihak padaku" Fang melemparkan koran di tangannya dan mendarat tepat di depan kaki Buto Geni, halaman sampulnya mengarah keatas, halaman yang ingin ditunjukkan Fang padanya.

"Kau pikir hanya dengan bersaksi palsu, udah menang gitu ? jangan bodoh lah, terlalu lama sembunyi di dalam tanah ? sampai nggak tahu manusia punya teknologi yang bernama CCTV" kata Fang penuh kemenangan, ia terlihat mengacungkan jari tengahnya terang-terangan.

"Yahh aku dengar kau paling anti sama kata menjijikan, rendahan, dan hinaan lainnya. Kalau kau memang bukan pengecut, ayo keluar dari dalam sana dan kita tanding satu lawan satu"

Tubuh gadis berkacamata di hadapan Fang terpental beberapa meter ke belakang, tubuhnya berasap, dan seekor demnor terlihat di tempatnya berdiri tadi.

Fang mulai menembak, tapi pelurunya ditangkis oleh punggung tangan Buto Geni yang sekeras berlian. Fang sepertinya mendapat lawan yang sepadan kali ini, beberapa kali Buto Geni menyemburkan bola api yang sempat menghanguskan kain lengan Fang, walaupun pistol Deagle yang telah diberkati pemberian Ivan sudah berada di tangannya, tapi akan tetap sia-sia jika satu pelurupun tak bisa menembus pertahanannya. Fang memberi Buto Geni sebuah tendangan sambil melompat, tertuju pada kepalanya, tendangan seperti ini,sekali saja biasanya akan langsung menjebol sebuah samsak tinju. Namun Buto Geni bisa menangkap kaki Fang sebelum mengenai kepalanya, gerakan selanjutnya adalah Buto Geni melempar Fang hingga tubuhnya terseret beberapa meter di tanah. Fang masih bisa bangkit, tapi detik berikutnya tinju Buto Geni sudah siap menyambutnya, menghantam wajahnya hingga kembali mencium tanah.

Buto Geni mengangkat tubuh Fang dengan memegang tangannya.

"Ada kata terakhir.." ejeknya

"Pernah lihat sunrise ?" senyum kemenangan terukir di bibirnya. Buto Geni segera sadar akan kecerobohannya, ia menengok ke belakang yang mana adalah arah timur, matahari perlahan mulai naik. Ia hempaskan Fang, kemudian berlari menuju tubuh gadis kacamata yang tadi dia tinggalkan, tapi sebuah rantai tiba-tiba mengikat dan menahannya.

"Kena kau setan laknat.." Ivan sudah berada disana, disamping Fang, ia mencengkeram pangkal rantai yang terbuat dari perak itu.

"Ampun.. tolong lepaskan!!" Mohon mahluk itu

"Kami cukup baik kan, buktinya kami mengajakmu melihat keindahan sunrise bareng-bareng" kata Fang sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Matahari kian tinggi, tempat berdiri mereka sekarang telah bermandikan sinar hangat sang surya, tapi kehangatan ini akan terasa sangat berbeda bagi Buto Geni, terasa jauh amat lebih menyakitkan.

"Aaaarrghhh...!!" jeritnya ketika tubuhnya terbakar.

***

Rekaman CCTVdari yang sebenarnya terjadi di Blok Ruko Gajahmada telah menyebar, dibantu oleh Ivan, Fang menyusun alibi agar gadis kacamata yang sempat dirasuki Buto Geni tak dipenjara sebab laporan palsunya, gadis itu sendiri juga telah diyakinkan oleh mereka, dirinya benar-benar tak bersalah, Buto Geni lah yang berbuat. Fang berencana untuk mempertemukannya dengan Andin sehingga mereka berdua bisa saling berbagi agar kondisi psikisnya cepat pulih.

The Darkslayer : Evils Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang