ENEM

392 11 0
                                    

Fang bergegas menuju kantornya ketika mendapat pesan singkat di ponselnya tadi pagi, rekan polisinya dalam pesan itu mengatakan kalau Andin, seseorang yang berkaitan dengan kematian seorang karyawati bernama Amelia kemarin lusa telah ditemukan.

"Udah ketemu, Pan ?" tanya Fang pada Panji rekannya sesama polisi

"Laporan yang kita terima, dia ditemukan pingsan dengan posisi yang tak lazim, salah seorang saksi langsung lapor polisi, terus yaudah sampai disinilah dia" mereka berdua berjalan beriringan menuju ruangan tempat Andin berada.

"Tak lazim gimana maksudmu ?"

"Katanya sih, posisinya agak mirip kayang tapi keterusan gitu sih,telentang tapi kedua lututnya menekuk kebelakang"

"Ngaco lu ah, mana ada pingsan kayak gitu, tapi sekarang gimana, udah sadar ?" mereka berhenti didepan sebuah ruangan yang sebagian besar dindingnya terbuat dari cermin satu sisi, mereka yang berada didalam ruangan tersebut tidak bisa melihat apapun keluar kecuali pantulan dirinya sendiri, sedangkan mereka yang dari luar bisa melihat dengan jelas apa-apa yang terjadi didalam sana.

"Yah, seperti yang kau lihat, diapun sudah sadar ketika tim menjemputnya di lokasi, tapi agaknya ia sedang syok sebab suatu hal, mungkin ada hubungannya sama Amelia"

"Waduh, nggak bisa ditanyain dong kalau gitu"

"Si Rudi pernah nyoba sedikit, tapi dia malah bilang omong kosong soal hantu, kejawen, ah ngaco lah pokoknya" Fang terhenyak kala mendengar jawaban Panji barusan

"Sekarang, lagi nunggu siapa dia di dalam ?" mereka masih memperhatikan Andin yang masih terduduk lesu di dalam.

"Psikiater.." jawab Panji dangkal, Fang merasakan ketertarikan pada peristiwa ini, ia ingin setidaknya berbicara pada Andin terlebih dahulu sebelum kehadiran Dokter Psikiater

"Eh.. mau ngapain ?" Tanya Panji kepada Fang yang sedang meraih grendel pintu.

"Ngobrol bentar"jawabnya tanpa menoleh.

Andin mengedarkan pandangannya ke arah pintu, namun ketika tahu yang datang adalah seorang polisi lain yang kemungkinan besar meragukan kesaksiannya, ia kembali tertunduk lesu.

"Belum dijelasin ya pak sama temen bapak diluar" kata wanita itu murung

"Cuma pingin denger langsung aja"

"Apa bedanya"

"Andin ya, panggil Fang saja ya, jangan panggil pak, umur saya nggak jauh beda kok dari kamu"

"Lahir di China ya, punya nama gitu"

"Sumpah, lahirku di Sumatra. Oke, Andin bisa jelaskan sekarang, aku nggak perlu ngulangin pertanyaan lagi kan ?"

"Saya nggak kenal Amelia, saya cuma coba buat nolong dia, waktu itu malam hampir larut, kalau bukan sebab dosen nyebelin itu, mungkin saya sudah tidur pules dikostan, nah pas perjalanan pulang ke kostan, saya ketemu sama Amelia ini, dia panik nggak jelas dan keukeuh minta dianter ke kantor polisi yang jaraknya lumayan jauh malem-malem gitu, ya saya nggak bisa lah nganter dia, jadi saya saranin dia buat nginep di kostan saya, lagian disana juga ada satpamnya, nggak mungkin orang yang ngejar dia berani masuk"

"Lalu, akhirnya orang yang ngejar Amelia bisa nerobos masuk ?"

"Bukan orang Pak, yang ngejar Amelia sama sekali nggak bisa disebut manusia, dia.." Andin menggantungkan kalimat terakhirnya

"Kamu ragu menceritakannya?" tanya Fang yang dibalas anggukan oleh Andin

"Saya bilang sekali lagi, saya lahir di Sumatra, disana kejadian yang kamu pikir nggak pernah ada, terjadi hampir seminggu sekali, saat saya masih kecil dulu – saat orang metropolitan macam kalian disibukkan nonton kartun – saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri seekor mahluk jejadian terbang beberapa jengkal diatas kepala" tercipta keheningan sejenak diantara mereka saat Fang mengakhiri ucapannya

The Darkslayer : Evils Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang