"Kau semakin menjauh dan menjauh. Punggungmu semakin mengecil di pandanganku. Bayanganmu pun semakin menghilang. Aku tidak diam, aku mengejar. Namun seberapa besar usahaku untuk menggapaimu, kenyataannya, kau hanyalah sebuah ilusi yang tak nyata. Aku seperti lari di tempat, sedangkan kau terus melangkah maju. Inikah saatnya untukku melepaskanmu?"
Happy reading^^
.....
Perasaan lelah bercampur was-was memenuhi benak Jungkook. Ada sebuah ketakutan di wajah datarnya.
Brakk! Pintu mobil tertutup dengan keras. Jungkook melangkahkan kakinya dengan malas. Sempat terpikir dibenaknya untuk menginap di hotel setidaknya untuk malam ini. Ia tidak ingin sesuatu yang ia benci akan terjadi nanti.
Kesan pertama saat Jungkook menginjakkan kaki di rumahnya adalah, sepi, hening, dan gelap. Tidak ada orangkah disini? Kemana semua orang? Ah~ benar, ini sudah larut malam.
Baru saja Jungkook hendak berjalan menuju saklar untuk menyalakan lampu ruang depan, tiba-tiba lampu itu sudah menyala. Jungkook terperanjat, ayahnya telah berdiri disana, di ambang pintu yang memisahkan ruang depan dan ruang tamu. Tatapan mata pria itu begitu tajam sehingga Jungkook tak kuasa membalas tatapan itu dan lebih memilih untuk membuang muka.
"Dari mana saja kamu?" Suara dingin namun terdengar mengerikan itu terdengar di telinga Jungkook.
Lidah Jungkook begitu kelu untuk menjawab pertanyaan ayahnya yang terkesan menuntut jawaban. Jungkook terdiam sebentar. Ia berpikir kata-kata apa yang harus ia lontarkan sementara sesuatu yang akan meledak memenuhi hatinya.
"Maaf, saya lelah." Ujar jungkook sambil melangkah hendak melewati ayahnya.
Tiba-tiba sebuah tangan menahan bahu Jungkook dan mendorongnya ke belakang dengan kasar. Jungkook hampir jatuh karenanya.
"Anak macam apa kamu!? Ditanyain orang tua kok jawabnya begitu!"
"Hah? Bukannya itu udah SOPAN?"
Jungkook menatap ayahnya dengan tatapan menantang. Amarahnya memuncak saat ayahnya mendorongnya tadi.
"Apa peduli anda? Mau saya darimana kek, pulang kapan kek, apa peduli anda? Anda siapa?"
"Dasar anak tak tau di untung! PERCUMA SAYA NYEKOLAHIN KAMU! DASAR BAJINGAN KERJAANNYA BIKIN MALU AJA! Apa maksudnya kamu bolos dari sekolahan,hah!? Ayah gapernah ngajarin kamu seperti itu!"
Tamparan mantap baru saja mendarat di pipi Jungkook. Rasanya sangat sakit dan panas. Darah segar mengalir di hidung dan bibir Jungkook. Jungkook tersenyum sinis.
"Kenapa!? Kenapa anda baru peduli sekarang? Oh, apa anda butuh pengakuan sekarang? Jangan sok jadi ayah saya, anda gapantes dapet panggilan itu dari saya. Bahkan saya ga sudi manggil anda ayah!"
Jungkook memekik dengan penuh amarah yang tak dapat ia bendung lagi. Matanya merah berkaca-kaca. Sementara ayahnya terdiam sambil menggertakkan gigi-giginya. Tangannya mengepal keras, sudah siap menghantam sesuatu dengan kekuatan penuh.
"Dasar kamu anak durhaka!"
Ayah Jungkook mengangkat tangannya tinggi-tinggi, ia hendak melayangkan pukulan yang sangat keras kepada Jungkook, namun sebelum itu terjadi,Ibu Jungkook keburu datang dan menahan tangan ayah Jungkook.
"Sudah.. sudah pah sudah!"
Air mata mengalir deras di pipi wanita paruh baya itu. Wajah itu, wajah yang dipenuhi dengan kesedihan yang mendalam. Wajah yang berusaha untuk selalu tersenyum dalam keadaan apapun, tak peduli hatinya sedang sehancur apa. Wajah yang selalu menggetarkan hati Jungkook untuk senantiasa menjaganya agar senantiasa tersenyum. Wajah yang selalu terlihat bahagia, kini sedang bersedih. Betapa bersalahnya hati Jungkook saat melihatnya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena telah membiarkan wanita yang paling disayanginya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is My Girl [completed]
Fanfic"Lisa itu bukan cewe biasa. Dia istimewa buat gue. Dia milik gue. Semua orang tau itu. Jadi lo ga ada hak buat ngambil dia dari gue!"-Bambam ©riztaehyung 2018*