Epilog

1.8K 70 9
                                    

"Cinta adalah tentang penantian dan keyakinan yang besar." -She's My Girl


***


Aku begitu terpukul melihat ibu menangis karena memergoki ayah sedang berselingkuh dengan wanita lain. Saat itu usiaku baru enam tahun.

Hari itu wanita selingkuhan ayah datang kerumah bersama seorang gadis yang terlihat seumuranku. Dia bukan orang korea sepertinya, cara bicaranya juga aneh, aku tak paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Saat usiaku sebelas tahun, ayah memutuskan untuk bercerai dengan ibu,namun ibu menolaknya. Tapi tetap saja, keputusan ayah untuk menikahi wanita selingkuhannya sudah bulat. Ia menikahi perempuan itu dan tinggal bersamanya.

Aku benar-benar depresi dan kehidupanku menjadi kacau. Aku di jauhi teman-temanku karena aku sudah tidak punya ayah lagi. Padahal mereka tidak tahu kebenarannya bahwa ayahku belum bercerai dengan ibu.

Ibuku jatuh sakit. Psikologisnya terganggu,kadang ia mengamuk dan kadang tertawa dengan sendirinya. Aku sangat terpukul melihatnya menderita, aku sangat benci dengan ayahku dan wanita jalangnya itu, tak ketinggalan anak haram hasil pernikahan busuk mereka. Ugh, ralat, maksudnya anak haram diluar nikah mereka.

Ayah mengganti identitasnya. Ia memboyong keluarga barunya ke dari Osaka ke Seoul. Aku mendengar ayah berbicara pada ibu,katanya keluarganya itu akan tinggal serumah dengan kami, tentu saja ibu menolak. Akhirnya ayah membelikan wanita itu apartemen mewah di pusat kota. Betapa bencinya aku.

Berkali-kali aku mencoba untuk bunuh diri namun gagal, aku benar-benar putus asa. Hingga aku berpikir, kematian pun tak sudi mendekatiku. Mengapa?

Aku pernah mengiris nadiku,namun aku berhasil hidup. Aku pernah mencoba gantung diri di kamarku, namun pembantuku mengetahuinya dan mencegahku. Aku pernah meminum sebotol obat penenang berharap agar aku overdosis, namun sialnya aku memuntahkannya.

Aku benar-benar tak ingin hidup, tak ada yang berharga selain ibu. Namun, keadaanku dan ibu tak jauh berbeda. Kami sama-sama tak punya pegangan hidup.

Namun keberadaannya membuat harapan baru untukku. Harapan untuk melanjutkan hidup sedikit lebih lama. Saat lulus SMP dan masuk ke salah satu SMA elit di Seoul, aku menemukannya. Gadis berponi yang manis. Ia membuat hatiku berdebar untuk pertama kalinya, menghidupkan kembali semangat hidupku. Aku bangkit dari keterputukanku dan mencoba melangkah lagi.

Ibu dirawat di Rumah sakit jiwa selama dua tahun. Dia keluar dari saba beberapa hari yang lalu. Dia telihat lebih ceria dan normal. Aku senang sekali, sangat senang. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang gadis berponi yang ku ketahui bernama Lisa itu. Aku bercerita kepada ibuku betapa hebatmya dia sampai membuat semangat hidupku bangkit kembali.

Rasanya sakit sekali ketika mengetahui kalau Lisa telah memiliki kekasih. Namanya Bambam. Dia laki-laki yang populer di sekolah. Berbeda denganku yang bahkan tak ada yang mengenalku. Aku introvert, aku anti-sosial. Aku takut untuk memulai percakapan dengan siapapun. Bahkan aku tak betah berlama-lama di tempat ramai.

Masa-masa kelas sepuluh pun berakhir, namun aku tak kunjung berani untuk sekedar menyapanya. Aku hanya mampu memperhatikannya dari kejauhan.

Aku menyesali semuanya ketika menyadari bahwa kami tak sekelas lagi. Itu menyebalkan. Aku benci ketika tahu bahwa Bambam satu kelas dengannya. Aku berpikir,apakah mereka memang ditakdirkan untuk bersama dan selalu bahagia? Aku merasa bahwa hidup ini terasa pahit untukku, aku merasa.. warna hidupku diserap oleh banyak orang.

She Is My Girl [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang