Bab 6

43 10 0
                                    

" davian,terima kasih ya sudah mengantarkan yara pulang " ujar septi tersenyum ramah kepada davian.

Davianpun menganggukan kepalanya dan tersenyum tak kalah ramah ke kepada septi dan juga firman kedua orang tua yara,ya memang kini sifatnya sudah berubah di hadapan septi dan firman walaupun hanya sembilan puluh derajat saja tapi ya lumayan ada peningkatan sedikit.Sebenarnya tidak kepada semua orang sifat davian seperti itu,ia bersikap hangat seperti itu hanya karena ingin menghormati orang orang yang lebih tua darinya.

Setelah tadi menerima desakan demi desakan dari dokter kelvin agar davian mau mengantarkan yara pulang,akhirnya davian mengalah juga walaupun sedikit ada rasa malas tentunya.Dan di sini,di teras rumah davian dan kedua orang tua yara berdiri,karena setelah yara masuk kedalam kamarnya,davian langsung berpamitan untuk pulang.

Sebenarnya septi dan firman sudah melarang davian agar jangan dulu pulang,tapi namanya juga davian tidak betahan di rumah orang,akhirnya di perbolehkan juga pulang oleh tuan rumah.

" nanti kapan kapan kamu datang lagi ya ke sini nak " ujar firman ramah sambil menepuk nepuk bahu davian.

Dalam hati davian tertawa puas membayangkan bagaimana wajah melas yara ketika mengatakan bahwa ayahnya itu galak dan akan menembaknya jika ia berusaha macam macam kepada yara,tapi nyatanya tidak seperti itu,ayah yara sangatlah baik dan ramah,memang sih jika dilihat dari wajahnya ayah yara terlihat sangat menyeramkan tapi ternyata tidak seperti itu.

"Iya om,nanti kapan kapan saya main ke rumah om lagi" ucap davian.

"Ya udah om,tante,saya pamit pulang dulu,assalamu'alaikum" ucap davian sangat sopan.

" wa'alaikum salam,hati hati nak " ujar firman dan di balas anggukan oleh davian.

Setelah mengantarkan yara pulang,davian tidak kembali lagi ke sekolah,walaupun masih banyak waktu untuk mengikuti pelajaran di kelas tapi davian lebih memilih untuk pergi ke kafe hanya sekedar untuk melepas kepenatan saja.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit karena macet,davianpun sudah dapat memarkirkan mobil sportnya di salah satu kafe ternama yang ada di salah satu kawasan ibu kota jakarta.Setiap harinya kafe ini sangatlah ramai di penuhi oleh para pengunjung yang memang berasal dari kalangan kelas atas.Dan jangan ragukan lagi davian berasal dari kalangan mana,mungkin seluruh penjuru sekolah juga tau betapa tajirnya davian.

Di usianya yang terbilang cukup muda,davian sudah mempunyai tiga kafe modern di daerah Bali,Bandung dan tentunya juga di daerah Jakarta,namun semua kekayaan yang ia miliki sama sekali tidak membuatnya sombong,paket complete sekali sepertinya davian ini,sudah tampan,tajir tidak sombong lagi,tapi yang jadi masalah itu adalah sifat dinginnya yang sulit sekali di hilangkan.

Setelah memarkirkan mobilnya,davianpun berjalan masuk ke dalam kafe,banyak sekali yang memandang kagum ke arah davian,dengan penampilan yang masih mengenakan seragam sekolah dengan tataan yang sudah tidak rapi lagi bahkan terkesan sangat acak acakan tapi davian masih terlihat sangat keren apalagi dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Kini davian sedang duduk di salah satu meja yang berada di paling ujung ruangan,davian duduk dekat sekali dengan kaca kafe sehingga pemandangan jalan raya masih bisa ia lihat dengan jelas.Setelah tadi pesanan coffienya datang,davianpun mulai menyibukan diri pada ponsel berwarna goldnya.

Sudah dua puluh menit ia berada di sini,tapi ia belum juga beranjak dari sini,walaupun kafe ini bukanlah miliknya tapi jujur saja davian sangat menyukai tempat ini.Sejak ia SMP kafe ini sudah ada walaupun belum semaju sekarang.banyak kenangan yang ada pada kafe ini.Entahlah semuanya terasa begitu cepat,orang yang sangat ia sayangi yang dulu sering menemaninya ke tempat ini,sekarang sudah pergi dan mungkin telah melupakan dirinya.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang