Bab 4

59 13 2
                                    

Kini yara dan davian berada dalam satu mobil dengan suasana yang tampak mencengkram,hanya hening yang ada,sejak tadi yara hanya mampu mengerucutkan bibirnya kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada,dan davian?jangan lupakan laki laki itu,ia hanya fokus menatap jalanan dengan raut wajahnya tanpa ekspresi.

Perasaan yara kini bercampur aduk,takut,marah,jengkel dan masih banyak lagi yang beradu satu,ia sangat menyesali tubuhnya yang begitu mungil ini,tidak terlalu mungil sih tapi ya dia ingin sekali memiliki postur tubuh ideal seperti dyandra tapi ya sudah lah,ini semua ia terima dari gen mamanya.Kalau saja tubuhnya tidak mungil seperti ini,pasti ia akan dengan mudah menghajar davian habis habisan.

Dan perasaan davian?biasa saja,tidak ada yang terlalu berlebihan,hanya saja ia sudah menyesal berlaku kasar dengan cewek cupu itu,seharusnya ia tidak usah menarik narik tangan yara,lihat pergelangan tangannya sekarang sudah tampak merah,dan satu lagi,gara gara insiden pagi tadi ini kali pertamanya ia membawa seorang perempuan ke dalam mobilnya.

"Kakak mau bawak aku kemana sih?" Tanya yara kesal sambil menatap davian yang masih fokus menyetir.

Tidak ada jawaban dari davian,hanya terdengar helaan nafas saja dari davian,sepertinya davian benar benar kesal hari ini,di tambah lagi ia harus membeli kacamata buat cewek cupu ini,ya walaupun baginya harga kacamata minus itu tidak seberapa,tapi ia terlalu sungkan jika harus berjalan berdua dengan yara si cewek cupu.

"Kak,bener deh yara masih polos,yara masih hijau,yara belum kuning kaya dyandra,jadi tolong jangan culik yara,nanti mama nyariin gimana,nanti kakak di tembak loh sama papa yara,papa yara itu galak deh bener yara gak bohong" cerocos yara polos dengan suaranya yang begitu cempreng.

Davian memutarkan bola matanya jengah,apa untungnya coba menculik cewek satu ini,mungkin yang ada cewek cupu ini hanya bisa menyusahkan.Tapi tunggu dulu,walaupun yara tidak bilang bahwa dirinya masih polos,tapi tetap saja davian sudah beranggapan bahwa yara ini masih benar benar polos,anak sd aja ada yang dewasa duluan tapi kok anak satu ini enggak.Davian beranggapan seperti itu karena ia melihat dari tatapan yara yang masih polos dan sangat berani menatap manik bola matanya.

Yara menghela nafasnya panjang,nampaknya cewek satu ini sudah pasrah karena sedari tadi davian tidak menjawab pertanyaannya.

Kini mobil sport milik davian sudah memasuki ke halaman sebuah toko,dan yara tau itu adalah optik langganannya,untuk apa davian membawanya kesini,apa davian ingin membeli kacamata minus untuk dirinya sendiri?ah entahlah yara tidak mengerti.

"Turun!" Perintah davian sambil melepaskan seat beltnya.

Yara masih saja menatap davian polos dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jangan harap gue bakal bukain pintu buat lo!" Ujar davian lalu keluar mobil meninggalkan yara.

Dengan gerakan cepat yarapun langsung turun dan menyusul davian ke dalam optik yang cukup terkenal di daerah ini.

●●●

Di sebuah ruang keluarga yang cukup luas dengan di penuhi oleh berbagai macam perabotan rumah tangga yang cukup berkelas,terlihat sepasang suami istri sedang bercengkrama ria,mereka adalah septi dewi anugrah dan firmansyah Antoni yang tak lain adalah kedua orang tua yara.

Kehidupan mereka tampak sangat harmonis,apalagi dengan kehadiran yara menambah kebahagian mereka,jarang sekali mereka dapat berkumpul bersama,mengingat firman yang merupakan ayah yara adalah seorang polisi,dan karena pekerjaannya itu tak jarang firman harus pergi keluar kota meninggalkan istri dan anaknya dalam waktu yang terkadang lama.

"Assalamu'alaikum..." terdengar langkah yara mulai mendekati ke arah ruang keluarga di mana tempat kedua orang tuanya sedang berkumpul.

"Wa'alaikum salam..." jawab septi dan firman berbarengan.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang