PROLOG

242 14 1
                                    


"Yaraaaa...."

Septi terus memanggil manggil anaknya lantaran anaknya itu kini sudah menghilang entah kemana,dengan perasaan yang begitu kesal septi mencoba menghubungi anak semata wayangnya itu.Bagaimana bisa anaknya itu meninggalkan dirinya di tempat seramai ini.

Septi berdecak kesal ketika nomor yang ia hubungi tidak menjawab,harus bagaimana lagi ia menghadapi putri kesayangannya itu,dengan telaten ia mencoba mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menangkap sosok yara anaknya.

Pelastik belanjaan yang ia tenteng kini sudah ia letakkan di bawah kakinya,bayangkan saja dua pelastik jumbo dan masing masing penuh dengan belanjaan sedari tadi ia bawa sendirian dan alhasil kini tangannya menjadi keram.

"Mama..."

Yara berjalan dengan wajah tanpa dosanya ke arah di mana tempat septi berdiri dengan menenteng satu pelastik berisikan buku buku tebal,raut kekesalan septi kini sudah terbaca oleh yara,yara hanya cengengesan tak jelas sambil menggaruk garuk dahinya yang tidak gatal.

"Kamu itu abis dari mana aja sih,dari tadi mama cariin tau gak..." tanya septi langsung tanpa aba aba.

Yara mengangkat pelastik yang berisikan buku buku itu...
"Beli buku biologi mah,mumpung kita lagi di mall..." jawab yara menaik turunkan alisnya sambil menyengir.

Septi menghela nafasnya panjang lalu memberi kode kepada yara untuk membawa satu pelastik belanjaannya karena tidak mungkinkan di tempat umum seperti ini ia akan memberikan semprotan ocehan kepada anaknya yang ada dia bisa malu.

Di dalam hati,yara terus terusan bersyukur karena mamanya ini tidak memberikan wejangan wejangan berupa ocehan yang hanya akan masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri artinya tidak ada yang nyangkut sama sekali.Dengan sigap yarapun mengambil pelastik belanjaan tersebut dan berjalan bersama septi menuju parkiran di mana mobil milik septi terparkir.

●●●

"Ra...ra liat deh itu" septi menunjuk kearah sebuah mobil sport berwarna merah yang berhenti di pinggir trotoar jalan.

"Kayak di sinetron sinetron ya ra,cewek cowok berantem di pinggir jalan,padahal banyak banget yang ngeliat,aduh so sweet banget ya ra..." ucap septi berlebihan sambil menepikan mobilnya untuk melihat lebih detail kejadian itu ya mungkin saja salah satu dari mereka perlu bantuan.

Memang benar,di tempat yang tadi di tunjuk oleh septi ada dua orang yang mungkin sepasang kekasih yang terlihat tengah bertengkar,terlihat dari seorang perempuan yang sedang menangis memohon mohon kepada laki laki yang menjadi lawan bicaranya namun tak ada respon dari laki laki tersebut,beberapa kali laki laki tersebut mencoba menepis lengan perempuan yang terus saja melingkar pada tangannya.

"Emang mereka lagi shooting ya ma?" Tanya yara polos membuat septi menghembuskan nafasnya kasar menahan sabar.

"Turun yuk ma kita minta tanda tangan mereka,syukur syukur mereka mau di ajak fobar mumpung lagi ketemu artis" ucap yara semangat dengan senyum yang merekah.

Idoy...idoy... batin septi mengelus dadanya tak habis fikir dengan penyakit lemot yang entah sejak kapan di derita oleh anaknya itu.

Sudahlah mau sampai kapanpun ia menjelaskan kepada yara,tetap saja yara tak akan mengerti dengan cepat,lalu septipun langsung menstater mobilnya kembali untuk melanjutkan perjalanannya,dari pada terus terusan disini yang ada yara malah tambah banyak bertanya yang bisa membuat septi gila seketika.

"Kok jalan lagi sih ma,aku kan belum sempet liat pemeran cowoknya..." gerutu yara mengerucutkan bibirnya kesal dan menatap laki laki yang menjadi pusat perhatian orang orang walaupun hanya sekilas.
Ganteng juga aktornya batin yara tersenyum.

Septi menatap sekilas putrinya itu lalu kembali fokus menyetir.
"Udah lah mending kita pulang sekarang,enakkan juga kita dateng ke ciraos terus bertemu sama pemain pemain dunia terbalik,daripada nungguin di sini terus..." ucap septi tanpa memandang yara.

Yara mengangguk nganggukan kepalanya setuju dengan semangat empat lima.
"Ada batu di balik gajah,gajahnya hilang batunya datang aku tau maksud dirimu diam diam suka padaku...." yara bernyanyi nyanyi tak jelas,mending juga suaranya bagus ini kok malah seperti kucing kejepit.

Septi menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anaknya tersebut.
"Ada gajah di balik batu nak bukan batu di balik gajah..." septi terkekeh geli mendengar lirik lagu yang yara ucapkan tadi

Yara membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot yang sempat membuatnya terganggu.
"Suka suka yara kali mah..." jawab yara pura pura marah.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang