Bab 5

61 11 0
                                    

Hari ini terlihat lapangan basket begitu ramai dipenuhi oleh banyak siswa laki laki yang sedang bertanding basket antar kelas xii.Pinggiran lapanganpun sangat padat dipenuhi banyak orang yang didominasi oleh para cewek pastinya,entah apa yang mereka lihat sejak tadi, tapi yang jelas mulut mereka tidak henti hentinya berteriak histeris memanggil nama "davian" dan tak jarang juga memanggil nama "bima".

Pertandingan sudah dimulai sejak satu jam yang lalu,dan terik mataharipun tidak menyulutkan semangat mereka untuk terus bertanding memperebutkan bola untuk mereka masukkan kedalam ring basket.Peluh keringat sudah membanjiri baju mereka,seperti itu pula dengan para cewek yang terlihat jelas rada ganjen yang masih setia berpanas panasan menunggu jagoan mereka masing masing usai bertanding sambil bersorak sorak dan memegang karton bertulisan nama jagoan mereka.

Ada diantara mereka yang menggunakan topi sekolah,jaket bahkan payung untuk menutupi kepala mereka dari panasnya sinar matahari,sebenarnya pertandingan basket kali ini tidak begitu serius hanya saja memang kegiatan seperti ini sering kali mereka lakukan,hanya untuk saling memperlihatkan keahlian mereka masing masing dalam menguasai permainan bola basket.

Dan pertandingan kali ini adalah pertandingan yang di dasari oleh permusuhan dua orang laki laki yang memang sudah terkenal memiliki konflik terpendam sejak pertama kali mereka menginjakan kaki mereka di sekolah ini,mereka adalah davian dan bima.Entah  masalah apa yang ada di antara mereka,tapi yang jelas mereka sering sekali membuat kegaduhan di sekolah tidak jarang juga mereka saling berkelahi hanya karena masalah sepele.

"Yan,panas pulang yuk ke kelas" ajak yara yang tengah duduk di teras kelas xi sos1 yang memang berdekatan dengan lapangan basket.

"Nanti ah,gue belum puas kalo belum liat yang beb bima..." jawab dyandra sambil menyengir najong yang memang ngefans sekali dengan kakak kelas yang namanya bima.

Jika Di bandingkan davian memang bimalah yang paling ramah dan murah senyum,tak heran jika bima juga banyak digandrungi oleh para remaja,tidak seperti davian si laki laki berhati es,walaupun dari segi ketampanan memang bima rada kalah,tapi kalau dari segi sikap dan sopan santun masih bima yang unggul.Bima juga merupakan most wanted di sekolah ini dengan dua orang temannya yang bernama rendra dan refan.geng mereka juga sangat terkenal di sekolah ini dan banyak juga yang menyama nyamakan mereka dengan davian dan kawan kawannya.

"Tapi di sini panas banget yan..." keluh yara sambil mengibas ngibaskan tangannya.

Dyandra mengerucutkan bibirnya kesal,padahal ia belum puas melihat bima dengan luwesnya bermain basket,tapi temannya satu ini sibuk sekali mengajaknya untuk ke kelas,sebenarnya dyandra juga tidak tega melihat yara yang sudah dipenuhi keringat di dahinya.

Dyandra menghela nafasnya kesal...
"Ya udah ayok,tapi kita pulangnya lewat pinggir lapangan ya" ajak dyandra sambil berdiri dan hanya di angguki saja oleh yara yang nampaknya sudah benar venar lelah dan kepanasan.

Merekapun kembali ke kelas mereka yang berada di lantai atas melewati pinggir lapangan sesuai dengan keinginan dyandra,mereka menerobos banyak orang yang sedang berdiri di sana hanya demi keinginan dyandra untuk tetap bisa melihat wajah tampan bima yang nyatanya tidak melihat dyandra sama sekali.

Langkah yara sudah mulai sempoyongan,sepertinya badannya sedang tidak fit hari ini,dengan menggenggam erat telapak tangan dyandra yara masih tetap berusaha berjalan dan sepertinya dyandra belum menyadari wajah pucat yara.

"Awas!"

Semua orang berteriak ke arah yara yang sekarang sudah terkulai lemas di pinggir lapangan,ternyata bola basket yang sedari tadi menjadi rebutan para kakak kelasnya itu sudah nyasar mengenai dahinya.

"Yara lo gak apa apa?" dyandra menepuk nepuk pipi yara mencoba menyadarkan yara dengan perasaan yang begitu khawatir.

Dan seorang siswa laki laki yang entah sengaja atau tidak melempar bola tersebut hanya bisa berdiri geram sambil mengacak ngacak rambutnya frustasi.kenapa gue harus berurusan dengan cewek cupu itu lagi sih! Batin davian lalu berlari menghampiri yara yang sudah di kerumuni banyak orang.

"Minggir...minggir!" Bentak davian menerobos banyaknya orang yang membentuk lingkaran sambil memandangi yara bukannya membantu mereka hanya menatap saja tanpa berbuat apa apa.

Dyandra menatap tajam davian yang mendekat kearah yara...
"Punya dendam apa lagi sih lo kak gak berenti berentinya gangguin temen gue!" Semprot dyandra dengan ocehan,davian menatap dingin dyandra yang tampak kesal itu,lalu tanpa aba aba membopong yara ala bridal style itu.

Semua orang tampak tercengang,betapa kerennya davian saat ini,memakai seragam basket,dengan peluh keringat di mana mana dan sedang membopong seorang cewek tapi sayangnya cewek itu adalah cewek yang terkenal cupu di sekolah ini,banyak sekali dari mereka yang iri dan menatap sinis yara.

Dengan langkah pasti dan sedikit berlari kecil davian terus menyusuri koridor sekolah untuk menuju ruangan uks dengan dyandra dan beberapa orang yang mengikutinya dari belakang,sepertinya tidak telalu sulit menggendong yara karena tubuhnya enteng enteng aja ya jelas lah berat badan yara saja tidak sampai empat puluh lima kilogram.

●●●

Yara mengerjap ngerjapkan matanya,cahaya silau yang pertama kali ia lihat,rasa pusing masih menyelimuti kepalanya,yara sedikit menyipitkan matanya ketika melihat ruangan yang tampak asing baginya.Bukan kamarnya,juga bukan kamar omanya yang ada di Bandung,lantas dirinya sedang ada di mana sekarang.

Yara mencoba bangun dan duduk di atas sebuah matras sepertinya,tidak ada siapa siapa di sana,ruangan ini terasa dingin bagi yara,suasana tampak begitu sepi dan para petugas pmr tidak memunculkan batang hidung mereka,bulu kuduk yara meremang ketika mendengar sesuatu,seperti suara gelembungan air galon di dispenser,tapi tidak ada siapapun di rungan ini.

Yara mencoba mengatur nafasnya ia benar benar ketakutan saat ini membayangkan betapa horornya uks yang ada di sekolahnya dulu.

"Huaaaaaaa...hiks...hiks...hiks..."
Yara menangis sekencang kencangnya,berharap ada seseorang yang mendengarnya.

"Diem bisa gak sih lo!" Bentak Seorang siswa laki laki berjalan mendekati yara dengan ekspresi datarnya.

Yara membulatkan kedua bola matanya ketika melihat laki laki itu yang ternyata adalah davian kakak kelasnya.
"Kakak ngapain disini?" Tanya yara sambil menyengir kuda.

Davian memutarkan bola matanya jengah,kalau saja tadi dyandra tidak mengancamnya dengan ancaman akan di laporkan kepada kedua orang tua yara bahwa ia sudah menganiyaya yara,mungkin kini ia sudah duduk manis di kelas mengikuti jam pelajaran walaupun sebenarnya bosan setengah mati.

"Lo udah sadar,jadi gue mau balik ke kelas" ujar davian datar,belum sempat ia melangkahkan kakinya keluar ruangan,seorang laki laki berjalan menghampirinya.

"Sebaiknya yara kamu antar pulang saja dav,karena kondisinya tidak memungkinkan yara untuk mengikuti jam pelajaran" ujar dokter kelvin yang bertugas sebagai dokter di sana.

Davian menghela nafasnya menahan kesal sambil menatap yara yang tengah menatap polos ke arahnya

"Gak usah dokter yara masih kuat kok,yara mau balik ke kelas aja" ujar yara kepada dokter kelvin sambil memasang kacamatanya yang tadi terletak di atas nakas.

"Davian kamu antar yara pulang ya,kamu harus tanggung jawab karena kamu juga kan penyebab yara pingsan" perintah dokter kelvin kekeh.

Lagi lagi davian hanya menghela nafasnya menahan kesabaran,kemarin ia tidak sengaja memecahkan kacamata yara dan sekarang dia harus mengantarkan yara karena ulahnya juga.
Ya allah dosa apa yang pernah engkau buat davian.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang