Bab 26

29 3 0
                                    

Angin malam terus berhembus seiring dengan deruan mesin kendaraan yang melintas ditengah tengah jalanan kota yang terkenal akan kepadatan lalu lintasnya itu, udara malam pun terasa begitu sejuk melupakan jika di siang hari kota itu dipenuhi oleh debu dan polusi, langit malam yang terang sungguh memberikan kenyamanan tersendiri bagi para masyarakat yang sedang menghabiskan malam kamisnya ini diluar atau bahkan ditempat tempat nongkrong khas anak remaja pada umumnya.

Masih ditempat yang sama, kedua anak remaja sedang terlihat menembus jalanan kota yang tak kenal waktu baik malam maupun siang selalu padat, baik itu di jalan tol maupun di jalan raya biasa rasanya banyaknya kendaraan yang memadati jalan nampak terlihat biasa. Deru mesin motor sport yang ikut membelah jalanan terlihat menambah kebisingan ibu kota, sejak meninggalkan perumahan yara,baik davian maupun gadis itu sama sama terdiam, tidak ada niat keduanya untuk membuka topik pembicaraan, bahkan tempat yang akan dituju pun sepertinya mereka lupa karena sibuk dengan fikiran masing masing.

Davian melirik ke arah kaca spion yang langsung memperlihatkan wajah adik kelasnya itu, gadis yang ada dibelakangnya itu sedari tadi ikut terdiam seolah menikmati perjalanan mereka yang entah akan menuju kemana. Terdengar helaan nafas berat dari gadis tersebut yang sepertinya mulai bosan berlama lama berada di atas motor yang terus melaju mengikuti arah jalan membuat sang pengendara kembali melirik ke arah spion. Mata tegas davian tidak sengaja menatap mata bulat yara yang kebetulan sedang melirik ke arah spion juga membuat laki laki tersebut secara cepat memalingkan wajahnya ke arah depan untuk kembali fokus pada perjalanan.

Gadis berambut panjang tersebut membuang nafasnya kasar, perasaan sudah hampir setengah jam mereka berjalan tapi mengapa sampai sekarang kakak kelasnya itu belum juga menghentikan motornya ke tempat tujuan mereka sehingga membuat yara hanya bisa menggerutu kesal di dalam hati.

"Kak pantat yara panas nih! Dari tadi gak nyampe nyampe" kesal yara memutarkan bola matanya jengah sambil menepuk nepuk bahu laki laki tersebut yang berbalutkan jaket kulit berwarna coklat.

Davian kembali melirik spion motornya tersebut agar bisa melihat raut wajah gadis itu, lalu kembali menatap jalanan tanpa mau membalas pertanyaan adik kelasnya itu.

"Kita mau kemana sih kak! Atau bener ya kakak mau culik yara! Ih gak insaf insaf deh kayaknya" gerutu yara yang lagi lagi menyebutkan kalimat yang benar benar membuat davian muak bukan main.

Davian menghela nafasnya kasar sebelum menghentikan motornya ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah.
"Tadi kan gue udah bilang kalo gue minta lo temenin ke toko buku" jawab davian bernada dingin dengan wajah layaknya kanebo yang sudah lama tak tersiram air.

Yara mengangguk nganggukan kepalanya seolah mengerti dengan jawaban dari kakak kelasnya itu. Setelah hampir lima belas menit dari berhentinya davian di lampu merah, akhirnya motor sport yang membawa kedua anak remaja tersebut mulai memasuki halaman sebuah toko yang bangunannya cukup besar, gadis mungil tersebut tidak lah asing dengan tempat ini karena ia sendiri juga cukup sering berkunjung ke toko ini ketika ingin membeli novel atau buku pelajaran lainnya.

"Turun" titah davian kepada yara ketika sudah menempatkan motornya bersama parkiran kendaraan roda dua lainnya.

Yara menuruti perintah laki laki tersebut dengan segera turun dari motor sport itu, jujur saja baru kali ini yara mengenakan helm karena biasanya gadis itu jika berpergian selalu diantar menggunakan mobil sehingga sekarang gadis mungil itu nampak kesulitan untuk membuka jepitan helm yang memang sengaja kakak kelasnya itu bawakan untuk dirinya. Davian yang sudah meletakkan helm SNI miliknya pada sebelah spion motornya segera berjalan untuk memasuki toko buku tersebut, sedangkan yara hanya bisa terdiam pasrah karena tidak bisa membuka helm tersebut yang entah bagaimana caranya bisa terlepas, daripada gadis itu kewalahan sendiri diluar layaknya orang stres, akhirnya gadis itu lebih memilih untuk menyusul laki laki yang dengan teganya meninggalkan dirinya di halaman toko.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang