Bab 17

29 6 0
                                    

Sore ini,di rooftop sebuah kafe yang terletak di pusat kota,terlihat seorang gadis cantik yang memakai baju sabrina dipadukan dengan rok pendek berbahan jeans sedang menatap ke jalanan yang mulai dipadati oleh banyak pengendara dari atas gedung berbentuk rooftop itu,karena kebetulan jam jam seperti ini jalanan akan terlihat macet karena bersamaan dengan jam pulang kerja.

Cuaca sore ini terasa cukup bersahabat,angin yang menerpa wajah gadis itu sungguh terasa begitu menyegarkan,cahaya silau akibat sang mentari yang mulai terbenam pun hadir menambah keindahan di sore ini.Gadis itu memejamkan matanya sambil sesekali menghirup udara segar disore hari,polusi udara bahkan tidak terasa di indra penciuman gadis berambut pirang itu.

Dalam matanya yang terpejam,gadis itu mengingat kejadiaan beberapa jam yang lalu dihari ini,sudut bibir tipisnya nampak terangkat menciptakan seulas senyum sinis disana.Tyara,gadis cupu dengan sejuta pesonanya ternyata secara tidak sadar akan menjadi saingannya dalam menangkap hati sang pujaan,gadis cantik dengan bertopeng wajah polos itu ternyata akan menjadi musuhnya mulai saat ini dan mungkin untuk seterusnya.Ia fikir yara benar benar gadis cupu yang tidak mengerti apa itu perasaan suka dan menyukai seseorang,sehingga tanpa berfikir panjang lagi ia berusaha menyeret gadis polos itu untuk menghancurkan hubungannya bersama sang tunangan yang sama sekali tidak ia cintai sama kapan pun.Namun fikiran itu ternyata tidak tepat pada sasaran,karena nyatanya fakta yang ada pun sudah jelas kebenarannya jika yara pun menyukai laki laki yang ia cintai selama beberapa tahun ini atau mungkin malah sebaliknya,yang jelas gadis itu tidak tau.Dan mungkin itulah sekilas tentang pemikiran gadis berkulit putih itu tentang yara.

"Maaf,aku telat kamu jadi nunggu lama disini" terdengar suara berat seorang laki laki membuat vanya membalikkan badannya menghadap ke arah sumber suara.

Bima mengecup sekilas dahi gadis itu lalu merangkul pinggang sang kekasih dengan gerakan yang begitu posessive,vanya menghembuskan nafasnya perlahan dengan wajah yang sangat sulit diartikan,sudah lelah rasanya ia selama ini bersandiwara dihadapan bima bahkan kedua orang tuanya.Vanya selalu bersikap seolah olah ia menyukai perjodohan yang selama satu tahun ini sudah dibuat oleh kedua orang tuanya dan juga orang tua bima,ingin rasanya ia menolak perjodohan konyol ini namun apa daya,jaminan kehidupan perusahaan milik keluarganya berada ditangan pengurus perusahaan keluarga bima,entah bagaimana asal ceritanya namun seperti itulah kenyataannya.

Vanya menarik nafasnya dalam sambil menatap lurus ke depan dengan pandangan kosongnya,membuat bima yang masih berada disampingnya menatap gadis itu bingung,pasalnya gadis yang menjadi tunangannya itu hari ini nampak berbeda tidak seperti hari hari biasanya.

"Kamu kenapa? Lagi ada masalah?" Tanya bima menatap sang kekasih.

Vanya menggeleng gelengkan kepalanya sebagai respon sebelum mengeluarkan suaranya.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu" ucap vanya,lalu memutar tubuhnya sembilan puluh derajat menjadi menghadap ke depan laki laki berkaos putih tulang tersebut.

Bima mengangkat sebelah alisnya menatap vanya yang mulai mengeluarkan gelagat aneh.
"Ngomong apa?" Tanya bima lagi dengan suara yang begitu lembut sambil menggenggam erat telapak tangan vanya.

Indahnya cahaya yang berasal dari matahari yang perlahan mulai tenggelam,sangat pas sekali dengan lokasi berdirinya kedua manusia yang telah terikat oleh tali pertunangan itu,membuat siapa pun yang melihatnya beranggapan bahwa momment tersebut sangat cocok sekali untuk pasangan muda mudi yang tengah dimabuk asmara itu,mungkin seperti itulah anggapan orang orang.

Sekali lagi vanya menarik nafasnya dalam dengan pandangan yang tertunduk,dan pemandangan itu membuat laki laki berlesung pipi itu menatapnya penasaran.

"Kenapa?"

"Aku bosen dengan hubungan ini" cicit vanya dengan suara yang sangat pelan sekali.

Tatapan sendu bima dengan cepat berubah menjadi tatapan datarnya menatap gadis yang kini masih tertunduk dihadapannya,ucapan yang terlontar dari bibir tipis itu terasa sangat sulit sekali dipercaya,selama bertahun tahun sampai akhirnya mereka bertunangan bima sudah mempercayakan seluruh perasaannya untuk gadis cantik tersebut,bahkan ia terlihat buta oleh pesona gadis itu sampai sampai ia rela kehilangan seorang sahabat demi gadis dihadapannya itu.

Vanya merasakan genggaman ditangannya perlahan mulai terlepas,membuat gadis itu mengangkat pandangannya dan menatap laki laki yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan tak percayanya.

"Bisa kamu ucapin sekali lagi?" Tanya bima sambil memejamkan matanya.

"Aku sudah bosan dengan hubungan ini bima,aku mau kita akhiri semua ini" tegas vanya tanpa rasa takut menatap manik mata bima yang sudah membuka pandangannya.

Bima tersenyum sinis,lalu beralih menatap kebawah gedung dengan banyak pengendara yang melintasi jalanan disana.

"Hanya itu alasannya?" Tanya bima dengan suara dinginnya tanpa menatap vanya.

Vanya membuang nafasnya kesal,lalu mengikuti arah pandang laki laki hadapannya itu.
"Ya cuma itu,karena aku gak punya alasan kenapa aku bisa bosen sama kamu" jawab vanya cepat,walaupun banyak sekali alasannya yang tidak mungkin bisa ia ucapkan kepada bima.

"Bukan karena kamu mulai mencintai davian?" Tanya bima kembali menatap vanya.

Vanya membuang pandangannya kearah lain ketika tiba tiba saja pandangannya dan bima bertemu.
"Davian sahabat aku" alibi vanya membuat bima semakin tertawa sinis mendengarnya.

"Yakin jika hanya davian yang punya perasaan sama kamu?" Tanya bima untuk kesekian kalinya.

Benar bukan jika apa yang terjadi tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya?sampai saat ini pun bima masih beranggapan bahwa davian lah yang memiliki perasaan terhadap vanya walaupun nyatanya tidak seperti itu,kata kata manis gadis itu selalu meyakinkan dirinya bahwa ia tidak memilili perasaan apapun kepada davian sekalipun itu yang bernama cinta dengan mengatas namanya davian adalah sahabat dirinya bersama luna,iya luna dan bima.Karena sedari kecil mereka berempat adalah seorang sahabat yang sulit sekali dipisahkan,namun karena satu ego dari salah satu mereka membuat semuanya hancur.Membuat kata sahabat seolah hanya bullshit semata.

"Semua gak akan berubah bim,aku masih menganggap davian sahabat aku dan luna,bahkan sampai saat ini pun aku masih merindukan sosok luna yang sekarang entah ada dimana" ujar vanya dengan memasang wajah seolah olah dialah orang yang paling terluka diantara yang lainnya.

Bima menarik nafasnya perlahan lalu membuangnya juga secara perlahan.
"Kalau gitu kenapa kamu terima lamaran kedua orang tua aku nya?" Tanya bima sekali lagi dengan perasaan yang entah seperti apa.

Vanya menatap dalam bima yang kini tengah menatapnya juga dengan pandangan sendu.
"Karna kemarin aku cinta sama kamu" bohong vanya,entahlah fikirannya sekarang entah kemana,apa kemauan dirinya saja gadis itu tidak tau,yang jelas ia hanya ingin dengan pengakuannya ini membuat hubungan dirinya dan juga bima menjadi tidak baik,dengan begitu akan dengan mudah ia bisa terlepas dari ikatan menjengkelkan itu.

"Sekarang udah enggak lagi?"

"Entahlah,aku juga bingung"
Jawab vanya semakin memperkeruh keadaan,bima terlihat sekali sedang menahan emosinya,apa yang diinginkan oleh gadis itu ia tidak tau tapi yang jelas pengakuan gadis itu secara tiba tiba membuatnya sulit sekali berfikir tentang kemungkinan kemungkinana apa saja yang bisa terjadi.

Maaf kalo rada rada gaje ya,karna aku tu gak tau apa aja yang dibahas sama pasangan cewek cowok yang lagi berantem karna aku gak pernah gitu:3 ya iyalah gk pernah berantem pacar aja gak ada kan ya😢 eh kok jd curhat:d wkwkwk ya pokoknya gitu deh,votenya ditunggu,trs juga diharapin untuk tinggalin jejak kalo udah membacanya ya gaeees:v

Sun jauh dari author yang jauh disini:*

TBC

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang