Bab 20

36 4 2
                                    

Yara tampak gelisah ditengah posisi duduknya pada ranjang yang ada di ruangan bernuansa putih itu,semua tatapan mata tertuju kepada dirinya,seolah gadis itu adalah seorang buronan yang berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian dan tengah dimintai keterangan akibat ulah tak senooh yang ia perbuat.

Jemari lentik dan ramping itu berkali kali meremas selimut berwarna khas rumah sakit yang tengah menyelimuti sebagian tubuh mungilnya,dan tak lupa pula bibir bawah yang sengaja ia gigit untuk mengurangi rasa gugupnya.

Sudah hampir dua hari gadis itu berada di ruangan mengutukan ini,jika sebelumnya yara selalu berasumsi bahwa apapun yang berkaitan dengan rumah sakit selalu menyenangkan,namun pengecualian untuk saat ini.Dan mungkin setelah ini asumsi seperti itu akan ia buang jauh jauh setelah ia merasakan sendiri bagaimana rasanya berdiam diri di ruangan vip tempat dimana ia dirawat layaknya seorang bayi yang tak bebas dari kekangan orang dewasa.

Namun setidaknya yara dapat bernafas lega ketika mengetahui bahwa hari ini ia sudah di perbolehkan untuk kembali ke rumah,namun sebelum itu ia harus menjawab serentetan pertanyaan yang di lontarkan oleh sebagian keluarganya.

"Sekali lagi yara,siapa yang sudah buat kamu jadi seperti ini?" Tanya om gunawan,laki laki dewasa dengan wajah datarnya menatap keponakannya itu untuk meminta kejelasan dengan sejelas jelasnya mengenai musibah yang menimpa gadis cantik itu.

Yara menarik nafasnya dalam sambil cengar cengir tidak jelas,ayolah yara untuk mengungkap kebenaran saja gadis itu harus berfikir lama sekali.

"Apa harus kasus ini kita bawa kemeja hijau biar pihak berwajib yang menyelesaikannya?" Tanya gunawan lagi yang merupakan adik kandung dari firman sang ayah.

Yara menggaruk garuk dahinya yang tidak gatal itu dengan wajah polosnya,dan itu semua membuat Septi,dan Ayu yang merupakan istri dari omnya itu menatap nelangsa kearah gadis dengan rambut yang sengaja ia gelung dengan perasaan geram mereka.

"Ra,bisa kan jawab jujur pertanyaan om Gun nak?" Tanya Septi dengan nada bicara yang sengaja ia lembut lembutkan,berharap jika yara bisa luluh dan mulai menceritakan semua kejadian itu.

Yara menghembuskan nafasnya dengan kasar,lalu menegakkan posisi duduknya terlihat mulai menampakkan wajah seriusnya.

"Om kemaren itu yara ke kunci di gudang lama sekolah" ujar gadis itu setenang mungkin.

"Dan itu murni kesalahan yara,bukan karena ulah orang lain om" tambah yara,menutupi fakta yang sebenarnya.

Gunawan yang masih setia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang tempat gadis itu pun mengernyitkan dahinya,masih kurang puas dengan pengakuan keponakannya itu.

"Bukannya pihak sekolah bilang kalau gudang itu sudah lama tidak ada yang jaga,belum lagi tempat itu sepi dan gak pernah ada siswa yang lewat di situ?" Sanggah Gunawan lagi dengan matanya menelisik ke arah gadis itu.

Yara memutarkan bola matanya ke kanan dan ke kiri,andai saja ada orang yang mau menghentikan seksi tanya jawab ini sudah pasti ia akan sangat bersyukur sekali bukan?

"Iya om,waktu itu yara cuma jalan jalan aja ke situ,terus yara masuk soalnya yara liat ada manekin organ fital manusia,niatnya mau liat liat eh gak taunya pintu yang yara tutup kekunci sendiri" jawab yara belum kehabisan idenya.

Gunawan terlihat membuang nafasnya perlahan disusul oleh septi yang sedikit menemukan titik terang akibat kejadian yang menimpa anak semata wayangnya itu beberapa hari yang lalu.

"Jadi om yara mohon banget,jangan kasih tau papa ya apalagi sampe ngelaporin masalah ini ke kantor pak polisi" pinta yara dengan wajah memelasnya sambil membuat gerakan abstrak dari jari yang ia torehkan pada selimut yang menutupi pahanya itu.

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang