Bab 15

38 6 1
                                    

Hari sudah semakin siang,sang mentari tanpa henti terus memancarkan betapa teriknya cahaya, seolah berkata ia lah sang penguasa surya.Namun hal itu,tidak menghentikan aktivitas proses belajar mengajar siswa di salah satu SMA swasta yang ada di kawasan kota Jakarta,suara lantang seorang guru yang sedang mengajar pun terdengar memenuhi beberapa kelas di sekolah itu,termasuk pada kelas xii ipa 2.

Cuaca panas dan terik,belum lagi AC kelas yang tiba tiba mati,seakan menambah kesengsaraan para penghuni kelas.Angin yang bersumber dari pergerakan daun daunan pohon pun sesekali terasa berhembus melewati kaca jendela yang sengaja terbuka itu,namun sayang hal itu tidak berlangsung lama,membuat udara terasa panas kembali.Jam istirahat pertama sudah berlalu,itu pertanda bahwa kebutuhan para siswa sudah terpenuhi sejak mereka berada di kantin beberapa jam yang lalu,dengan kondisi kelas seperti ini,membuat rasa kantuk cepat sekali menyerang para siswa.Dan tidur adalah pilihan terbaik bagi sebagian siswa.

Hal itu semua pun,tidak jauh berbeda dari apa yang kini tengah laki laki berparas tampan itu rasakan,rasa kantuk pun ia rasakan,hal itu disebabkan karena beberapa hari belakangan ini jam tidurnya sangat terbengkalai,entah apa yang laki laki itu lakukan selama beberapa hari belakangan ini.

Untuk mengurangi rasa jenuhnya saat mendengar seorang guru cantik yang sedang berceloteh ria itu mengenai materi biologi,ia mencoba menyibukkan diri pada benda pipih yang sedari tadi ia simpan di laci meja,untunglah ia memilih bangku yang terletak berjauhan dengan meja guru,membuat segala pergerakannya tidak selalu bisa terpantau oleh guru yang mengajar di kelas itu.

Davian tidak terlalu suka dengan pelajaran berbau hafal menghafal,mungkin biologi contohnya,sedari tadi guru yang berada di depan itu hanya menjelaskan dan terus menjelaskan beberapa kata yang sulit sekali ia pahami dan mengerti,karena sering kali guru tersebut menyelipkan beberapa nama ilmiah dalam penjelasan materinya itu.Baginya pelajaran sejenis itu jika tidak benar benar niat dalam mendalami materi tersebut,akan sangat susah menguasainya,karena sebagian besar dari materi itu mengharuskan kita menggunakan metode hafalan,karena jika hanya dimengerti,rasanya sulit sekali jika harus mengerti dan membedakan nama nama ilmiah dari tanaman,hewan atau hal hal lainnya.

"Gas,lo liat deh sleting bu anggun turun bro" Celetuk vano heboh namun dengan suara yang begitu pelan.

Bagas yang menjadi teman sebangku laki laki itu pun beralih menatap sang guru yang sedang membelakangi mereka,karena guru tersebut tampak tengah menulis sesuatu di papan tulis berwarna putih itu.

"WAGELASEH! Iya van ijoooo bray" balas bagas dengan mata berbinar, membuat vano yang memang memiliki otak mesum semakin menjadi jadi.

Davian yang tadinya hanya fokus pada layar ponselnya,ketika mendengar perbincangan sahabat dan temannya yang memang duduk dibangku belakang dirinya dan erlan pun,secara reflek melirik kearah apa yang mereka bicara kan dan memang benar adanya jika sleting rok sepan sebatas lutut milik guru mudanya itu terlihat turun.Dan davian yang menyadari itu hanya tertawa geli sebelum kembali fokus pada benda pipih bercase hitam itu.

"Kalian brisik tau gak!" Ketus erlan sambil menyenggol kasar meja milik vano dan bagas yang ada di belakangnya itu,lalu kembali menyalin tulisan yang ada di papan tulis itu,sepertinya Erlan belum menyadari hal tersebut.

"Reseh lo!" Balas Bagas disela sela tawanya.

"Gila sumpah,itu kaitannya juga lepas van"

"Wede masa si,whahaha bener gas jeli juga mata lo"

"Jelas laah,untung aja pinggul bu anggun gede kalo enggak paling udah melorot tuh" ucap bagas dengan tawa gelinya.

"Itu talinya tebel banget gas"

"Tali daleman bu anggun tuh,mana warnanya ngejreng banget"

"Eh kungkang!tali daleman cewek mana ada yang tebelnya begitu!"

Tyara Is My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang