SIDE 18

1.3K 148 12
                                    

Permohonan Jungkook untuk pulang ke rumah butuh waktu yang sangat lama untuk mendapati persetujuannya dari Kim Rae Won maupun Ilhwa. Jungkook berkali-kali meyakinkan ibu dan dokter kesayangannya itu untuk membiarkan dia rehat di rumah. Dan berjanji tidak akan terjadi apa-apa. Rae Won berpikir panjang dan memutuskan mengirim seorang perawat bersama kepulangan Jungkook juga peralatan yang dibutuhkan jika suatu hal terjadi. Dan Jungkook berbahagia untuk itu.

Tepat esok harinya Jungkook bersiap kembai ke rumah. Melihat keadaan Taehyung sebentar. Tidak ada yang berubah, mata yang terpejam, monitor dengan garis-garis yang menunjukan kalau Taehyung masih bernafas, alat-alat yang menempel padatubuhnya sebagai penompang hidup saat ini. Jungkook nyaris meneteskan air mata. Namun langsung dia hapus dengan kasar karena tidak inginmelihat Taehyung dengan tatapan yang menyedihkan. Setidaknya Jungkook harus menyapa Taehyung dengan senyuman.

"Hyung, apa kabar?" Jungkook tersenyum.

Tentu saja, Taehyung tidak akan menjawab sapaan tuan kecilnya. Dia tengah terlelap dengan sejuta mimpi dan tidak ada yang tau apa itu. Jungkook berdoa pada tuhan untuk memberikan Taehyung mimpi yang sangat indah supaya Taehyung tidak kesepian dalam lelapnya.

"Aku tau hyung menginginkan ku untuk memilikinya. Dan aku akan menunggunya saat hyung benar-benar menginginkan ku menyimpannya untuk mu hyung. Atau, kau bisa memilikinya selamanya. Jangan menyerah hyung, kau selalu memberiku semnagat dan hyung harus memilikinya juga." Jungkook memijat lembut tangan Taehyung.

"Apa hyung bertemu ayahku dimimpi mu, hyung? Jika iya, sampaikan rindu ku dan Wonwoo hyung dan ibu padanya. Dan sampaikan maaf ku untuk waktu tertunda untuk bertemu dengannya." Tetesan air mata Jungkook mulai mengalir.

"Baiklah, aku pulang dulu hyung. Lain waktu akan mengujungi mu lagi. Tetap semangat hyung. Aku harap kau selalu mendengar doa ku dari mimpimu."

Jungkook merapikan selimut Taehyung, menaikannya sedikit keatas agar dingin tidak menyentuh Taehyung. Segera Jungkook pergi takut-takut Taehyung mendengar tangisan pilunya. Maksudnya untuk menyemangati akan hilang jika Taehyung mendengarnya menangis.

Diluar ruangan Taehyung, Jungkook sudah menemukan Wonwoo yang menunggunya. Jungkook tidak yakin Wonwoo mendengar semua dirinya katakan pada Taehyung atau tidak. Wajah kakaknya sangat sendu dan Jungkook tidak bisa mengartikan dalam satu sisi perspektifnya. Kakaknya tersenyum, namun tampak kesedihan mengiringinya. Jungkook ingin menyemangati kakaknya seperti sebelumnya dia menyemangati Taehyung. Tapi, Jungkook yakin Wonwoo hanya akan berbohong dengan semua senyumannya dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Jungkook sangat yakin semua orang kini berusaha tanpak baik-baik saja namun rusak di dalam layak dirinya sendiri.

"Ibu akan menyusul, ayo pulang duluan." Wonwoo merangkul adiknya.

"Hyung." Panggil Jungkook.

Semua perhatian Wonwoo kini terfokus pada Jungkook. Mata adiknya begitu indah dan Wonwoo berharap akan menatap mata itu selamanya.

"Hyung percaya, kan? Kalau aku akan baik-baik saja?" ujar Jungkook.

Wonwoo tercekat, lalu tersenyum "Tentu saja. Kau akan selalu baik-baik saja. Aku akan bersama mu, aku akan menjaga mu." Wonwoo mengelus lembut surai adiknya.

"A-aku, takut hyung." Jungkook menunduk.

"Aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri. Tapi karena kau percaya, aku akan mempercayainya juga." Jungkook tersenyum.

Wonwoo menarik adiknya dalam pelukan. Menyalurkan kehangatan yang dia miliki untuk Nurani Jungkook yang tengah membeku. Menyampaikan kalau dirinya sangat menyayangi Jungkook. Wonwoo akan senang jika tuhan memberikan sebuah pertukan tempat dimana dia akan menggantikan posisi Jungkook yang terlalu dekat dengan jangkauan tuhan.

oOo

"Aku harus bicara dengannya." Miseul tetap berdiri di depan gerbang rumah keluarga Jeon sepulang mereka mengunjungi rumah sakit untuk melihat Jungkook. Namun, mereka memutuskan setelah mendengarkan percakapan Jungkook dengan dokternya.

"Kau akan membuat masalahnya lebih rumit jika saat ini memaksa bertemu Jungkook." Ujar Jaehyun.

"Benar, kau tidak dengar dokter bilang apa tentang Jungkook tadi? Dia tidak dalam kondisi yang baik." Lanjut Bambam.

"Besok kita akan kembali untuk menyelesaikannya." Tambah Mingyu.

Namun Miseul sama sekali tidak berubah pikiran. Hatinya tidak menerima apa yang baru saja dirinya dengar. Tuhan selalu bermain dengar takdirnya. Miseul merasa sangat gila, apa yang baru saja diketahuinya tentang Jungkook, merasa kalau tuhan tidak ingin dia bahagia. Miseul saat ini merasa siap mati hanya untuk menyelamatkan Jungkook dari takdir mengerikan ini.

"Kalian pulanglah. Aku akan bersama Miseul disini." Ujat Yugyeom.

Semua menatap Yugyeom. "Tapi ka_" kalimat Eunwoo terputus saat Yugyeom menepuk bahunya pelan.

"Aku tidak akan lagi memperburuk keadaan. Jangan khawatir, aku akan menghubungi kalian setelahnya. Pulang lah untuk saat ini." Ujar Yugyeom dengan suara bergetar.

Mereka menurut. Perlahan langkah mereka meninggalkan lingkuran rumah Jungkook. Dan membiarkan Yugyeom dam Miseul tetap di sana.

"Kau yakin ingin menyelesaikannya?"

"Aku tidak ingin kehilangannya." Miseul mulai menangis dalam diamnya dan wajah yang tertunduk.

'Ting Tong!'

Bel pintu rumah Jungkook berbunyi. Lima detik kmudiam bibi Ma menjawab panggilan tersebut. "Yugyeom disana?" ujar Mingkyung.

"Bi, Boleh aku masuk untuk menjenguk Jungkook?" ujaar Yugyeom.

"Aku khawatir tidak. Wonwoo melarangan siapapun bertemu Jungkook sata ini. Maapkan bibi Yugyeom-ah." Ujar Mingkyung.

Tidak lama kemudian suara mobil mendekati pagar rumah mereka. Yugyeom tau kalau mobil yang tengah mendekat itu milik Wonwoo. Dan Yugyeom yakin kalau Jungkook ada di dalamnya.

Wonwoo memacu gas mobilnya cepat dan berhenti tepat sebelum mengenai kaki Yugyeom. Dengan langkah besar Wonwoo turun dan menarik kerah baju Yugyeom. "Untuk apa kau kemari?! Pergi!"

"Hyung, aku ingin bicara dengan Jungkook." Jawab Yugyeom menahan tangan Wonwoo.

"Pergi sebelum aku memmbunuh mu!"

Jungkook ikut turn dari mobil. "Hyung, tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja." Ujar Jungkook. Perlahan cengraman Wonwoo merenggang dari kerah Yugyeom.

"Hai, Yoo Mi Seul, Kim Yugyeom." Jungkook tersenyum.

Senyuman tanpa arti yang menakutkan. Senyuman yang penuh kepalsuan hanya untuk mengedepankan diri dengan kata baik-baik saja. Senyuman yang siapapun akan terpana dan tertipu dalam waktu bersama. Jungkook mulai terjebak dengan semua perasaannya.

-TBC

Malam semua.

Tetaplah bermimpi indah~



Side A Life ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang