EPILOG

976 83 15
                                    

Banyak rahasia yang tuhan sediakan untuk lika-liku kehidupan umatnya. Bagaimana bermulanya, bagaimana menjalaninya maupun bagaimana akhirnya. Tuhan suka membuat insanya bemain dengan teka-teki dan membuat semuanya menerka-nerka. Bagaimana semua orang pasrah dengan jalan takdirnya, ada yang merutuk, menggerutu dan mengutuk ataupun dengan bahagia menerima dan menjalani takdir mereka dengan baik. Tuhan sepertinya senang untuk memberikan sebuah pelajaran pada umatnya.

Bicara tentang rahasia, sama halnya dengan kehidupan. Bisa berumur panjang seperti pohon beringin yang rindang. Atau sesingkat bunga sakura yang gugur saat musimnya telah selesai. Dimana sebuah kematian tidak bisa dihindari oleh siapapun. Seberapa hebat mereka, seberapa kaya mereka atau seberapa berkuasanya mereka. Semua pasti akan mati pada masanya. Tidak peduli semua orang yang ditinggalkan. Mereka pasti akan melepaskan maupun melepaskan satu sama lain. Tidak ada pengecualian untuk itu.

Semua orang menangis pilu. Semua yang ada berada diruang duka tersebut memberikan seluruh penghormatan terakhir pada seorang pria manis yang tersenyum bahagia di foto dengan bingkai hitam mengelilinginya. Wajah tawa itu tampak memberikan pesan kalau dia telah melepaskan semua sakit yang dirasakannya semasa hidupnya. Wajah bahagia dengan senyuman paling manis dari seluruhnya.

Ilhwa tidak hentinya menangis menatap foto dengan senyuman tersebut dengan semua penyesalan dan kata maaf dalam hatinya tidak henti-henti. Ilhwa sesekali memejamkan matanya merasakan betapa puli semua orang dengan kepergian yang sangat mendalam ini. Mereka bahkan belum memberikan salam perpisahan dan benar-benar berpisah jauh, sangat jauh.

"Ibu beristirahat lah." Ujar Wonwoo mengusap lembut pundak ibunya. Rapuh, namun Wonwoo melihat betapa berusaha ibunya untuk tegak.

"Ibu tidak apa-apa." Ilhwa tersenyum.

"Apa sudah ada kabar?" tanya wanita paruh baya tersebut.

Wonwoo menggeleng lesu. "Banyak yang menjaganya, bu. Tenang saja."

Ilhwa hanya mengeratkan selendang hitamnya pada bahunya. Kembali mengingat semua hal pilu yang terjadi. Kembali menatap sendu pada figura foto tersebut.

oOo

Bunyi EKG tersebut masih sama. Lirih, dingin yang menakutkan. Belum ada yang putus berdoa hingga saat ini. Masih tetap sama, mengemis sebuh keajaiban yang sedikit memperlihatkan wujudnya namun samar. Yugyeom mendekati ranjang pesakitan itu, menarik selimut hangat itu agar yang diselimuti tetap merasa hangat. Menatap sendu wajah dibalik masker oksigen tersebut-

"Kapan kau akan bangun Jungkook. Kau harus bangun dan mengucapkan terima kasih pada Taehyung hyung lalu memberikan penghormatan terakhir mu." Yugyeom menatap sendu Jungkook yang masih terlelap dengan mimpinya.

Setelah apa yang terjadi diruangan operasi, mereka mengumumkan Jungkook dalam keadaan kritis dan kehilangan detak jantungnya. Dengan darahnya yang banyak menghilang dari tubuhnya kondisi Jungkook bisa dikatakan sekarat. Mereka tidak kehabisan stok darah, para dokter disana panik karena kondisi jantung Jungkook memburuk dan menjadikan status kesadarannya kritis. Hingga saat mereka diberikan sebuah harapan dengan kabar duka menyertainya.

Kim Taehyung meninggal dan siap memberikan apa yang akan diberikannya pada Jungkook. Taehyung seperti mendengar permohonan Miseul. Dan memberikan milikinya yang telah dirinya persiapkan untuk Jungkook. Taehyung kritis dan sempat diselamatkan namun gagal.

Saat ini sebuah keajaiban yang datang dengan sebuah malapetaka mengiringinya. Jungkook tidak memaksa untuk meminta. Namun Taehyung menyayangi JAungkook seperti adik sendiri seolah mengerti kalau adiknya tersebut butuh bantuannya. Begitulah seorang Kim Taehyung pada Jeon Jungkook. Selalu ada saat adiknya Jungkook membutuhkannya.

Side A Life ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang