Chapter 1

168 35 32
                                    

Happy reading👏👏 sorry for typo❤

———###———

Seluruh siswa kelas XI SMA Wylgzyn tengah berusaha melindungi dirinya dari sengatan bintang api itu. Meski jam masih menunjukan pukul 8 pagi, entah kenapa sinar matahari seakan akan mampu menusuk kulit. Terlebih lagi, mereka harus berlari mengelilingi lapangan. Sebenarnya lapangan itu tidak terlalu besar jika harus dikelilingi. Tapi sengatan panas itu membuat rasa malas muncul dari dalam diri masing-masing murid yang harus rela kulitnya terbakar.

Berbeda dengan Nada. Gadis cantik berkulit putih dan bertubuh tinggi itu sedang asik berleha-leha di kantin sembari meneguk minuman favorit yang biasa ia beli di kantin. Bahkan ia tak mempedulikan bagaimana ekspresi dari teman-temannya yang harus rela kehilangan kulit putihnya demi mendapatkan nilai A. Sedari tadi ia terus terkikik geli, melihat Nafta—temannya, yang tak pernah absen mengelap peluh yang terus menetes di pelipisnya. Berbeda lagi dengan Zean. Ia selalu saja tak berhenti untuk menatap stopwatch di jam tangannya untuk memeriksa apakah masih lama lagi ia harus berlari.

Zean memang berbeda dari yang lain, terlebih lagi Nafta dan tentunya Nada. Memang sejak kecil, Zean terlatih untuk menjadi atlet lari. Hingga tak perlu di khawatirkan lagi jika sesuatu hal terjadi pada Zean. Tentu itu sangat berbeda dengan Nada. Contohnya seperti sekarang mungkin.

Nada berpura-pura bahwa dirinya tengah demam dan merasa nyeri di kepalanya. Dan ia meminta izin ke UKS untuk mengobati dirinya. Tapi apa? Justru Nada malah bersenang-senang disini.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga akhirnya jam olahraga itu selesai. Nada masih saja terus tertawa ketika melihat kedua temannya itu jalan sempoyongan.

"Heh, liat temennya kesusahan bukannya tolongin kek, malah ketawa" sewot Nafta, membuat Nada menghentikan gelak tawanya.

"Ye, biasa aja kali mbak, sewot amat"

"Duh, gerah nih. Minum es kelapa seger kayaknya" ucap Zean berusaha menyindir Nada sembari mengipas ngipas lehernya yang dibanjiri keringat. Tetapi bukan Nada namanya, jika tak mengerti kode.

Nada yang mengerti maksud dari Zean pun langsung paham, dan memutar bola matanya sebal. "Iye,gue traktir lo pada"

"Nah, gitu dong. Itu baru sahabat gue" ucap Zean tiba-tiba sambil menjentikan jarinya dihadapan Nada.

Dengan malas, Nada memanggil salah satu penjual es kelapa di kantinnya itu. Lalu setelah itu, dua buah gelas es kelapa datang dan langsung disambar Zean. Nada yang melihatnya pun langsung menggelengkan kepalanya.

Zean memang seperti itu, walaupun penampilan dan kelakuannya sedikit tomboy, itu tak mengurangi sedikitpun sifat rakus dan grasak grusuknya. Lihat saja sekarang. Ia meminum segelas es kelapa saja seperti orang kerasukan. Tak perlu waktu lama, minuman itu sudah ditenggak habis olehnya.

Nafta dan Nada yang melihat aksi Zean itu langsung berdecak. Bahkan sempat berfikir kalau yang disebelahnya saat ini bukanlah Zean. Melainkan jin Iprit yang kebetulan lewat dan merasuki tubuh Zean.

"Zee, ini lo kan?" ucap Nafta sembari menaruh punggung tangannya ke dahi Zean. Zean yang sepertinya tak terima itu langsung menepis tangan Nafta dengan kasar dan memasang tampak juteknya.

"Maksud lo apa, hah?!"

Nafta yang mulai takut itupun langsung nyengir sembari menampilkan dua jari nya. Karena jika tidak seperti itu, Zean pasti mengamuk dan menghancurkan tatanan rambut Nafta.

Jadi teringat kejadian dua hari lalu. Ketika Nafta meledek Zean yang rakus nya seperti orang kesetanan. Bagaimana tidak? Dua mangkuk mie ayam saja bisa dihabiskan oleh Zean dalam sekejap. Dan saat itu pula Zean langsung menjambak kencang rambut Nafta. Membuat tatanannya rusak, seperti orang habis tersetrum listrik. Padahal, sejak awal Nafta sudah mewanti wanti agar tak ada siapa pun yang boleh menyentuh rambutnya. Jangankan orang, lalat lewat saja mungkin akan di colok oleh Nafta. Tapi ternyata, keadaan Nafta saat itu sudah melebihi orang gila. Menurut Zean. Dan itu sangat terputar jelas di memori mereka.

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang