Chapter 2

96 28 23
                                    

Happy reading❤ sorry for typo👻

———###———

"Argghhhh,,, setan! setan! setan!" triak Nada dengan kesalnya. Bahkan sudah beberapa kali ia melampiaskan rasa kesalnya kepada setiap barang yang ia lewati. Ia memang benar-benar tak peduli saat ini. Yang ada di otaknya hanyalah lelaki itu. Mood nya benar-benar hancur. Mungkin jika diibaratkan, sudah seperti kaca-kaca apartemen yang habis ditabrak pesawat/?

Kedua temannya? Sedari tadi hanya diam. Mereka bukan tidak peduli. Hanya saja mereka membiarkan Nada untuk meluapkan emosinya. Nada memanglah tipe orang yang tidak boleh diganggu saat ia sedang berkecamuk dengan hatinya yang panas. Jika itu terjadi, maka apapun bisa menjadi pelampiasannya. Maka dari itu, Nafta dan Zean mencoba untuk diam dan memperhatikan Nada. Kecuali, jika Nada memang benar-benar sudah nekat. Mereka akan bertindak.

"Kalian tau gak sih? Tuh cowok emang nyebelin banget!! " ucap Nada sedikit tersengal. Dia memang sedang berusaha mengatur nafasnya. Hatinya yang masih mendidih benar-benar mengganggu pernafasan Nada. Bahkan keringat sudah mengucur sejak tadi dari pelipisnya. Untung saja Nafta tak pernah absen untuk membawa perlengkapan. Hingga Nada tak perlu repot-repot turun ke bawah dan membeli tissue hanya untuk mengelap peluh.

Tunggu. Turun? Ya, kini mereka memanglah sedang berada di atas gedung sekolah. Lebih tepatnya di rooftop. Karna hanya tempat inilah yang dianggap paling aman. Tempat dimana tujuan bolos mereka. Keadaannya yang sepi membuat mereka memilih tempat ini sebagai markas mereka.

"Nad, udah dong. Cuma hal sepele kan?"  tutur Zean. Sebenarnya ia sudah sebal jika harus menghadapi keadaan seperti ini lagi. Jika kalian berfikir ini adalah kali pertama Nada mengamuk karena lelaki itu. Jawabannya jelas salah. Sudah tak terhitung lagi berapa kali Nada mengamuk hanya karena lelaki 'menyebalkan' itu. Padahal, persoalannya masih sama. Hanya karena satu benda dan satu syarat yang harus Nada lakukan, semuanya menjadi rumit. Mungkin tidak akan serumit ini jika Nada tidak memperumitnya. Tapi Nada juga punya alasan jika ia harus merumitkan semua keadaan ini.

Dengan gusar, Nada berjalan mendekati Zean yang duduk di tepi rooftop. "Sepele kata lo?"

"Udah Nad, udah— kita itu bolos mau refreshing otak kan? Kenapa malah jadi panas gini?" ucap Nafta melerai. Lebih tepatnya mungkin berusaha mendinginkan hati Nada.

Nada memutar bola matanya sebal. Lalu ia duduk di tepi rooftop dengan kaki yang menggantung seperti yang dilakukan Zean. Sebenarnya bukan hal lain yang membuat Nada merubah posisinya. Meskipun sedikit, Nada juga merasakan pegal pada kakinya. Karna sedari tadi ia terus saja berdiri dan berteriak tanpa mempedulikan pita suaranya. Untung saja ini rooftop.Tentu saja suara melengking Nada tak terlalu terdengar keluar area.

"Nad, masih masalah itu?"

Nada menghela nafas ringan. Menetralkan suhu hatinya yang mulai membaik. "Lo tau kan Naf, gue gak bisa ngelakuin syarat itu."

Nafta dan Zean kembali terdiam. Memang ini tak sepenuhnya salah Nada. Tapi kenapa keadaan seolah menumpahkan kesalahan ini pada Nada?

"Awas lo ya!" tanpa berfikir panjang lagi, Nada melempar sebelah sepatunya yang baru saja ia lepas ke arah Dirga. Manusia menyebalkan bagi Nada yang selalu saja mengganggu kesenangannya. Dan kini, posisi Dirga sedang berada sedikit jauh darinya. Tetapi Nada yakin jika lemparannya tak akan meleset. Karena Nada pernah mengikuti —

'Buk'

"Ups." Nada menutup mulut dengan tangan kanannya. Di dalam hatinya, ia terus merutuki kesialan yang baru saja ia alami saat ini. Bisa bisanya sepatu itu malah mengenai orang lain. Bukan Dirga. Dirga? Malah pergi dengan cengiran lebar seolah olah ia habis memenangkan pertandingan tanpa mempedulikan rasa kesal Nada.

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang