Chapter 6

42 18 4
                                    

"Tadi lo beneran ketemu sama Gema?" tanya Zean sekali lagi. Tapi entahlah, ini yang terakhir atau tidak. Sebab meski sejak tadi Nada terus menjawab 'iya', Zean tetap mengulangi pertanyaannya.

"Astaga, Zee. Lo gak percaya sama gue?"

"Ya— gue bukannya gak percaya sih"

"Terus apa namanya kalo bukan 'gak percaya' ? Orang daritadi lo nanya mulu"

Zean mengecutkan bibir. Dan lebih memilih untuk diam daripada terus berdebat dengan Nada. Jika ia terus meladeni nya, pasti tidak akan pernah berhenti.

Sedangkan Nada terus mengaduk-aduk jus yang baru saja ia pesan. Sesekali, ia membuang pandangannya ke sembarang arah untuk sekedar melihat-lihat interior restaurant ini. Ya, mereka kini sedang berada di sebuah restaurant yang jaraknya berdampingan dengan Lily's book store. Alias toko buku yang baru saja Zean dan Nada kunjungi. Tadi Nada memang sempat mengeluh jika dirinya tengah kelaparan akibat menunggu Zean yang terlalu lama. Ditambah lagi dengan kehadiran Gema yang semakin membuat rasa lapar Nada bertambah. Entahlah, memang sudah kebiasaan bagi Nada sejak dulu jika sehabis meluapkan emosinya ia akan merasa sangat lapar.

Zean melirik ke arah jam tangannya untuk melihat pukul berapa sekarang. Seketika mata Zean membelalak. Membuat Nada bingung atas perubahan sikap Zean yang sepertinya terlihat khawatir. "Kenapa Zee?" tanyanya sembari menyeruput Orange juice nya.

"Nad balik yuk. Ini udah jam sepuluh"

Uhuk uhuk..

"What?! Kenapa lo gak bilang daritadi! Inimah pasti gue dimarahin"

"So—sorry, lagian gue juga kan baru ngeh"

"Yaudah gak papa, ayo" dengan tergesa gesa,Nada dan Zean langsung keluar dari restaurant. Untungnya, mereka sudah membayar sejak awal. Sehingga mereka tak perlu ribet-ribet lagi.

Dan lebih untungnya lagi, Zean tadi membawa mobil ketika hendak kesini. Jadi Nada tak perlu repot mencari taksi. Apalagi sekarang sudah malam. Pastinya sudah jarang ada taksi lewat.

Satu hal lagi, Zean memang sudah diizinkan oleh Ayahnya untuk membawa mobil. Melihat Zean yang memang sudah terlihat lebih dewasa. Jadi Ayahnya sudah percaya kepada Zean.

•••

"Nad, sorry ya gue harus cepet-cepet pulang. Takut bokap nyokap nyariin gue." ucap Zean dengan nada bersalah. Sebenarnya Zean ingin sekali menemani Nada untuk mencoba bicara dengan Reno— Ayah Nada. Karena ia tahu sekali, pasti Nada akan dimarahi abis-abisan oleh Ayahnya. Tapi apa boleh buat, ia benar benar harus segera pulang.

Nada menghela nafas ringannya. Lalu mengangguk lemah."Iya gak papa kok, santai aja"

"Lo harus kuat ya Nad, sama apa yang bakal terjadi nanti sama lo" ucap Zean seakan akan ia benar benar tahu apa yang akan terjadi. Tapi Nada sudah tak heran lagi, karena memang pada dasarnya Zean sudah tahu semua tentang Nada. Termasuk soal ini.

Nada mengangguk "Iya, lagian gue udah biasa"

"Yaudah, gue balik ya. See you Nad" Ucap Nada sembari melambaikan tangannya. Lalu setelah itu, ia pun menyalakan mesin mobil dan melaju menembus angin malam. Menyisakan asap knalpot yang tidak terlalu tebal.

Setelah menghilangnya Zean, Nada berbalik. Menghadap ke pintu rumah yang terlihat menyeramkan. Sebenarnya bukan pintunya lah yang menyeramkan. Tetapi apa yang ada di balik pintu ini. Nada sudah membayangkan bagaimana marahnya Reno saat mengetahui ia pulang larut malam begini. Dan pasti ia akan—

Nada menggeleng. Menyemangati dan meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi apa apa. Ya—walaupun kemungkinan ini sangatlah kecil. Tapi Nada tetap berusaha terlihat kuat.

Come on Nad, lo pasti bisa. Batin Nada menyemangati diri. Hingga akhirnya, Nada terpaksa membuka knop pintu hingga daun pintu benar benar terbuka.

Deg!

Jantung Nada rasanya tak karuan saat ini. Bahkan keringat dingin sudah mampu membasahi tubuhnya. Perkiraannya benar. Dan memang tak akan pernah meleset. Kini Ayahnya sudah berdiri di hadapan Nada dengan memasang wajah marah. Bisa terlihat di warna wajahnya yang sedikit memerah itu.

Nada benar benar harus mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi Ayahnya ini.

"Dasar anak gak tahu diri! Kamu pikir ini jam berapa hah? Pulang hingga malam-malam begini. Memangnya kau mau jadi apa nanti!"

Nada terdiam. Berusaha mempertahankan pertahanannya agar tak roboh begitu saja. Ia harus kuat. Seorang Nada tak boleh menangis di depan Ayahnya.

"Mas,ada apa? Malam malam begini sudah berteriak. Malu mas, sama tetangga, udah mas" ucap Iana yang baru saja datang dari arah kamar tidur. Sepertinya ia terbangun karena suara berisik tadi.

"Oh, jadi ini anak didikan kamu! Pintar ya kamu, udah berhasil ngedidik anak jadi gak bener!" bentak Reno dengan begitu keras. Hingga mampu membuat hati Nada benar-benar bergetar karena takut. Tapi untungnya, Nada masih bisa mempertahankan bentengnya agar tak hancur begitu saja.

"Mas, Kamu itu udah keterlaluan! "

"Nada, pokoknya Papah gak pernah sudi punya anak seperti kamu! Kamu camkan itu baik-baik."

Nada benar-benar sudah tak bisa menahannya lagi. Satu titik air matanya menetes begitu saja tanpa permisi. Dan Nada sangat membenci itu.

Dengan susah payah, Nada berusaha membuka suara. Meski terkadang, Nada harus melawan rasa ini. Rasa yang sama sekali tak ingin Nada rasakan di sepanjang hidupnya.

Nada menunduk, menahan getaran di bibirnya. Dan menahan air matanya agar tak kembali menetes. Karena Nada tahu, sebanyak apapun air matanya menetes, itu tetap tak akan merubah keadaannya saat ini.

"Pah, aku pikir, papah itu adalah seorang ayah terbaik yang udah tuhan kirim buat aku. Tapi penilaian aku salah pah—" Nada menggantungkan kalimatnya. Ia benar-benar tak kuat untuk melanjutkan ucapannya. Tapi dengan keyakinan mantap, Nada mencoba untuk berani. Ya, ia harus berani.

"Aku BENCI sama papah." dan akhirnya, satu kalimat itu sukses keluar dari mulut Nada. Sungguh itu membuat Iana mematung. Ia tak menyangka jika putri kesayangannya itu benar-benar sudah di batas kesabarannya. Tapi Reno? Malah berdecih seolah meremehkan ucapan Nada. Entah setan apa yang sudah memasuki raga Reno kali ini. Hingga membuat Reno tak punya akal. Ia benar-benar tak peduli dengan anaknya.Nada.

Dengan hati yang sudah pecah dan hancur, Nada pergi berlari meninggalkan kedua orang tuanya, dan memasuki kamar dengan perasaan kacau. Nada bahkan tak pernah berfikir dan tak pernah terlintas di otaknya jika ayahnya akan berkata seperti itu. Apa? Jadi selama ini Reno tak pernah sudi mempunyai anak seperti Nada? Lalu apa? Apa arti dari semua yang telah mereka lakukan dulu?

Ayah. Seorang ayah yang selalu Nada banggakan dihadapan teman-temannya dulu, Ayah yang pernah membuat Nada menangis disaat ia akan meninggalkannya, Dan seorang ayah yang bahkan Nada tak pernah ada sedikitpun ingin meninggalkannya, menjadi seorang ayah yang kasar.

Hingga akhirnya, hanya ada satu hal yang Nada tau.

Nada ..

Membenci..

Ayah ..

Bersambung~~

Sumpah ini bikin gua baper😭😭 gua ngetik sambil nangis ini woi..soalnya sambil dengerin lagu lagu sedih gitu😭😭

Btw feel dapet gak?

Dapet dong

Gua udah susah payah nih bikin beginian..Btw jangan lupa vote comment ya..jangan lupa😄😄

Oya minal aidzin walfaidzin buat para readers GN.. Mohon maaf lahir batin ya..maafin Ef kalo Ef ada salah sama kalian.. Pokonya SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1439 H🎇🎉🎉

ps : orang pada takbiran Ef malah ngetik😂😂

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang