Liam Payne : Imaginary Friend

256 28 0
                                    

"Mum bilang kau tidak nyata," kau berkata sembari menata kasurmu yang sebenarnya tidak terlalu berantakan, aku masih tidak paham mengenai definisi berantakan milikmu.

Aku, yang masih berdiri di pojok kamarmu dan memerhatikanmu yang sibuk dengan kegiatanmu, menjawab sembari tertawa, "memang."

"Huh?" Tanganmu berhenti bergerak, tubuhmu yang tadinya sedikit membukung kini berdiri dengan tegak, matamu teralihkan ke arahku membuat kedua mata kita serta merta saling bersirobok. "Maksudmu mum benar? Aku sudah gila?"

Aku mengangkat bahuku, meski terlihat tenang, dalam hati aku sebenarnya tengah sibuk menyumpah serapahi ibumu yang memiliki mulut kasar itu. Bagaimana bisa seorang ibu mengatai anaknya sendiri gila? Bukankah ibu seharusnya menyayangi anaknya? Setidaknya itulah yang aku tahu, terkadang aku bingung dengan cara manusia berpikir.

"Kau tidak gila," jawabku, tanganku kemudian bergerak untuk terlipat di depan dadaku, "kau hanya memiliki imajinasi yang sangat kuat."

Kau terdiam. Matamu teredar ke seluruh bagian tubuhku seolah kau adalah mesin pengindai, setelahnya kau melemparkan pandanganmu ke seluruh penjuru kamar merah mudamu, berusaha keras untuk tak menatapku. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini, aku harap aku tahu sehingga aku dapat melakukan sesuatu dan tak hanya terdiam, memperhatikanmu yang kini terlihat panik setengah mati.

Aku harap kau tidak percaya dengan ucapan ibumu. Saat aku berkata kau bukanlah orang gila, kau memang bukanlah orang gila. Kurasa, ibumu lah satu-satunya orang gila di sini. Aku tidak menyukai ibumu, dia terlalu kasar dan hobi sekali meminum alkohol. Apa gunanya melakukan semua itu? Aku tahu ibumu masih sakit hati karena ayahmu meninggalkan kalian semua, namun bukankah meminum alkohol tak akan merubah apapun? Aku harap dia bisa berpikir dengan lebih jernih secepatnya, dia manusia dan aku hanyalah bagian dari imajinasimu, namun aku dapat berpikir jauh lebih baik darinya.

Oh, maaf maaf, aku tidak bermaksud mengejek orang tuamu di dalam pikiranku. Huh, beruntung kau tak dapat membaca pikiranku, atau kau akan membenciku sekarang. Aku tak mau kau membenciku.

"Bukankah teman imajinasi seharusnya menghilang ketika aku sudah besar? Aku sudah berumur tujuh belas tahun, Liam, jika aku ingat-ingat lagi aku menciptakanmu saat aku berumur tiga tahun tapi kenapa ... kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kau seharusnya menghilang karena kau hanyalah bagian dari teman imajinasiku saat aku masih kecil?" kau bertanya, meski aku tak dapat melihat wajahmu dengan jelas dari tempatku berdiri, aku tahu bahwa kau sekarang tengah menangis. Hal ini menyakitkanku, aku tak mau kau menangis, terlebih jika kau menangis karenaku. "Aku menjadi orang gila karena semua ini!"

"Kau tidak gila!" aku berusaha meyakinkanmu.

Kau menoleh ke arahku, dan sesuai dugaanku, wajahmu kini penuh dengan air mata. "Bagimu aku tidak gila, tapi bagi orang lain, aku tidaklah lebih dari orang gila, Liam," katamu kemudian menangis dengan keras.

Aku berlari kecil ke arahmu dan menepuk punggungmu, berharap dengan itu kau tahu bahwa kau tidaklah sendiri. Aku akan selalu di sini bersamamu, sama seperti saat kau masih kecil, saat orang tuamu bertengkar dengan hebat dan kau tidak memiliki siapapun sebagai temanmu, aku ada di sana membuat hidupmu menjadi sedikit lebih bahagia.

Kau menepis tanganku dan bergegas melangkah jauh.

Kau mungkin tidak mendengarnya, namun kini hatiku retak. Aku tidak suka kau menolakku seperti ini.

Kau kemudian membalik tubuhmu dan bergerak pergi ke luar dari kamar. Aku berusaha untuk mengikutimu, namun tak bisa, menjadi bagian dari imajinasimu membuatku harus hidup di bawah aturan pikiranmu. Saat itu juga aku tahu kau tak mau bersamaku.

---

Hidup menjadi manusia biasa adalah impianku. Aku tak suka menjadi bagian dari imajinasimu. Bukan, bukan karena aku membencimu, namun karena menjadi bagian dari imajinasimu berarti aku tak benar-benar bisa bersamamu, aku juga membuat orang-orang di sekitarmu berpikir kau adalah orang gila--yang mana sebenarnya tidak, kau harus terus mengingat satu hal itu.

"Liam."

Aku menoleh, kau tengah berdiri di ambang pintu kamarmu dengan mata sembab. Kau terlihat berantakan dan aku benci dengan kenyataan bahwa aku lah yang secara tak langsung membuatmu seperti ini.

"Kau adalah teman terbaik yang pernah ada. Aku senang karena setidaknya otakku menciptakan manusia yang sangat baik sepertimu," katamu, "tapi ... Liam, aku ingin hidup seperti orang normal. Aku tak ingin orang-orang melihatku dan berpikir bahwa aku sebenarnya adalah seorang pasien rumah sakit jiwa."

Mendengarmu mengucapkan itu, aku tahu dengan jelas atas apa yang hendak kau katakan.

"Kau ingin ikut terapi itu 'kan?" aku bertanya.

"Iya. Aku minta maaf Liam, tapi--"

"Tidak masalah, aku paham dengan betul. Jika itu membuatmu bahagia, lakukanlah," kataku dengan senyuman tipis.

Kau terdiam di tempatmu berdiri, beberapa sekon kemudian kau berbalik dan menghilang dari pandanganku.

---

"Kau sangat cantik," dia berkata sembari mengelus pipimu dengan lembut.

Kau tersenyum malu dan kini pipimu memerah seolah-olah semua darahmu berlarian ke pipimu. Melihat semua itu, aku tertawa kecil. Kau sangatlah lucu jika malu seperti itu. Aku harap dia tahu bahwa dia sangatlah beruntung untuk memiliki wanita sepertimu.

"Kurasa kau sekarang kau tak butuh blush on," kataku meski aku tahu kau tak akan dapat mendengarku, kau bahkan tak bisa melihatku, semuanya karena pil yang kau tegak sejak beberapa tahun lalu.

Aku benci dengan fakta kita tak lagi bisa mengobrol seperti dulu. Semua percakapan kita sekarang ini hanya terjadi satu arah--aku terus berbicara padamu dan kau tak menjawab juga tak mendengar. Meski demikian, aku merasa bahagia karena sekarang kau tak perlu lagi mendengar orang-orang menyebutmu gila, ibumu sekarang juga menjadi lebih baik padamu, dan setidaknya aku bisa hidup bebas tanpa perlu mengikuti aturan pikiranmu.

Sekarang mungkin aku tak lagi menjadi bagian dari hidupmu. Sekarang aku hanyalah makhluk tak kasat mata bagi siapapun. Tapi aku senang jika kau juga senang.

[-][-][-]

What is this? 😅

Night Changes // 1D (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang