Liam Payne : Drunken Girl

177 16 0
                                    

"Hey, aku akan ke kamar mandi," kataku pada Niall yang masih sibuk tertawa keras sembari mengambil video teman kami yang sedang mabuk dan menari dengan gila, menunjukkan gerakan-gerakan yang sangatlah buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey, aku akan ke kamar mandi," kataku pada Niall yang masih sibuk tertawa keras sembari mengambil video teman kami yang sedang mabuk dan menari dengan gila, menunjukkan gerakan-gerakan yang sangatlah buruk.

Niall mengangguk, kembali tertawa keras begitu ia melihat Harry sedang menari seperti cacing kepanasan. Aku hanya tertawa kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalaku sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju ke arah kamar mandi.

Saat ini aku sedang berada di salah satu ruman teman kuliahku, aku tak begitu mengenalnya, tetapi kemarin pagi setelah kelas ia mendatangiku untuk datang ke mari, mengatakan bahwa aku bisa mengajak housemate-ku juga. Kami sudah berjanji untuk tidak terlalu mabuk karena jarak rumah kami cukup jauh dari rumah ini, tapi apa yang terjadi? Empat dari lima housemate-ku sudah mabuk, menyisahkanku dan Niall yang terlihat begitu senang melihat kebodohan teman-temannya.

Setelah sempat salah memasuki ruangan, aku akhirnya dapat menemukan kamar mandi. Tempat ini, mengejutkannya, masih terlihat bersih. Tak ada tanda-tanda seseorang melakukan sesuatu di sini, pun tak ada tanda-tanda seseorang muntah. Hal itu biasanya sering terjadi, dan dengan fakta bahwa pesta sudah berlangsung selama lima jam, aku terkejut toilet ini masih jauh dari kata kotor.

Aku melakukan semua kegiatanku di dalam toilet, dan saat aku tengah mencuci tanganku, tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sosok wanita dengan dress selutut yang sudah tak rapi (aku bahkan bisa melihat tali bra-nya) dan rambut acak-acakan.

Aku memandangi wanita itu dengan mata dan bibir membulat. Wanita itu terlihat terdiam di tempatnya hingga secara tiba-tiba ia berlari ke arahku, memelukku.

"Liam!!!" dia bersuara.

Mataku semakin membulat, tak menyangka bahwa ia mengetahui namaku, padahal aku bersumpah aku tak pernah mengenalnya.

Atau ... aku hanya lupa tentangnya?

Entahlah.

Sebelum aku sempat memberikan respon apapun, bibir wanita itu sudah berada di bibirku. Aku bisa mencium aroma alkohol menguar dari mulutnya.

Dengan reflek, aku mendorongnya menjauh. Kuperhatikan sosoknya dengan saksama. Matanya terlihat setengah tertutup dengan pandangan tidak fokus, bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. Ia benar-benar terlihat ... buruk. Sangat buruk.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Berapa banyak yang sudah kau minum?" tanyaku.

Wanita itu tertawa kecil. "Tiga gelas! Aku tidak minum banyak!"

Mataku menyipit.

Dia tertawa lebih keras. "Aku serius. Aku hanya minum tiga gelas bir dan satu gelas jus jeruk dari seseorang!"

Mendengar itu, aku segera menepuk dahiku dan mengeluarkan sumpah serapah. Jelaslah dia terlihat berantakan. Seseorang memberinya sebuah obat-obatan.

"Kau pergi bersama siapa?"

"Apa yang kau maksud?" tanyanya, tertawa. "Aku tinggal di sini."

"Di mana kamarmu?"

"Awww ... kau mau mengajakku ke kamarku? Apakah kau tidak berpikir itu terlalu cepat?" Ia tertawa. Kelihatannya dia sangat suka tertawa. "Aku tidak menyangka kau seperti itu Liam."

Dia kembali bergerak ke arahku dan memeluk leherku dengan erat. Dua kakinnya berada di antara paha kananku, mengesek tubuhku dengannya. Aku bisa mendengar ia mendesah di antara tawa yang ia keluarkan.

"Fuck," makiku pelan.

"Ahh ... kau sungguh seksi!"

"Ayo pergi!" kataku, menggeretnya pergi. "Beritahu aku di mana kamarmu!"

Ia tertawa keras saat memberi tahuku bahwa kamarnya berada tepat di depan kamar mandi. Aku mendengus dan membuka kamar tersebut kemudian memasukinya ke dalam. Kudorong tubuhnya ke atas kasur dengan pelan.

"Kau sungguh tidak bisa menahan diri hmm??" dia bertanya kemudian tertawa kembali.

Tuhan. Sungguh, aku membenci suara tawanya. Siapapun yang memberinya obat, obat itu jelas begitu kuat.

Aku menggeleng, menoleh ke arah belakang dan mendapati Natasha, sosok yang telah mengajakku datang ke pesta ini.

"Natasha!" aku berteriak memanggilnya sebelum ia sempat memasuki kamar mandi.

Dia menoleh. "Oh hey Liam! Ada apa?"

"Temanmu mabuk!" kataku menunjuk ke arah wanita asing itu yang kini sudah melepas dress-nya, menunjukkan bikini yang tengah ia pakai.

"Astaga!" respon Natasha dengan matanya yang membulat. "Dia tidak pernah seperti itu!"

"Seseorang memberinya obat."

"Oh."

"Apa kau bisa membantunya? Kau harus menjaganya karena dia sedikit ... liar? Ya, dia sedikit liar karena obat. Aku harus pergi. Temanku sendiri juga sudah liar."

Natasha mengangguk, ia kemudian memasuki kamar tempatku berada. "Terima kasih Liam!"

"Liam!" rengek wanita itu. "Kau tidak mau bersamaku?"

Aku mendesah. "Aku tidak akan melakukan apapun dengan wanita mabuk."

Ia mencebikkan bibirnya, namun aku tak merespon apapun dan segera bergerak pergi.

Setelah sampai rumah aku akan membutuhkan mandi air dingin.

"Kau bodoh sekali, kau pikir Liam akan menyukaimu dengan melakukan ini," aku mendengar Natasha berkata sebelum akhirnya aku benar-benar pergi dan kembali ke arah tempat Niall berada. Ia masih terlihat sibuk tertawa sambil merekam segala hal yang terjadi.

Sebelum mandi air dingin, aku masih harus mengurus anak-anak ini.

[-][-][-]

Night Changes // 1D (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang