Louis Tomlinson : Public Library

153 20 7
                                    

Louis sudah lupa kapan terakhir kali dia pergi ke perpustakaan umum, jika tidak salah, itu adalah ketika dia masih kuliah dan harus mengerjakan banyak sekali essay yang membuatnya harus membaca banyak buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Louis sudah lupa kapan terakhir kali dia pergi ke perpustakaan umum, jika tidak salah, itu adalah ketika dia masih kuliah dan harus mengerjakan banyak sekali essay yang membuatnya harus membaca banyak buku. Semenjak bekerja, ia memang sudah tak pernah lagi menyambangi bangunan yang menjadi kawannya dulu, entah apa yang membuatnya memasuki bangunan yang cukup tua ini, kakinya tetiba membawanya ke sana saat ia tengah berada di jalan pulang dari tempatnya bekerja.

Sudah banyak sekali hal yang berubah dari perpustkaan. Rak-rak kayu kini berubah menjadi rak besi, komputer terlihat di sana-sini, di suatu sudut, sudah ada ruangan bagi anak-anak lengkap dengan buku dongeng dan beberapa mainan. Bahkan, sang perpustakawan pun juga sudah berganti, bukan lagi wanita-wanita tua dengan rambut beruban, namun perempuan dan laki-laki muda yang terlihat seperti baru saja lulus dari sekolah menengah.

Louis melangkahkan kakinya menyusuri setiap jengkal perpustakaan, matanya memandang tiap-tiap buku yang berjejer rapi, terkadang ia juga memandang pengujung lain, hingga akhirnya kakinya berhenti bergerak dan pandangan matanya terjatuh pada satu titik tertentu.

Di balik rak buku, Louis masih bisa melihat dengan baik seorang perempuan yang mungkin masih duduk di bangku perkuliahan. Perempuan itu memfokuskan pandangannya pada buku dengan kening yang berkerut.

Perempuan itu adalah definisi perempuan cantik menurut Louis, butuh usaha keras baginya untuk tak bergerak ke arah perempuan itu dan membawanya ke pelukannya--atau lebih parah lagi, mendaratkan bibirnya pada bibir perempuan itu.

Louis tidak tahu seberapa lama ia hanya berdiri di satu tempat dan memandangi perempuan itu, tapi kemudian ia menyadari bahwa perempuan cantik itu nampak sedang kesusahan meraih sebuah buku dari rak teratas. Dengan senyum merekah dan kepercayadirian yang tinggi, Louis melangkahkan kakinya mendekat kemudian mengangkat tangannya untuk meraih buku yang terlihat akan dijangkau oleh perempuan tersebut.

Dengan senyum miringnya, Louis menoleh ke arah sang perempuan dan berkata, "kau ingin ini?"

Perempuan itu tersenyum canggung dan menjawab, "yeah, tapi jika kau membutuhkannya kau bisa mengambilnya."

"Nah, kau lebih membutuhkannya, ini untukmu." Louis memberikan buku tersebut pada perempuan di hadapannya dengan senyum semakin merekah dan jentungnya yang berdetak cepat.

Perempuan tersebut menerima buku yang disodorkan Louis dengan senyum kecil, matanya seolah enggan untuk bertemu dengan mata biru milik Louis hingga ia menundukkam kepalanya. "Terima kasih."

"Aku tidak melakukannya secara gratis. Bagaimana jika kau membayarnya dengan namamu?" kata Louis, rasa percaya dirinya tengah berada di level teratas hingga ia berani berucap demikian.

Perempuan tersebut secara perlahan mengangkat kepalanya, detik kemudian, Louis mendapati matanya bersirobok dengan sepasang mata yang sangat indah.

[-][-][-]

Night Changes // 1D (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang