Zayn Malik : "I lost the baby"

198 22 2
                                    

Aku baru saja keluar dari gedung kantor begitu aku mendapatkan sebuah panggilan telepon darimu. Aku tersenyum, berpikir kau mungkin kembali melayangkan protes karena aku pulang terlambat, dan kemudian mengangkatnya. Sayangnya, aku tak mendengar suaramu, aku justru mendengar suara orang yang sama sekali asing bagiku, mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang kau temui di salah satu convenience store dan sekarang kau harus dilarikan ke rumah sakit akibat insiden di mana kau terjatuh.

Jantungku berdebar dengan cepat sedangkan seluruh tubuhku bergetar hebat. Kakiku bergerak dengan secepat mungkin untuk memasuki mobil dan aku segera meluncur ke rumah sakit yang diberitahu oleh orang asing yang menolongmu.

Sepanjang perjalan, aku memikirkan semua kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, hal itu serta merta membuat sekujur tubuhku semakin bergetar hebat dan syukurnya tak butuh waktu lama bagiku untuk memarkirkan mobilku di tempat parkir rumah sakit.

Aku segera berjalan memasuki gedung yang aku pikir akan aku masuki tiga bulan lagi. Dengan batuan seorang perawat, aku berhasil menemukan orang asing yang menolongmu, Linda, begitulah ia menyebut dirinya. Dia menjelaskan bahwa dokter tengah berusaha menyelematkanmu.

"Terima kasih," kataku dengan sebuah senyum yang sebisa mungkin aku tampilkan untuk menunjukkan rasa terima kasihku yang sangat dalam padanya, meski padanya senyum menjadi hal yang sangat berat untuk aku lakukan pada saat itu.

Linda kemudian bercerita panjang lebar mengenai bagaimana kakaknya juga mengalami hal yang hampir mirip denganmu, mengatakan bahwa kakaknya pada akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal jauh lebih cepat kepada sang bayi di kandungannya.

Aku bisa merasakan air mata mulai menggenang sembari memikirkan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Semua ini terlalu banyak untukku. Aku tak yakin aku mampu menghadapi semuanya dengan tenang, dan saat itulah aku sadar aku harus menghubungi orang tuamu, dan orang tuaku.

Aku segera menghubungi mereka dengan kalimat yang terbata-bata dan air mata yang sukses menuruni pipiku. Mereka terdengar sangat terkejut di ujung sana dan berkata akan segera menyusul ke rumah sakit.

Tak lama setelah aku berbincang dengan orang tuamu dan orang tuaku--sebuah perbincangan di mana aku sebenarnya tak tahu apa yang aku bicarakan--sang dokter akhirnya muncul. Dia terlihat berumur tiga puluh tahunan dan berpakaian sama seperti dokter-dokter pada umumnya.

---

"Aku ... kehilangan bayinya," adalah apa yang kau katakan begitu kau terbangun dari ketidaksadaranmu dan mampu memproses segala hal yang tengah terjadi.

Aku mengambil tanganmu yang sebelumnya hanya terjatuh di atas kasur kemudian mencium punggung tanganmu.

Kau menangis dengan keras. Tentunya aku tak akan mengatakan apa yang kau lakukan adalah hal buruk, nyatanya, aku tak dapat berhanti menangis untuk beberapa menit lamanya di pelukan mum--yeah, aku terlihat persis seperti anak kecil pada saat itu.

Melihat dirimu menangis seperti itu, hatiku terasa sangat hancur. Aku tak suka melihatmu menangis. Melihatmu menangis adalah hal yang terakhir aku inginkan.

Aku ingin sekali melakukan apapun, apapun demi membuatmu berhenti menangis detik itu juga. Sayangnya, tak ada hal yang dapat aku lakukan. Aku hanya dapat mencium tanganmu, pipimu, hidungmu, keningmu, bibirmu, dagumu sembari membisikkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya pasti baik-baik saja.

"Ini semua salahku. Aku bahkan sudah menjadi ibu yang buruk sebelum dia lahir. Zayn, aku tak pantas menjadi seorang ibu, kau tak berhak berakhir dengan wanita sepertiku," katamu sembari menangis.

Aku bisa mendengar hatiku hancur berkeping-keping setelah kalimat-kalimat itu keluar dari bibirmu.

Semua ini sungguh menyakitkan. Jauh lebih sakit dari segala penyakit fisik yang pernah aku alami.

Aku membawa tanganku untuk mengusap air matamu yang terus menerus keluar dan kemudian menarikmu dalam pelukan. Dan tanpa bisa kucegah, aku menangis bersamamu.

Semua ini terlalu menyakitkan. Oh betapa aku berharap semua ini hanyalah mimpi.

"Ini bukan salahmu, oke. Bukan salahmu. Kau bukan ibu yang buruk. Bukan salahmu," aku berbisik tepat di samping telingamu, bisa kurasakan bagaimana tanganmu memelukku semakin erat seolah kau takut kau akan kehilanganku. "Aku ada di sini. Semuanya akan baik-baik saja."

Dan aku yakin bahwa semuanya memang akan baik-baik saja.

[-][-][-]

I write this in the middle of the night. So yeah.

Night Changes // 1D (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang