"MANTAN"
Horror--Romance.
🔮🔮🔮
Suasana malam yang hening, seorang gadis masih berkutat pada buku menumpuk dihadapannya, bolpoin hitam digenggamannya ia ketuk berulang kali di meja sehingga menimbulkan suara.
Bukan ada masalah dari mata pelajarannya, melainkan masalah dari kisah percintaannya. Perlahan, semua mulai berubah, satu persatu sebuah kejanggalan terus terjadi.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini nantinya, entah seperti apa akhir dari kisah cintanya, berakhir indah atau kandas ditengah jalan.
"Aku selalu ada didekatmu."
Mendadak hawa dingin menyergap tubuhnya, ia menelan salivanya dengan susah payah, berusaha untuk tidak melihat sosok tak kasat mata yang sekarang tengah mengganggunya.
Ini adalah bukan yang pertama sosok itu mengganggu dirinya. Bahkan sudah sebulan yang lalu dia mengganggunya.
Sosok satu ini, dia tidak pernah menampakkan wujudnya seperti hantu lainnya. Apa karena wujud mengerikannya, mungkin itu yang menjadi sebabnya.
Ia menghela napas berat, melemparkan bolpoin dengan sedikit kasar, sekarang waktunya tidur, malas untuk meladeni hantu kurang kerjaan itu.
***
Suasana kampus di pagi ini masih sangat sepi, hanya ada beberapa orang saja yang sudah sampai, termasuk Inne.
Ia memilih untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, kantin yang sebagai pembatas antara gedung fakultas kedokteran dan gedung fakultas psikologi.
Matanya terus menatap pintu masuk kantin, berharap ada seseorang yang sudah ditungguinya sejak tadi.
Seulas senyum mulai mengembang di wajah Inne, matanya menangkap kehadiran Riza--cowok bertubuh tinggi yang baru saja memasuki kantin.
Sudah dua tahun mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Riza, anak fakultas kedokteran yang sekarang sudah menginjak semester empat. Dan Inne, anak fakultas psikologi yang sudah menginjak semester enam.
Perselisihan umur satu tahun diantara mereka bukanlah sebuah masalah. Hubungan mereka berjalan dengan baik, hingga akhir-akhir ini, Inne mulai merasakan hubungannya mulai renggang, perlahan satu persatu mulai berubah dari diri Riza.
"Udah lama?" tanya Riza saat sudah menempati bangku di depan Inne.
"Enggak, gue baru dateng kok," jawab Inne setelah meminum es jeruk yang dipesannya tadi.
"Bagus deh," sahut Riza acuh.
"Pulang kampus, kita jalan yuk," ajak Inne sambil menatap Riza lekat-lekat, berharap kalau ajakannya kali ini tidak di tolak dengan Riza.
"Gak bisa, udah janji duluan sama temen."
Itu bukanlah alasan pertama yang Riza lontarkan. Entah sudah berapa kali Riza menolak ajakannya dengan alasan laknat itu.
"Siapa? Devan? Vino? Erza? Mike? Atau---"
"Lo 'kan tau siapa temen gue," potong Riza cepat.
Inne berusaha untuk sabar, ia tersenyum tipis untuk menahan rasa kesalnya, sifat Riza pun perlahan mulai berubah. Seperti bukan Riza yang dikenalnya.
"Kalau besok gimana?" Inne tidak akan menyerah begitu saja.
"Mau anter Mama ke butik," sahut Riza dengan ekspresi datarnya.