"Sacrificio"
Teenfiction
🌸🌸🌸
Rindu Denata.
Panggil saja Rindu. Gadis cantik yang mempunyai banyak kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Namun juga memiliki kekurangan. Jalannya sedikit pincang dan matanya rabun sehingga harus menggunakan sebuah kacamata. Rindu adalah seorang anak yatim piatu. Kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan saat Rindu masih berusia 10 tahun. Dan, kini, Rindu tinggal bersama dengan tante dan juga sepupunya.Iqbal Defari.
Panggil saja Iqbal. Anak dari seorang pengusaha sukses di Indonesia. Kehidupannya sangat terpenuhi. Banyak kaum hawa yang rela mengantre untuknya. Namun, ditolaknya secara mentah-mentah. Why? Karena dirinya hanya mencintai seorang gadis bernama Rindu Denata.***
Rindu berjalan dengan langkah pincangnya di sepanjang koridor tanpa memperdulikan berbagai hinaan dan tatapan tajam yang mengarah padanya.
"Eh, lihat deh! Kok ada cewek cacat yang masuk ke sekolah kita?"
"Dia enggak punya cermin kali yah?"
"Dia kok bisa jadi murid kesayangan guru-guru sih? Jalannyadialaminyak bener kayak gitu."
"Malu-maluin sekolah kita aja."
Rindu hanya bisa menahan tangisnya ketika mendengar berbagai hinaan yang dilontarkan padanya. "Sabar, Rin. Enggak perlu peduli ama omongan mereka."
Iqbal yang melihat itu pun langsung menghampiri Rindu. "Rin, are you okay?" Rindu hanya memberi anggukan sebagai jawaban.
Iqbal tersenyum melihat itu. "Kamu hebat banget yah, Rin. Berusaha kelihatan kuat walaupun sebenarnya hati kamu rapuh," batin Iqbal.
"Rindu, kamu kangen sama aku kan?" tanya Iqbal yang membuat Rindu melotot dalam sekejap.
"Ih, pede banget sih, Bal. Ngapain juga aku kangen sama kamu?" cibir Rindu dengan nada kesal yang dibuat-buat lalu berjalan meninggalkan Iqbal dengan langkah pincangnya.
Iqbal pun mengejar Rindu. "Rin, kan aku cuma nanya doang. Jangan ngambek kayak gitu dong."
Rindu hanya diam melanjutkan langkahnya menuju kelas XI IPA 1 tanpa mengubris ucapan Iqbal sedikit pun.
"Rindu, beneran kamu nggak kangen sama aku?" tanya Iqbal saat tiba di kelas.
Rindu memperhatikan wajah Iqbal yang sudah seminggu tak ditemuinya. "Enggak," jawab Rindu.
Iqbal tersenyum masam mendengar itu. "Apa aku enggak berarti buat kamu, Rin?" tanya Iqbal pelan.
Rindu terdiam mendengar pertanyaan yang Iqbal lontarkan. Berarti? Iya, Iqbal sangat berarti bagi Rindu. Tapi, Rindu sadar bahwa dirinya tak pantas bersama dengan Iqbal.
Brukkkkk
"Rin, kerjain PR aku dong," titah Nilam, teman semeja sekaligus sepupu Rindu.
Iqbal menatap Nilam sinis. "Punya otak dan tangan kan? Yaudah, kerjain aja sendiri. Kenapa harus Rindu?" tanya Iqbal.
Rindu menggelengkan kepala kepada Iqbal, sebagai tanda bahwa ia ingin agar Iqbal berhenti berbicara. "Yaudah, sini, biar aku kerjain."
Rindu pun mulai mengerjakan soal-soal itu. "Rin, kita ke kantin aja dulu. Kamu belum sarapan kan?" Rindu menggeleng. "Bal, ntar aja yah. Ini PR Nilam belum selesai."
Iqbal memperhatikan Rindu yang sedang mengerjakan PR Nilam dari samping. Cantik. Itulah yang ada dipikiran Iqbal.
Nilam berjalan mendekati Rindu. Rindu yang melihat itu pun tersenyum. "PR aku mana?" tanya Nilam.