6. Heartache

227 39 45
                                        

"Heartache"

Romance

🌷🌷🌷

Part 1

Sebuah bangunan semampai berdiri kokoh di hadapanku dengan tulisan “SMA MERDEKA RAYA” di sanalah aku akan menuntut ilmu di sekolah baruku. Rambut hitam lurusku tersapu angin pagi itu hingga menutupi sebagian wajahku dan alhasil, itu menghalanggi pandanganku. Aku menarik nafas panjang sebelum kakiku yang beralaskan sepatu hitam itu melangkah.

“Mang Ujang sampai sini aja,” kataku pada supir pribadi keluargaku. Dia pria berumur sekitar lima puluh tahunan dan ia juga sudah bekerja pada keluargaku selama lima tahun lalu.

“Serius, Neng?” tanya pria tua itu memastikan.

Aku menggangukkan kepalaku sebagai jawaban.

“Ya sudah. Nanti Mang Ujang jemput di depan gerbang, ya?” tanyanya dan sekali lagi aku mengangguk.

Kakiku mulai kulangkahkan ke sana setelah mobil hitam sedan melaju meninggalkanku sendiri di sini. Aku sejujurnya gugup untuk memulai sesuatu yang berbau dengan kata “baru”

Kedua tanganku mengenggam tas ku dengan erat. Aku benar-benar mulai melangkah ke sana sendiri melewati koridor setiap kelas. Untung saja kelas waktu itu sepi karena, sedang ada proses belajar mengajar. Jadi, kegugupanku sedikit berkurang meski, masih ada.  Mungkin kedatangan di sekolah ini akan menjadi viral dari mulut ke mulut. Dan mesti kalian tau, aku pindah ke sini karena, ayahku bekerja di sini, di Jakarta, kota yang tidak terkenal tidak pernah tidur. Ini sudah ketiga kalinya aku berpindah sekolah selama bersekolah. Dan mau tidak mau, aku harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Dengan seragam putih abu-abu aku melangkah masuk di kelas 12 IPA 1.

“Permisi,” tuturku sopan ketika memasuki kelas yang terisi guru di sana.

“Oh, silahkan.” Guru wanita itu mempersilahkanku masuk.
Aku memasuki kelas itu dan kelas yang tadinya ramai bagaikan pasar mendadak diam, tidak ada satu kata pun yang keluar dan memecah keheningan ini. Hanya terdengar deru langkah sepatuku yang bergesekan dengan lantai.

“Kamu pasti Keylara Arshita Laudya, ya? Anak pindahan dari Bandung.” Wanita itu berujar dengan senyuman yang ditujukan padaku.

“Em… iya,” balasku.

“Anak-anak ini adalah Keylara anak pindahan dari Bandung. Mohon kerja samanya dengan membatunya untuk beradaptasi di sekolah ini, ya?” Suara guru tadi menggelegar untuk menginstruksi murid-muridnya.

“Baik, Bu.” Mereka, murid kelas 12 IPA 1 menjawab serentak dan kompak.

Guru tadi memutar tubuhnya menghadapku dan berkata, “Silahkan kamu boleh duduk.” Mata guru itu celingak-celinguk mencari bangku kosong. “Kamu bisa duduk bersama Reyfeino.”

Bola mataku mengikut arah bola mata guru itu di mana, di sana tertera bangku kosong yang ditempati cowok yang duduk paling pojok. Dan cowok itu memakai kaca mata, sudah kupastikan bahwa cowok itu adalah cupu.

Aku mulai menempatkan bokongku di kursi samping cowok itu. Dan cowok itu masih sama dengan duduknya begitupun arah pandangnya yang lurus ke depan. Bahkan dia tidak menyapa atau sekedar mengajakku berkenalan.

Aku meneliti setiap tampilan cowok di sampingku. Dengan baju acak-acakan dan dikeluarkan. Aku jadi ragu bahwa opiniku tentang cowok itu salah.

“Hai.” Aku menyapanya sembari melirik dirinya dengan ekor mataku. Namun, seperti tadi, dia masih menatap lurus ke depan sana dengan kaca mata yang bertengger di pangkal hidungnya yang mancung.

KUMPULAN ONESHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang