Chapter 3

200 23 0
                                    

Pukul dua malam ketika Seokmin meletakkan gelas bening berisi cairan cokelat hangat pada Angel yang tengah melamun di depan jendela. Akhirnya mau tidak mau Seokmin membawa gadis itu ke rumahnya. Sepanjang perjalanan pulang sore kemarin, Seokmin lebih banyak diam dan menemani Angel berkeliling kalau-kalau gadis itu bisa mengingat apa pun dan kejadian terlempar ke masa lalu hanyalah mimpi atau bahkan omong kosong.

Tetapi nyatanya tidak ada yang diingat oleh gadis itu, sepanjang perjalanan yang digumamkan gadis itu hanya sesuatu yang bahkan tidak ia mengerti, seperti ’di tanah kosong ini harusnya sudah berdiri bangunan panti asuhan’ atau ‘harusnya di sini ada ini, di situ ada ini’ dan ‘perumahan ini tidak seperti ini’.

Seokmin sendiri setengah kasihan setengah bingung dibuatnya. Kejadian seseorang yang datang dari masa depan atau sebaliknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Bagi Seokmin sendiri, hal itu hanya ada dalam buku atau film.

“Ini sudah malam, kau tidak tidur?”

Angel menggeleng.

“Kau harus tidur, jangan sampai sakit.”

“Aku harus bagaimana?” tanya Angel setelah sekian lama bungkam.

“Aku juga tidak tahu, tapi kau cukup bisa mengandalkanku untuk membantumu. Sekarang pergi tidur, besok kau bisa pergi ke sekolah lagi bersamaku, siapa tahu besok kau akan kembali mengingat sesuatu.”

Angel akhirnya menurut, ia mencoba tidur di waktu malam yang tersisa hari itu meskipun dengan keadaan gusar dan menyimpan harapan yang sama seperti apa yang dikatakan Seokmin tadi. Tetapi nyatanya sampai pukul tujuh pagi ketika ia membuka matanya, ia masih tidak mengingat apa pun. Ia masih berusaha berpikir positif bahwa ia memang tidak pernah menginjakkan kakinya ke rumah Seokmin dan wajar ia tidak mengingat apa pun. Ia akan ingat kalau ia pergi ke sekolah lagi hari ini.

“Ayo pergi!” ajak Seokmin.

Angel mengekori dari belakang dengan wajah tertekuk, dalam hati berharap setengah mati bahwa ia bisa mengingat atau setidaknya mengenali apa pun agar ia bisa kembali ke tempat yang seharusnya. Tetapi bahkan setelah ia melihat bangunan sekolah yang terlihat kuno dan lebih mirip katedral, harapannya sama sekali tidak terkabul.

Angel menatap hampa para siswa dan siswi yang beberapa di antaranya bergerombol memasuki gerbang sambil sesekali bercanda atau membicarakan materi pelajaran, sementara ada pula yang baru saja turun dari mobil lalu berteriak memanggil teman-temannya di dekat gerbang dan segera berlari untuk bergabung. Dan seperti hal yang mutlak, akan selalu ada siswa suram seperti anak laki-laki di sampingnya yang berjalan sendiri dan memasang senyum yang terlihat bodoh.

Seokmin menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba di gerbang, senyum bodohnya terlihat semakin mengerikan, eh, atau menjijikan?

Angel lantas mengikuti arah pandangan mata Seokmin yang berujung pada taman depan yang terletak di sisi sayap kanan bangunan sekolah, dimana beberapa siswa atau siswi sedang melakukan beberapa latihan vokal atau memainkan alat musik seperti biola dan terompet. Ada juga yang hanya sekadar duduk santai sambil bergosip di bawah pohon maple. Dan ia merasa yakin bahwa yang dilihat Seokmin adalah kumpulan para gadis yang kini duduk di bawah pohon maple dan sedang menertawakan hal yang entah apa.

“Se-la-mat-pa-gi, Seokmin!” Seorang gadis tiba-tiba berseru riang dan menepuk kedua bahu Seokmin. Tinggi gadis itu tidak seberapa, membuatnya harus sedikit melompat untuk meraih pundak lelaki itu.

Seokmin berbalik lalu tersenyum ramah. “Selamat pagi juga, Eunbi.”

Jung Eunbi memiringkan kepalanya dan menatap lelaki di depannya dengan intens seolah sedang memastikan sesuatu, lantas mengangguk. “Kau terlihat baik-baik saja,” komentarnya.

「 R O U G H 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang