Chapter 6

162 20 4
                                    

Adalah Kim Sojung yang berdiri di depannya dengan dagu yang terangkat tinggi dan kedua tangan yang terlipat di depan dada tanpa senyum yang mengeksistensi. Baru satu delikan sinis saja dilayangkan, Seokmin sudah merasa ingin melarikan diri.

Akhir-akhir ini memang bukanlah hari yang menenangkan apalagi menyenangkan bagi Seokmin. Rasanya Dewi Fortuna sedang tidak ingin berdekatan dengannya dan membiarkan keanehan serta ketidakberuntungan menempelinya. Salah satunya adalah ia selalu saja berinsiden dengan gadis ini.

Tiga hari lalu, yang menjadi awal permulaan dari sederet peristiwa tidak menyenangkan adalah ketika Seokmin merasa tubuhnya didorong cukup keras dan tanpa sengaja menabrak Kim Sojung hingga membuat gadis itu terhuyung dan nyaris jatuh. Beruntung ia memiliki refleks yang baik dan langsung menahan tubuh gadis itu.

Kemudian keesokan harinya saat siang hari ketika jam makan siang tiba, sesuatu yang tidak menyenangkan kembali terjadi. Seokmin menumpahkan jus jeruk ke seragam gadis itu, dan meskipun setelah itu Sojung langsung pergi tanpa mengatakan apa pun, ia tahu gadis itu menahan rasa kesalnya.

Di sisa-sisa keramaian setelah insiden itu, yang ia dapat hanyalah dengusan dan tatapan tanpa arti dari beberapa penghuni kantin. Choi Yuna yang menjadi bagian dari kelompok Sojung juga tak ketinggalan mencercanya.

“Langsung saja,” kata Sojung.

“Ada apa kau mengajakku bertemu di sini?” tanya gadis itu, jari tengah dan telunjukknya teracung menjepit kertas kecil berwarna pastel dengan tulisan tangan berisi tempat dan jam saat ini.

Tunggu sebentar, apa terjadi kesalahpahaman di sini?

Seokmin berani bersumpah ia tidak pernah mengajak gadis itu kemari, apalagi melakukan hal kuno seperti menulis catatan kecil dan menyelipkannya di lembaran buku, di loker atau..., dimanapun, terserahlah!

Lagipula mana berani Seokmin melakukan hal itu pada salah satu murid yang..., kalau boleh dibilang, populer?

Dan meskipun ia berteman baik dengan Choi Seungcheol, bukan berarti ia berani untuk berakrab ria dengan mantan pacar temannya, meskipun seandainya ia memiliki perasaan pada gadis itu. Mimpi saja tidak pernah, ia tidak ingin mencari masalah dengan Seungcheol yang cukup temprament itu dengan terlihat bersama mantan pacar yang sebenarnya masih sangat diharapkan kembali oleh temannya itu.

Terima kasih, desah Seokmin dalam hati.

Obat-obatan dalam kotak p3k di rumahnya terlalu berharga untuk luka karena berkelahi memperebutkan seorang gadis. Satu-satunya hal yang bisa membuatnya berada di sini adalah perintah dari Angel.

Nah, tunggu sebentar!

Rasanya ia cukup bisa menebak apa yang terjadi setelah mencoba menghubungkan beberapa puzzel ingatan tentang tingkah aneh gadis dari masa depan itu akhir-akhir ini. Apakah Angel sedang mencoba melakukan sesuatu seperti membuatnya dekat dengan Kim Sojung? Apa yang sebenarnya gadis itu coba lakukan?

“Aku pasti membuatmu takut, maaf.”

Kim Sojung menghela napasnya tak lama kemudian, yang entah bagaimana langsung mampu membuat suasana tidak nyaman berubah menjadi hangat, terlebih ketika si model kebanggaan sekolah itu menawarkan sebuah senyum kecil. Seokmin tentu saja salah tingkah – tidak heran banyak orang menganggap Sojung seorang dewi, senyumnya sanggup menghipnotis.

Seokmin kemudian menggaruk pipinya dengan telunjuk sebelum berkata, “Kurasa ada seseorang yang sedang kurang kerjaan. Maksudku itu...,” jari telunjuk Seokmin kemudian melayang di udara dan teracung ke arah kertas yang dipegang Sojung. “Bukan dariku,” sambungnya.

“Jadi ini bukan milikmu?” tanya Sojung meyakinkan dan dibalas dengan sekali anggukan oleh Seokmin.

“Aku minta maaf, untuk hal ini, juga insiden tempo hari di kantin, kau pasti kesal.”

Sojung membolak-balik kertas yang dipegangnya dengan santai dan menjawab, “Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan hal-hal iseng seperti ini. Karena itulah aku bersikap defensif tadi. Maaf, itu bukan aku yang sesungguhnya. Tolong rahasiakan sikapku tadi, itu bisa menghancurkan image-ku, oke?”

Seokmin tersenyum jenaka. “Baiklah, santai saja.”

Kemudian mereka bertukar senyum.

“Jadi, bagaimana?” tanya Sojung. “Siapa yang akan keluar dari sini lebih dulu? Kita tidak mungkin keluar bersama karena..., yah, kau tahu temanmu yang posesif itu.”

Seokmin tahu Sojung sedang membicarakan Seungcheol sekarang. Sebenarnya ini cukup menggelikan, tetapi Seungcheol seolah menaruh mata-mata di setiap sudut sekolah. Lelaki itu akan cepat tahu informasi apa pun menyangkut Sojung, termasuk beberapa lelaki yang sedang mendekati gadis itu. Seperti yang dikatakan di atas, Seungcheol tipe orang yang cukup temprament dan posesif, kadang lelaki itu bisa saja sengaja mencari keributan dengan beberapa murid yang tertarik pada Sojung.

“Kalau begitu aku saja yang duluan,” putus Sojung lantas berjalan beberapa langkah sebelum kemudian berhenti. “Kalau akhirnya Seungcheol tahu hal ini, katakan saja ini menyangkut kami berdua. Katakan padanya aku bersedia berbalikkan lagi dengannya kalau dia sudah sanggup merubah sikap temprament dan posesif-nya itu,” sambungnya sembari meraih handle.

Pintu baru setengah terbuka ketika gadis itu berbalik dan kembali berkata, “Dan Seokmin, Yuna bukan gadis yang kasar. Hanya saja dia terlalu kaku dan tidak mudah goyah sebelum ia membuktikannya sendiri. Jadi, tolong jangan membencinya. Aku tidak bermaksud berkhianat karena tidak memihak pada Yuna meskipun kami berteman baik. Tetapi mengingat kondisi tempat ini, aku tahu kau lebih bisa dipercaya, aku percaya padamu.”

Sojung mengedipkan sebelah matanya dan kembali memberikan senyuman pada Seokmin untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi dari gudang.

Seokmin hanya menghela napasnya, tersenyum dan cepat-cepat pergi dari gudang, karena ada hal penting yang harus ia urus sekarang.

*

“Jadi, apa maksudmu melakukan semua ini?”

Angel merapatkan kedua kakinya, tangan kirinya yang tertutup dibalik tubuhnya terkepal sementara tangan kanannya sengaja ia sibukkan dengan memungut beberapa daun.

“Aku sedang bicara padamu, kau mendengarku?” kata Seokmin lagi.

Masih tidak ada respon.

Angel memilih untuk mengulur waktu, karena demi tuhan, ia masih belum mendapatkan alasan yang bagus dan masuk akal untuk berkelit. Ia tidak berani mendongakkan wajahnya meskipun Seokmin mendekatinya dan berdiri tepat di depannya.

“Apa kau mendadak tuli?” tanya Seokmin lagi. “Kau tahu, kau bisa saja menimbulkan masalah padaku?!”

Angel terperanjat di tempatnya ketika Seokmin tiba-tiba meninggikan nada suaranya, secara reflek ia berdiri dan matanya langsung bersirobok dengan mata lelaki itu.

“Apa sih yang sedang kau lakukan? Apa kau tidak punya kerjaan selain melakukan hal-hal konyol seperti beberapa hari ini? Kukira kau sudah punya tujuan kemari. Orang sepertimu membuatku lelah dan frustrasi, kau terasa seperti beban untukku.”

“Konyol katamu?” Angel balik bertanya dengan nada suara tersinggung. “Aku hanya melakukan sesuatu yang harus kulakukan agar aku cepat kembali. Aku berusaha sendiri ketika seseorang yang katanya cukup bisa diandalkan dan akan membantuku nyatanya tidak melakukan apa pun.”

“Lalu apa hubungannya semua ini dengan Kim Sojung? Mengapa kau membawa gadis itu dalam masalah? Yang perlu dilakukan hanya mencari dirimu di sini. Daripada melakukan hal konyol, lebih baik kau berkeliling dan lihat apa ada seseorang yang memiliki wajah yang mirip denganmu? Kau pasti tahu bagaimana wajahmu.”

Mata Angel lantas berkaca-kaca dan kedua tangannya terkepal kuat-kuat di sisi tubuhnya.

“Kalau hal ini bisa semudah itu, aku tidak akan repot melakukan hal yang menurutmu konyol. Tetapi rupanya, semua terlalu rumit karena aku juga tidak bisa mengingat wajahku sendiri. Aku tidak bisa mengingat apa pun!”

-TBC-

「 R O U G H 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang