Bagian 5

724 21 0
                                    

     Tak lama, setelah Aryo dan teman-temannya pergi. Jessie merasa ada kejanggalan di dalam gudang. Hawanya sedikit berubah dari sebelumnya.
     Jessie melihat ke sekelilingnya. Hanya tumpukan barang-barang rongsokan yang di temukan.
Kemudian, matanya menangkap sebuah sosok di balik lemari yang terletak di pojok gudang.
     Perlahan Jessie mulai berdiri di dekatinya lemari kayu yang telah kusam warnanya itu.
     Tangannya menjangkau membuka pintu lemari.....
Dan...........
Tak di temukan apa-apa. Hanya ruang kosong dilemari. Kemudian ia menutup kembali pintu lemari itu.
     Dari arah kaca ia melihat sosok tinggi yang berbalut kain putih dengan wajah yang menyeramkan berdiri menghadap padanya.
     Ia kaget dan panik. Lantas ia berlari menuju arah pintu gudang. Lalu, berteriak minta tolong.
     "Toloooooongggg....! Toloooonnnggg...!" Jessie berteriak amat keras.
     Takut yang amat takut di rasakannya bercampur dengan keringat dingin yang mencucur si kepala.
     Sementara itu, Aryo dan kawan-kawannya di panggil ke ruangan kepala sekolah.
     "Aryo! Bapak kan sudah bilang! Jangan ada lagi yang namanya kekerasan pada saat MOS!" ucap lelaki tua itu pada Aryo.
     "Kenapa, sih pak? Kan, tujuan saya seperti itu supaya siswa/siswi yang baru masuk itu nggak semena-mena, pak! Ya, dia harus di beri pengajaran yang keras. Lagi pula kan, ini SMA, pak!" jawab Aryo yang menekankan setiap kata-katanya.
    "Pokoknya Bapak nggak mau ada hal negatif dan hal yang tak di inginkan terjadi lagi!" kepala sekolah itu mengungkapkan kekhawatirannya.
     "Bapak takut, peristiwa gudang sekolah itu terjadi lagi? Tenang aja pak! Itu nggak akan terjadi. Lagian, peristiwa itu udah 10 tahun silam kali, pak!" Aryo hanya santai.
     "Pokoknya, Bapak nggak mau tahu! Kamu harus hentikan kekerasan MOS ini!" bantah kepala sekolah.
     "Nanggung, pak. Tinggal satu hari lagi!"
    Aryo dan kawan-kawannya pergi dari ruangan itu. Kepala sekolah hanya bisa menelan ludah atas sikap Aryo.
     "Gila lu, Yo. Bisa ngelawan KepSek!" Desi menepuk bahu Aryo. Seolah kagum dengan sikap Aryo.
     "Jangankan KepSek, Pocong aja gue nggak takut!!!!" Aryo menyombongkan diri.
     "Kalo gue ketemu sama pocong, bakal gue pacarin tuh pocongnya..." kata Desi.
     "Kali kalo pocongnya laki. Kalau perempuan?"
     "Kasih aja ke si Gilang...!" ucap Desi.
     "Ihhh, nggak mau!" Gilang merasa ngeri dan jijik.
     Aryo dan Desi tertawa bangga.

Ada Pocong di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang