Psycopath

23 8 0
                                    

Entah sejak kapan, aku begitu menyukai senyumnya. Dia begitu manis, cantik, dan indah. Aku menyukai semua hal tentangnya. Apapun yang ia pakai, gunakan, semuanya terasa pas.

Diam-diam aku selalu mengawasinya. Dari berbagai tempat. Bahkan ketika dia sedang tidur di ranjangnya, aku selalu mengawasinya. Aku tahu segala hal tentangnya. Siapa yang ia telpon, siapa yang ia hubungi, dengan siapa ia bepergian. #Siapa yang ia telpon, siapa yang ia hubungi, ini pemborosan kata namamya, Dara. Mereka memiliki makna yang sama, pakai salah satu saja.

Suatu hari, dia sedang terduduk sendirian di kursi penonton lapangan sepak bola. Aku memberanikan diri untuk menghampirinya. Aku menyodorkan sebotol air mineral kepadanya. "Hai," sapaku kala itu.

Dia menoleh, terkejut saat mengetahui kalau aku berdiri di sampingnya. Dengan malu-malu, "Hai juga." Senyumnya membuatku terpaku. Aku pun memutuskan untuk duduk di sampingnya, "Kamu kenapa sendirian di sini? Apa kamu nggak kesepian?"

Dia tertawa, "Gapapa. Cuma pengen nyari udara seger aja, kalau kamu?" tanyanya balik. Lalu setelah itu, terjadi percakapan yang sangat panjang antara kami. Setelah percakapan itu dia meninggalkanku sendirian di bangku penonton lapangan.

Sejak hari itu, kami menjadi semakin dekat. Kami sering ngobrol bersama, makan di kantin bersama, kemana-mana bersama. Suatu saat, ketika kami sedang makan di kantin, dia mengajakku pergi, "Eh, besok aku pengen ke rumahmu. Sekalian ngerjain tugas kelompok!"

*Psychopath*

Pada hari yang dijanjikan, Lyra datang ke rumah Tio. Lyra datang sendiri ke rumah Tio yang langsung di sambut oleh Tio.

"Ternyata rumahmu cukup bagus juga ya," ucap Lyra seraya mendudukkan diri di sofa tanpa melepaskan pandangannya dari ruang tamu Tio.

"Yah, begitulah. Aku harus cukup menata diri selama aku tinggal sendiri di sini," jawabnya. Lyra menoleh ke arah Tio. "Oh ya? Jadi selama ini kamu tinggal sendirian di sini?"

"Begitulah. Oh ya, aku mau ke kamar mandi dulu ya, panggilan alam."

"Ah iya," jawab Lyra. Sesaat setelah Tio meninggalkan Lyra di ruang tamu, Lyra melihat-lihat foto keluarga Tio. Ketika ia sibuk mengagumi foto-foto itu, ia tak sengaja melihat kucing berwarna krem dengan kaki pincang berjalan.

Tanpa ia sadari, Lyra berjalan mengikuti kucing itu. Hingga akhirnya ia masuk ke salah satu ruangan gelap yang dipenuhi dengan banyak foto di dinding.

Awalnya ia tak begitu fokus terhadap apa yang ada di dinding, tetapi ia akhirnya melihat kalau banyak sekali foto dirinya terpampang jelas di dinding.

Lyra terkejut, entah kenapa ia merasa takut. Hawanya terasa sangat dingin dan mengerikan. Ia menoleh, dan kembali menatap potret dirinya terpampang besar-besar di dinding. Bahkan ada sebuah foto ketika ia sedang mandi. #Kamvret Tio, orang mandi di foto 😂

Ketika ia baru saja akan keluar, tiba-tiba Tio sudah berada di ambang pintu sambil tersenyum misterius.
"Jadi, kau sudah mengetahuinya ya? Semua rahasiaku?"

Lyra meneguk ludahnya, "S-sejak kapan kau menguntitku? Kenapa kau melakukan ini?" tanya Lyra. Tio tertawa jahat, "Aku sudah lama menyukaimu. Kau mau kan jadi pacarku?"

Lyra menggeleng sambil berteriak, "Tidak!" Kemudian Lyra mendorong Tio agar terjatuh dan Lyra melarikan diri. Namun naas, ketika Lyra sudah berada di luar rumah dan akan keluar, ia tertabrak truk.
Tio yang baru saja menyusul Lyra, tersenyum misterius. Kematian Lyra memberikannya sebuah ide. Yaitu setelah semua orang menguburkan Lyra, ia akan mengambil mayatnya dan menjadikannya sebagai miliknya.

492 words

Pesan untuk penulis: Bagusss👍👍👍👍👍👍 Gue suka banget sama ceritanya. Pyscopath Njirr, parah banget😂 Ide-mu masuk tema. Kesalahan juga hampir ga ada, cuma pemborosan kata itu aja. The Best-lah Dara, Good!

Btw, ini pakai plot twist, yah? Rasa-rasanya sih iya. Ya kali mayatnya mau diambil lagi, parah karakternya Tio mah😄 Ngilu bacanya, sumpah. 👏👏

Daracan_Cahyadewi

Task Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang