“Berikan aku satu bulan untuk benar-benar berpisah denganmu. Dan biarkan aku menjalani hari-hari bersamamu tanpa memikirkan masalah di antara kita” – Jaehyun
Pada suatu hari, Doyoung memutuskan menikah dengan seorang pria pilihan orang tuanya yang bernama Jaehyun. Remaja belia itu pun tidak pernah membayangkan bahwa pernikahannya dengan Jaehyun akan membawanya ke sebuah masalah yang cukup rumit. Menghadapi Jaehyun yang sangat dingin dan menyebalkan ketika pertama kali mereka hidup bersama, dihadapi kenyataan bahwa “mantan” kekasih Jaehyun yang bernama Jihoo bersikeras mengambil hati Jaehyun kembali, dan bertemu seorang senior menyebalkan—Lee Taeyong—yang menyatakan cinta kepadanya. Doyoung memang tidak dapat memungkiri bahwa dirinya mulai mencintai Jaehyun—terlebih ketika dia tahu bahwa sebenarnya Jaehyun adalah sosok hyung tampan yang pernah dia temui di masa kecilnya, tetapi Doyoung pun tidak bisa mengelak bahwa dia tidak ingin memiliki masalah dengan Jihoo yang akan melakukan apa saja untuk menghancurkan rumah tangganya bersama Jaehyun. Demi langit dan bumi, Doyoung sungguh ingin keluar dari masalah rumit yang membuat kepalanya sering berdenyut. Oleh karena itu, Doyoung pada akhirnya menerima cinta Taeyong agar Jaehyun bisa berpisah dengannya. Namun, Doyoung tahu bahwa Jaehyun juga mencintainya, mereka saling mencintai, hal itu membuat Doyoung berpikir untuk memberikan kesempatan terakhir bagi Jaehyun agar hubungan mereka tetap bertahan. Doyoung meminta Jaehyun agar menemuinya di taman kota, jika Jaehyun tidak datang maka hubungan mereka benar-benar berakhir. Dengan hati yang rapuh dan air mata yang menetes, Doyoung harus menelan kenyataan bahwa hubungannya dengan Jaehyun memang harus berakhir karena Jaehyun sama sekali tidak datang ke taman kota untuk menemui Doyoung. Di taman itu Doyoung hanya bisa menangis dalam pelukan Taeyong, yang kehadirannya di sana sama sekali tidak ditunggu dan tak disangka oleh Doyoung. Serumit apa pun sebuah kisah, kisah tersebut akan menemui sebuah akhir, bukan? Begitu pula kisah Doyoung, Jaehyun, Taeyong, dan Jihoo. Kisah mereka pun akan berakhir. Dan takdirlah yang bermain-main juga menentukan akhir kisah mereka…..
***
Doyoung lebih memilih untuk pergi ke rumah Taeyong karena dia yakin Daniel atau soonyoung sudah terlelap dan dia tidak mau mengganggu jam tidur temannya itu dengan kedatangannya. Karena waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari, Taeyong pun tidak keberatan dengan keputusan Doyoung. Kini, keduanya sudah sampai di rumah Taeyong yang memiliki desain klasik nun elegan. Doyoung duduk di sebuah sofa yang nyaman sambil mengamati dinding ruangan tengah Taeyong yang dipenuhi oleh berbagai foto.
“Kau benar-benar menyukai fotografi rupanya..” ujar Doyoung pada Taeyong yang menghampiri Doyoung kemudian duduk di sebelahnya.
“Ya, aku sangat menyukainya.”
“Oh, kau punya adik?” tanya Doyoung tanpa melihat Taeyong, matanya sibuk mengamati salah satu area dinding yang dipenuhi foto seorang wanita.
“Aku tidak punya adik ataupun kakak.”
“Lalu wanita itu siapa?”
Mata Taeyong mengikuti arah pandangan Doyoung. Pria itu tersenyum lirih. “Dia bukan adikku. Dia Yujin, mantan kekasihku.”
Doyoung mengangguk. “Dia cantik. Suatu saat aku ingin bertemu dengannya.” ujar Doyoung sambil tersenyum pada Taeyong.
“Kau tidak bisa bertemu dengannya.”
“Kenapa? Apa karena aku kekasihmu yang sekarang maka aku tidak boleh bertemu dengan mantan kekasihmu?”
Taeyong tersenyum samar. “Bukan karena itu, Doy.”
“Lalu karena apa?”
Taeyong menghela napas seraya menatap foto-foto Yujin. “Sesungguhnya aku pun ingin bertemu dengannya, tetapi aku tidak bisa karena dia sudah tenang di surga. Yujin sudah meninggal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Us
ChickLit"Berikan aku satu bulan untuk benar-benar berpisah denganmu. Dan biarkan aku menjalani hari-hari bersamamu tanpa memikirkan masalah di antara kita" - JH