“Every ending has a new beginning…”
***
“Dia sudah kembali?”
“Yep!”
“Kau sudah bertemu dengannya?”
“Yep!”
“Bagaimana kabarnya sekarang?”
“Semakin manis.”
Bibir Jaehyun tertarik untuk tersenyum ketika mendengar jawaban seseorang dari seberang sana. Ia memainkan perahu kertas yang ada di atas meja kerjanya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menggenggam ponsel dan tampak enggan melepaskannya.
“Tapi hidupnya kacau karena ulahmu.”
Senyuman Jaehyun kandas ketika ia mendengar kalimat itu. Ia pun berkata, “Ia baik-baik saja?”
“Mana ada orang yang hidupnya kacau tapi keadaannya baik-baik saja, bodoh. Doyoung tidak bisa melupakanmu walau sudah tujuh tahun berlalu sejak kau meninggalkannya. Kau masih tidak ingin kembali?” suara pria di seberang sana meninggi, terdengar kesal.
Jaehyun menghela napas, “Aku tidak tahu.”
“Masih betah menjadi seorang pengecut, uh?”
Jaehyun terkekeh. Perkataan itu memang sebuah hinaan baginya, tetapi dia tidak akan menolak dihina seperti itu karena memang hinaan itu adalah sebuah kenyataan. Jaehyun pun menjawab, “Sepertinya begitu.”
“Bisakah kau kembali ke Korea dan perbaiki hubunganmu dengan Doyoung?”
Jaehyun berhenti memainkan perahu kertas kemudian beranjak dari kursi, berjalan mendekati sebuah kaca besar yang ada di ruang kerja. Matanya kini sibuk memandangi pemandangan malam kota Beijing dari kaca tersebut. Seandainya ia bisa menikmati pemandangan itu dengan Doyoung…
“Aku akan membuatnya lebih menderita jika kembali, Taeyong-ah.”
“Ck. Kau ini bodoh atau idiot, sih. Semenjak kau meninggalkan Doyoung, hidup anak itu menjadi kacau balau. Dia merindukanmu, dia masih mencintaimu, dan kehadiranmu akan menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan untuk Doyoung!”
“Bukan aku yang membuatnya menderita, tetapi takdir yang membuat kami menderita.”
“That shit about destiny again. Seriously, Jaehyun, apa kau masih berpikir bahwa takdir menentang hubungan kalian?”
“Sepertinya begitu.”
“Otakmu perlu dibenahi!”
Jaehyun terkekeh. “Kau benar. Otakku memang harus dibenahi.”
“Maka segeralah benahi otakmu dan kembali ke Korea, atau aku akan menyusul dan menyeretmu untuk kembali pulang!” perintah Taeyong tegas.
“Apa dia benar-benar menderita karena aku?”
“Oh, astaga, Jaehyun!! Lebih baik kau kembali ke Seoul dan lihatlah keadaan Doyoung secara langsung! Aku tahu kau juga masih mencintainya. Maka, segeralah kembali!”
Jaehyun menghela napas. “Akan aku pertimbangkan.”
“Aish, whatever. Mulai detik ini, kau jangan hubungi aku lagi. Aku sudah tidak sudi memberitahu keadaan Doyoumg padamu. Mulai sekarang, jika kau ingin mengetahui kabar Doyoung, carilah sendiri! Goodbye!”
Senyuman kembali tersungging di bibir Jaehyun ketika Taeyong menutup percakapan mereka dengan nada bicara ketus dan secara sepihak. Jaehyun memasukkan ponsel ke dalam saku terlebih dahulu sebelum ia kembali memandangi suasana malam kota Beijing dari kaca jendela besar ruang kerjanya. Apakah ia harus kembali kembali pada Doyoung?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Us
ChickLit"Berikan aku satu bulan untuk benar-benar berpisah denganmu. Dan biarkan aku menjalani hari-hari bersamamu tanpa memikirkan masalah di antara kita" - JH