3

677 120 29
                                    

!: typo

~~~


"Bang, abang masih lama?, nanti kita bisa telat". Jun mengetuk pintu kamar mandi.
Sedaritadi chan gak keluar-keluar, gak tau ngapain, yang jelas jun takut itu anak bakalan ngapain-ngapain didalam sana.

" Chan gak ada nyuruh bapak nungguin Chan"
"Kalau bapak mau duluan yaudah sana"

"Hei, saya juga gak mau nungguin kamu"
"Ini keinginan bunda biar kita berangkat bareng". Jun mengucapkan kata-kata itu dengan kikuk, pria itu menggelengkan kepalanya lalu kembali menggedor pintu kamar mandinya.

" Iya ih!!! Bentar abang cebok dulu".

Jun menghentikan gedorannya pada pintu itu, dia sedikit tertawa, memasukkan kedua tangannya kedalam sakunya.

Beberapa detik setelahnya keluarlah manusia yang dinanti-nanti nya itu dengan wajah yang berlipat-lipat seperti biasanya

"Kenapa? ". Tanya jun menatap Chan dengana alis yang dinaikkan satu.

" Perut Chan sakit"
"Mau e'ek tapi e'ek nya gak keluar"
"Hueee bapak liat minyak angin abang gak? ". Chan menggeledah isi tas barangnya.

" Gak liat"

"Bantuin abang nyari nya dong pak". Suara Chan terdengar lemah dan sangat imut ditelinga jun, membuat pria itu mau tidak mau membantu bocah nakal itu.

Tujuh menit berlalu, mereka tidak menemukan keberadaan minyak angin milik Chan tersebut.

" Abang pakai minyak angin punya kakak aja dulu mau? ". Ucap jun menyerah, memang sejak dulu, jun itu paling gak mau kalau disuruh nyari barang-barang yang ilang, nyusahin, bikin capek juga.

" Minyak angin bapak merk nya apa? ".

" Ini". Jun menunjukkan botolnya kepada Chan, membuat bocah itu manyunin bibirnya kesal.

"Gak mau, panas!".

(Imejin dulu geys😂)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Imejin dulu geys😂)

"Tapi panas-panas gitu ena kok bang". Jun meyakinkan Chan sekali lagi, namun bocah itu tetap memajukan bibirnya.

Ahh ternyata begini susahnya merawat anak-anak.

Apalagi nanti kalau dia udah nikah sama chan dan punya anak,
'Bakalan ngurusin dua bayi dong gua nya'.

"Gak mau! ".
" Chan mau nya minyak kayu putih! Kalau gak minyak telon! "

"Tapi kan gak ada". Jun memasang tampang datarnya, lelah dengan perdebatan yang dia buat dengan chan.

" Bodo!". Chan menghentakkan kakinya kesal, mengambil tasnya lalu berjalan keluar sambil membanting pintu kamar.

"Ngurusin dia kayaknya gua perlu banyak istighfar deh". Jun mengacak rambutnya.

" Bang!!! Gak makan dulu!!!? ".

" gK UsH!!!"

~~~~




"Hangyul jemput chan di depan halte deket perumahan yume dong".

" Lah pantas kamu nya gak muncul-muncul, Ngapain bisa terdampar disana sayang?"

"Aku bakalan tinggal dirumah kakak sepupu aku, jadi mulai besok kamu nunggu nya di halte dekat sini ya, ya ya? ".

" Tinggal lama disana? "

"Iya"

"Yaudah aku kesana ya baby"
"Love you".

" Hate u kang kardus".
Chan tertawa pelan.

Hangyul pacarnya?

Jawabannya enggak.

Emang gitu sih, hangyul itu sering manggil siapa saja dengan emblem beb, sayang, baby, cinta, dll.
Termasuk juga dengan chan.
Tapi Chan nya seneng kok dipanggil dengan sebutan itu oleh hangyul.
Yaiyalah, soalnya Chan dari dulu udah sayang sama hangyul, lebih tepatnya suka.

Tapi ya gitu, sayang sama hangyul itu butuh perjuangan,

gimana enggak, cewek atau uke yang baru dikenalnya aja udah dipanggil sayang sama dia.

Dan temen deket Chan pada ngebet dia juga, kan jadi kesel Chan nya.

"Sayang". Chan mendongakkan kepalanya, lalu tersenyum manis, mendekatkan dirinya kepada hangyul dengan malu-malu.

Hangyul mengacak rambut chan dengan gemas, memasangkan helm chan yang selalu setia disimpannya, ke kepala chan.

" Naik".

Setelah merasakan pelukkan dari chan, hangyul mulai menjalankan motornya dengan pelan.

Ngapain cepet-cepet, mending nikmatin dulu waktu bersama chan nya iya kan?

"Dasar anak SMA". Jun menggelengkan kepala, lalu menghidupkan mesin mobilnya, segera menyusul Chan dan hangyul yang sudah jauh.

🔹Monyet🔹 (Junchan) [Unb+The Unit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang