Final Part : Cure
1 bulan kemudian
"Udah siap belom?" Jungkook sudah berdiri di depan pintu dari 1 jam yang lalu, aku harus pergi sekarang.
"Hehe.. maaf ya, grogi nih." Dia tersenyum kecil.
Banyak yang akan aku lakukan hari ini. Contohnya memperkenalkan Jungkook pada ibu. Dia belum pernah bertemu dengan ibu sejak kejadian penculikan waktu itu. Berhubung hari ini adalah acara graduation, jadi akan aku gunakan untuk mengumpulkan semua orang yang aku cintai.
"Jadi.."
" Jadi apa ? " Aku terdiam untuk beberapa detik, situasi sempat canggung dan Jungkook tiba - tiba berkata seperti itu.
"Apa yang mau kamu lakukan setelah hari ini?"
"Setelah wisuda maksudnya?" Dia mengangguk.
"Entahlah, mencari kerja? Aku baru memulai langkah untuk memenuhi tujuanku ke kota ini." Aku benar kan? Selama masih sekolah aku tidak bisa mencari pendapatan sendiri, sekarang aku bisa.
"Ah..." Dia kembali terdiam.
"Kamu apakabar?" Aku melempar pertanyaan agar tidak terlalu sepi.
"Entahlah, itu yang aku pikirkan dari kemarin."
Aku dapat merasakan sesuatu yang kosong dalam diri Jungkook. Mungkin sama seperti yang aku rasakan sebelumnya.
"Kamu masuk duluan aja ya. Aku cari parkir." Tanpa balasan aku langsung keluar dari mobil.
Hari ini aku tidak bersama Ara. Kami sudah berjanji untuk bertemu di sekolah. Lagipula acara harus dihadiri bersama orang tua, jadi tidak mungkin nempel terus sama dia.
Aku turun cukup jauh dari sekolah karena parkiran sekolah pasti penuh. Apa lagi di acara yang hanya diadakan setahun sekali seperti ini. Banyak orang yang menatapku aneh, ada juga yang teriak - teriak sendiri. Karena hal itu aku lari.
"Yoongi!!" Setidaknya aku melihat Xavi memanggil dari jauh.
"Wahh ada apa dengan kamu hari ini? Kamu terlihat berbeda." Wajahnya mengkerut.
"Orang - orang banyak yang natap aneh gitu." Jawabku dengan nafas pendek.
"Bukan itu maksudnya ah." Wajahnya kian mengkerut.
"Lah terus apaan?"
"Tau ah." Lalu dia pergi meninggalkan aku.
"Sejak kapan orang - orang mendadak aneh gini sih?" Tanyaku emosi.
Aku akhirnya mendahului Xavi. Mana mungkin berantem di saat - saat terakhir seperti ini?
Dari jauh aku melihat kerumunan orang, lebih tepatnya siswa siswi yang sudah siap untuk mengikuti acara. Semua orang terlihat modis, dan tidak seperti biasanya. Semua berpakaian formal termasuk aku, tapi entah kenapa sepertinya aku satu - satunya yang berbeda dari yang lain.
"Woooo Min Yoongi, apa yang mau kamu lakukan?" Sapa seseorang dari belakang.
"Oh, Taehyung-ie. Wisuda kan? Kenapa?" Memangnya ada acara apa setelah wisuda?
"Tidak, aku hanya dititipkan pesan dari seisi sekolah. Kamu terlihat hebat hari ini." Berkatnya aku malu.
"Ah... tidak - tidak aku biasa saja, kalian juga heba-" Dari jauh aku melihat seorang wanita berjalan masuk sekolah.
Wanita tersebut tidak layak disebut siswa, lebih mirip seorang putri. Di saat yang lain memakai gaun dengan variasi warna, dia hanya memakai warna putih. Dia menyatu dengan baju yang dia pakai, cantik.
"Yoongi-ah?" Dia masuk dari pintu gerbang dan langsung mengarah padaku.
"Oooh, sekarang jadi lengkap, pangeran dan putri. Aku pergi dulu ya selamat bersenang - senang." Lalu Taehyung meninggalkan tempat. Aku tadinya enggan untuk berada disini bersama Ara, tapi aku akui dia orang yang baik.
"Kamu cantik." Kata itu keluar dengan sendirinya
"Kamu juga." Balasnya.
"Cie dibilang cantik." Sela Xavi entah dari mana.
"Eh monyet kalo mau nyempil ngode dong." Jawabku sinis.
"Sudahh, kalian berdua tampan kok, cantik juga tapi." Sela Ara yang kemudian tertawa lepas. Siapa sangka wanita yang sudah layak disambut kerajaan bisa tertawa lepas layaknya seekor kuda?
Acara akan dimulai beberapa saat lagi, aku Xavi dan Ara sudah siap di ruangan sekitar 10 menit sebelumnya. Kami mengambil kursi agak depan karena di belakang pasti ribut. Tapi siapa sangka kami malah jadi bahan pembicaraan. Lebih tepatnya aku dan Ara.
Aku sempat bertukar sapa dengan orang tua Xavi maupun Ara. Tapi aku belum melihat keberadaan ibu. Jungkook bilang dia terlambat karena terhambatnya kereta dari Busan.
Acara wisuda kali ini sangat meriah, bahkan banyak adik kelas yang mengisi acara, candlelight dinner, sampai lomba heboh, juga penampilan siswa lainnya. Kehadiran orang tua baru dibutuhkan saat acara puncak, penerimaan hasil kelulusan. Selama ibu datang di acara itu aku masih bersyukur.
"Yoongi-ah mana ibumu?" Tanya Xavi.
"Kata Jungkook dia masih di perjalanan, ada masalah di Busan." Jawabku santai.
"Ooh, ga sebaiknya kamu telepon dia?"
"Ah, iya juga." Aku langsung mencari tempat sepi untuk menelepon Jungkook.
"Bagaimana?" Ara tiba - tiba menepukku.
"Kalau dalam 10 menit dia belum datang, Jungkook akan menjemput ibu." Akhirnya kami kembali setelah beli beberapa makanan kecil.
***
Acara terus berlanjut, bahkan ada pengumuman untuk best partner. Aku dan Ara terus - menerus dipanggil ke depan. Mungkin aku terlalu berlebihan dalam konteks busana.
Setidaknya aku masih dapat tersenyum sampai acara puncak dimulai ditambah ibu yang belum datang. Aku sudah mencoba untuk menelepon Jungkook beberapa kali tapi tidak diangkat. Mungkin dia dalam perjalanan. Pikiranku jadi kacau saat itu.
Aku gelisah, tidak bisa tenang bahkan di saat aku sudah dipanggil. Alhasil aku maju seorang diri. Bahkan orang tuaku sudah dipanggil untuk maju. Tapi aku malah sibuk dengan handphoneku menelepon Jungkook.
"Halo?" Akhirnya dia mengangkat setelah belasan kali aku mencoba untuk meneleponnya.
"Bagaimana ibu?"
"Kereta yang ibu tumpangi mengalami kecelakaan. Semua penumpang tewas di tempat."
Aku pikir semuanya baru saja dimulai.
Tapi aku pikir ini adalah...
Akhir dari kisahku.
-- Cure --
Death is a pain that no one can heal
- ryndnns
KAMU SEDANG MEMBACA
Cure | Completed ✅
FanfictionLuka yang timbul di fisik itu sakit, namun luka yang tercetak di dalam batin akan terasa jauh lebih sakit. Sampai orang tersebut mengalaminya, tidak akan ada yang tau sakitnya luka batin. Sama seperti halnya trauma. Trauma mendalam telah bersarang d...