Part 13

10 0 0
                                    

Page 13 : Bangun

Ara's P.O.V

"Untung ga kenapa – kenapa.." Ucapku lega.

"Tadi juga aku panik. Dia tiba – tiba kejang." Hari sudah terlampau malam. Jadi aku memutuskan untuk tidak pulang, menemani Yoongi disini.

"Kalau kamu mau istirahat silakan. Aku tidak berpikir sedikitpun untuk tidur." Kataku. Jungkook sudah menunggu Yoongi cukup lama. Bahkan ibunya saja sudah kembali ke Busan.

Sudah jam 2 lag. Semua orang sudah terlelap. Tersisa aku yang masih duduk di sebelah Yoongi. Aku menggunakan kesempatan ini untuk berterimakasih mengenai coklat tadi. Banyak yang bilang orang koma itu jiwanya yang keliaran. Tapi dia bisa mendengar semuanya disekitar tubuhnya.

Yoongi's P.O.V

"Maaf kalau selama ini aku hanya selalu menyusahkanmu."

"Maaf kalau selama ini aku hanya menjadi beban di hidupmu."

"Seandainya saja aku bisa jadi lebih berguna."

"Sekarang kamu tidak akan terbaring seperti ini."

Ara?

Sudah sangat lama aku berjalan di lorong tak berujung ini. Tapi baru kali ini aku mendengar suara seseorang. Itu suara Ara kan?

Aku tidak ingat banyak kenapa aku bisa ada disini atau pun sejak kapan aku berada di tempat yang kosong seperti ini. Tempat dimana tidak ada emosi, tidak ada cinta, dan tidak ada siapapun.

Tapi akhirnya ada suara Ara yang membuat aku sadar.

Aku belum mati.

Aku hanya berharap dia terus berbicara. Aku mengikuti asal suara itu. Siapa tau dia dapat menuntunku untuk keluar dari dunia yang antah berantah seperti ini.

"Sekali lagi aku minta maaf Yoongi-ah."

Aishh, dia terus meminta maaf. Padahal aku tidak melihat ada kesalahan sedikitpun padanya. Bahkan dari nada bicaranya aku dapat merasakan ada air mata yang menetes.

Kata – katanya terhenti, berubah menjadi isak tangisan. Tidak terlalu keras tapi dapat aku dengar. Setidaknya aku dapat kembali ke dunia dimana semuanya berada.

"Yoongi-ah?"

"Yah Yoongi-ah!"

Isak tangisnya kembali jatuh tak terkendali. Aku baru dapat menggerakan tanganku. Padahal aku masih berada di luar kamar. Aku dapat melihat apa yang sedang terjadi di kamar itu.

Semua orang sedang tertidur. Xavi juga Jungkook ada disini. Apa selama ini aku berada disini? Lalu kenapa aku bisa ada di ruang kosong itu selama ini? Aku benar – benar harus menemui terapis.

Setelah sekian lama aku menatap pemandangan yang hitam pekat. Sekarang aku dapat melihat jelas. Walaupun sangat sulit untuk membuka mata, aku masih bersyukur bahwa aku masih hidup.

"A-Ara-y-ya?" Aku berusaha memanggil Ara dengan sekuat tenaga.

"Yoongi ? Kamu sadar?" Memangnya selama ini aku tidak?

Aku baru sadar aku sudah terbaring di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama. Sampai semua tubuhku terasa pegal. Semua orang sedang tertidur sekarang jadi aku menyuruh Ara untuk diam tentang hal ini. Mereka akan tau ketika mereka sudah bangun nanti.

Aku melihat ke arah jam dan sudah jam 3 lebih tapi Ara belum tidur seperti yang lain. Akhirnya dia menceritakan semuanya sampai matahari mulai terbit.

Selama ini aku koma. Kalau dari yang aku rasakan aku masih tetap sadar, hanya berada entah dimana. Koma itu ternyata berbeda tadi sekedar tidak sadarkan diri seperti pingsan atau tidur. Tubuhmu akan terus bekerja seperti biasa tapi tidak mampu berbuat apapun.

Jadi setelah sekian lama Ara menceritakan kronologisnya aku kembali tertidur. Begitu pula dengan dia. Tidak lama kemudian Xavi dan Jungkook bergantian menjagaku. Mereka belum tau kalau aku sudah sadar.

"Hh... sampai kapan kamu mau berada di sini?" Ucap Jungkook dengan nafas panjangnya.

"Sebentar lagi kita akan lulus Yoongi-ah... Kecuali kalau kamu terus seperti ini.." Ah sekarang sudah mau kelulusan ya?

"Kita akan lulus bersama." Ucapku pelan.

"Eh? Yoongi-ssi?" Mereka berdua langsung bangkit dari duduknya.

"Kamu sudah sadar?" Xavi bilang sambil menepuk wajahku.

"Sakit woi..." Ucapku lemas. Aku belum bisa beraktifitas normal seperti biasa. Seluruh tubuhku terasa berat.

Setidaknya dalam beberapa hari kedepan aku akan bisa kembali. Dua bulan berada di rumah sakit ini akan menjadi pengalaman teraneh yang pernah aku rasakan. Mungkin udara kota akan terasa sangat segar ketika aku keluar dari sini.

***

"Ahh, jadi begitu ya." Sekarang aku bisa bernafas lega.

"Iya, kalau engga aja polisi kamu tidak akan ada di sini sekarang. Tapi di kuburan." Ucap Jungkook dengan santainya.

Aku seharusnya berterimakasih pada Namjoon. Peran yang dia lakukan sangat kecil tapi sangat membantu. Khususnya dalam menyelamatkan aku.

"Kata Ara kamu yang menjaga aku selama ini. Apa itu benar?" Dia mengangguk pelan.

"Ah.. terimakasih ya." Mungkin aku memang dapat mempercayainya sekarang.

"Sekarang kita bisa dibilang satu keluarga, aku sudah tidak punya siapa – siapa lagi." Mendadak suasana menjadi sedih.

"Jimin?"

"Ah, dia dibawa pergi oleh ibu entah kemana. Mungkin ke luar kota, atau lebih baik keluar negeri."

"Padahal dia hanya korban dari si psikopat itu." Aku dapat merasakan sisi baik yang Jimin punya. Bahkan dia populer di sekolah karena kebaikannya. Mungkin kedepannya aku tidak memiliki rival di sekolah.

"Ahh... Sekarang coba hyung jelaskan apa yang hyung rasakan selama 2 bulan ini." Dia terlihat antusias sekarang, perubahan mood yang cepat.

"Hmm... aku seperti berjalan di tempat yang gelap. Tidak ada siapapun di sana jadi aku terus berjalan tanpa perasaan, dan waktu." Belum 5 menit dia mengatakan aku sebagai hyungnya dan sekarang dia terlihat sangat lucu dengan tingkahnya. Aku pikir dia orangnya blak – blakan dan dingin.

"Sampai akhirnya aku mendengar suara Ara. Aku mengikuti asal suara itu dan suara itu menuntunku kembali kesini. Anehnya aku dapat melihat tubuhku sendiri dan Ara yang terisak – isak tangisannya. Kamu dan Xavi juga sedang tertidur waktu itu." Ceritaku hanya sampai disitu, tapi Jungkook masih memperhatikan dengan mata bulat besarnya.

"Aigoo, kedua kakak beradik ini lucu juga yaa." Ucap Ara yang datang entah dari mana.

Setelah pengalaman hampir membunuh orang lain dan hampir terbunuh oleh ayahku sendiri dan juga berjalan di ruangan yang gelap tanpa emosi akhirnya aku dapat merasakan kebahagiaan lagi.

Sekarang aku punya adik. Walaupun tidak secara resmi menjadi adikku tapi setidaknya aku punya orang yang menyayangiku.

Semua kesenangan itu bertahan setidaknya sampai aku ingat ibu. Apakabar dengannya? Apa dia sudah tau kalau aku sudah terbangun? Aku yakin dia pasti masih khawatir.

Cure | Completed ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang