Moment

134 8 0
                                    

Sejujurnya aku bingung dan mungkin ga tau harus dari mana memulainya, karna beberapa moment itu sudah hilang bersama dengan dia..

Iyaa dia, seseorang yang cukup mendominasi isi hatiku sampai saat ini.

Jika dijelaskan. Orang yang supel, mengemaskan, tak ada yang tidak kenal dia, semua pasti kenal dari angkatan atas sampai angkatan bawah. Yaa walaupun terkadang dia suka diam, seperti orang yang sok misterius.

Dia orang yang baik hati, tapi bodoh. Menurutku! Karna dia itu tipe manusia yang tidak bisa mempertahankan pendapatnya! Makanya aku bilang dia itu bodoh! Tapi jangan salah dalam hal pelajaran. He is the number one.

***

Hari itu di sekolahku mengadakan acara, doa bersama untuk kelulusan angkatan atas. Aku belom mengenalnya dengan jauh, hanya tau namanya. Tapi saat itu lah pertama kalinya kita bicara.

"Jihoon-ah! Kita belum pernah berfoto, boleh aku berfoto denganmu?" untuk pertama kalinya suaraku memanggilnya. Memanggil namanya, memintanya berfoto denganku? Hei! Ada apa denganku?

"Tentu. Tapi cepatlah aku masih sibuk" jawabnya. Aku bisa melihatnya, dia tengah membantu panitia mengembalikan beberapa barang atau pun alat yang tadi dipakai. Memang dasar aku saja yang tidak tau sikon! Biarlah.

*cekrek*

*cekrek*

"Hei ganti gayamu! Kau monoton sekali, jangan kaku!" suruhku

*cekrek*

*cekrek*

"Coba liat? Hahaha aku hanya mengganti pose ditanganku, sudah yaa aku masih harus membantu para panitia" ketika melihat hasil potonya dia tertawa dan langsung pergi tak lupa aku mengucapkan terima kasih.

Setelah itu kita hanya tau nama masing-masing tanpa pernah bertegur sapa lagi. Tidak tidak, saat itu aku belum menyukainya. Belum.

***

Detik, menit, jam, hari, bahkan bulan pun terus berganti.. Sampai setahun sudah, dan tetap sama tak ada tegur dari kita berdua, bahkan ketika hanya ada aku di teras kelas dia tak bertanya atau sekedar memberi info atau menyuruh memanggilkan teman. Tapi, saat itu, saat dimana kita berasa di kelas akhir yg tandanya kakak tertua yang siap untuk dilepaskan.

Dia menaiki tangga, menyelusuri teras-teras kelas. Aku berdiri dekat jendela kelas sebelah, ada raut ragu darinya.. Antara bertanya atau tidak. Tapi aku diam hanya membaca rautnya, sampai teman sekelas ku datang, dohye. Dohye bahkan tak tau bahwa ada jihoon yg sedang ragu disitu. Dia, jihoon memanggilnya.

"Dohye-ah, apa ada seungkwan di kelasmu?"

Apa? Dia bertanya pada dohye? Hei jelas-jelas aku yang dari tadi ada disana, bahkan sebelum dohye datang, dan juga notabennya teman sekelas seungkwan. Dan dia tidak bertanya padaku? Fine. Apa peduliku.

Dari kejadian itu aku tidak pernah memperdulikan dia, dulu pun. Aku tak pernah perduli dengannya.

***

Hari itu tiba, tepat satu tahun acara doa bersama. Tapi bedanya kali ini kami lah yang didoakan oleh adik tingkat.

Hari itu cukup ramai, untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama aku mencoba memanggil namanya, aku hanya ingin menciptakan suasana pertemanan. Tidak ada hal terselubung.

"Jihoon-ah! Boleh aku berfoto denganmu?" pintaku.

"Tentu, tapi ada syaratnya"

"Apa itu? Jika hal yang tidak-tidak aku tidak mau"

"Jika berfoto denganku kau harus merangkul tanganku"

Hei apa itu? Rasanya setelah ia mengatakan itu ada semurat panas mengalir didalam diriku, dan seolah memusatkan di pipiku. Dan aku dengan sangat baik hati menurutinya, dengan mengandengnya, dan berpose saja mencoba ngengendalilan gemuruh hebat di dalam hatiku. Setelah kita mengabadikan satu moment itu, aku mencoba mengajaknya bercakap-cakap, tak penting sih, tapi aku suka. Suka caranya dia tersenyum dan menghilangkan bola matanya.

"Semoga kau lulus dengan nilai yang bagus, jihoon-ah"

"Kau juga, rajinlah belajar" jawabnya

"Baiklah"

Kita bungkam, tak ada yang mengeluarkan suara, tak ada tanya lagi. Ya tuhan, disaat seperti ini kenapa aku merasa dunia terasa sepi, seperti hanya ada aku dan jihoon.

"Aku harus pergi, ah jangan lupa kirimkan fotonya ya" langsung saja dia pergi meninggalkan ku yang seolah membisu.

Malam harinya setelah semua selesai, saatnya aku beristirahat.
aku tidak lupa untuk mengirimkan fotonya. Berharap dia akan berbasa-basi. Dan benar saja kami menjadi cukup dekat beberapa bulan sebelum kelulusan. Kita belajar bersama, bertukar pikiran, dan bercanda. Bertukar tawa. Dan sepertinya benih merah muda mulai tumbuh dihatiku, membersihkan rumah hati yang sepi, dan mengisinya dengar warna-warna. Tapi itu tak bertahan lama, aku dengar jihoon dekat dengan seorang gadis. Ya tuhan, cukup membuatku uring-uringan beberapa hari. Untung saja ujian akhir sudah kelar tinggal lulus saja. Uhh rasanya aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.. Percepatlah kelulusan ini dan aku akan terbebas darinya!

***

Benar saja aku sukses menjauh darinya, seolah kita tak pernah kenal. Bahkan sampai kelulusan itu tiba.

Aku tak mendengar kabarnya lagi, sampai terakhir ku dengar jihoon pergi ke jepang, meneruskan kuliah disana. Sedih? Iyaa, marah? Tidak, aku hanya merasa terlambat. Bahkan aku tak sempat mengucapkan kalimat perpisahan padanya..

Dan hingga saat ini yang ku tau, jihoon sedang berada dijepang. Melanjutkan studi dan hidupnya disana..

Dan aku masih tetap disini, bertahan dengan perasaanku. Melanjutkan hidupku, berusaha terlihat biasa saja. Dan yang pasti masih tetap menunggu, menunggu kapan waktu akan menghapusnya dari catatan histori ku. Karna moment ku dengannya sudah habis..

P.S!!!
Maaf yaa garing😅
Cerita kebut sejam soalnya.
Ini aja cuman 820 kata.
Selamat membaca

Moment [SVT FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang