Part9~ Night With You

13 1 0
                                    

Belum diedit ..Maapin yaa telat mulu:((
Happy reading***

"Mau mampir dulu? Sambil nungguin orang Rumah jawab? Ga baik diluar sendirian. Sudah malam."

Lebih ga baik lagi kalo aku berdua sama kamu malem-malem, Bang.

"Ga usah. Nanti ngerepotin".

"Ngga papa. Kita kan tetanggaan"

Kesana ga ya? Mau kesana tapi takut khilaf. Mau disini tapi takut gelap.

"Gapapa nih? Ga ngerepotin?" Aku mencoba meyakinkan sekali lagi.

"Gapapa, yu".

Aku mengekorinua. Sampai di depan Rumah nya. Aku masih ragu. Takut nya ganggu malam-malam gini. Apa kata orang? anak gadis di Rumah cowo malem-malem? Gimana ya? Terus gimana kalau orang tuanya nyangka aku yang engga-engga.

"Ngapain bengong? Yuk masuk".

"Ahh iya".

" Duduk dulu ya, Guejemputlakang dulu."

Sementara dia ke belakang aku terus memandangi sekeliling Rumahnya. Takjub. Tidak mewah tapi terkesan elegant.

Tunggu, ini photo Babang waktu kecil? Lucu beud aww. Jadi Pen bawa pulang...

Aku terkekeh dalam hati. Eh ngomong-ngomong Babang Irfan koq ga balik-balik ya? Boker Kali ya?

"Maaf lama".

"Eh, gapapa, Bang"

"Yaudah diminum dulu, Syill".

Dia tau nama gue? Ko jadi dagdigdug gini ya?

" Bang, kaya nya udah malem deh. Gue pulang dulu ya".

"Yakin? Emang gerbang udah dibuka?"

"Kepo ah. Btw makasi ya minumnya. Duluan ya, Bang? Wassalam".

"WaalaikumSalam".

Aku dengan cepat berlalu. Dengan begitu aku bisa lebih cepat pula menetralisir detak jantungku. Iya, detak jantungku yang sedari tadi berpacu tak menentu. Seatap sama Babang Irfan bikin perasaan campur aduk ga karuan.

"Aduh mesti gimana nih?".

" Bunda awas ya kalo nanti bangun! Liatin aja".

Tidak ada pilihan lain. Satu-satunya jalan ya lompat pagar.

Bismillah.

Dengan sekali hentakan. Aku memanjat pagar Rumah. Tidak susah memang. Toh ini juga bukan pertama Kali nya aku manjat-manjat kaya gini. Saat sampai di atas puncak. Aku meloncat ke dalam.

"Alhamdulillah. Sehat, sentosa, damai, sejahtera".

Dengan senang gembira aku berjalan menuju pintu rumahku. Yang ternyata dikunci pula. Mesti ditelpon lagi dong?

" Tunggu? Handphone gue? Si anjir gue lupa tadi tas gue di lepas kan ya?"

"Nyari ini?"

Di luar gerbang tengah berdiri seseorang dengan melambaikan tas kecil Ku. Siapa lagi kalau bukan Babang Irfan?. Tercyduk deh ya. Akhirnya kuputuskan untuk berbalik arah. Menuju ke arahnya.

"Ehh Bang. Makasi ya".

"Gue kira Lo udah dibukain gerbang. Ga nyangka lo bisa naek-naek gerbang kaya gini".

Itu pujian atau sindiran ya?

"Ahh biasa aja, Bang. Gue sering naek ginian ko."

"Lo unik ya". Ucapnya sambil tersenyum.

"Unik atau aneh?".

" Dua-duanya". Dia tertawa.

Aku hanya memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Disatu Sisi, aku terpesona. Pasalnya baru Kali ini aku lihat dia tertawa lepas dihadapanku. Tapi di Sisi lain, aku kesal juga. Dibilang aneh tadi. Hellow emang situ perfect?

"Ngapain bengong? Perasaan Lo banyak ngelamun dari tadi."

Iya, aku terpesona bang, sulit untuk berkata-kata.

"Gapapa Bang. Cuman mikirin gimana masuk Rumah. Besok pasti kesiangan. Kurang tidur, Hari senin, Macet, Upacara."

Tidak sebenarnya bukan itu yang ingin Ku katakan. Tapi hari Dan logika Ku tidak selaras. Hatiku berkata iya. Namun Logila berteriak jangan.

"Ohh yaudah kalo soal besok, Gue bisa anterin Lo naik motor. Ga usah cemas".

Ahh? Ga salah denger kan? Gue emang budeg tapi gue yakin Kali ini ga salah denger. Dia mau anterin gue? O M G !!

" gausah ah. Gue banyak ngerepotin Lo, Bang."

"Gapapa Kali, sans aja. Nanti Gue jemput ya".

" Oh iya, Bang. Makasi sebelumnya."

"Iya. Btw Lo masuk lewat mana? Ga ngedobrak pintu kan?"

"Ngga lah. Biasanya sih Gue suka bongkar engsel pintu. Maklum anak TKJ bawa obeng mulu."

"Seriusan? Ga nyangka (lagi). Sekarang bawa obengnya?"

"Ya engga lah."

"Nah terus?"

"Gue bisa buka kuncinya pake ini". Aku mengeluarkan jepit dari tas Ku.

" Buset. Lo persis kaya maling, Syill." Serunya sambil tertawa.

"Makasih pujiannya. Aku merasa tersanjung".

" Yaudah. Semangat, Syill. Gue liatin Dari sini sampe Lo berhasil buka pintu nya."

"Oke". Aku Segera berlari ke arah pintu Rumah.

Kutarik gagang pintu. Lalu kumasukan jepit tadi ke dalam  lubang. Lubang kunci ya teman-teman. Setelah itu, korek-korek-korek. Pingpingpong. Pintu terbuka. Jangan ditiru adegan ini. Hanya dilakukan oleh orang professional.

Setelah pintu terbuka, aku melambaikan tangan Ku. Dan dibalas dengan tanda oke dari nya. Dia mengibaskan tangan memberiku isyarat untuk masuk. Aku pun mengangguk, dan mengibaskan tanganku pula berniat menyuruhnya pergi. Setelah menerima respon darinya Aku Segera masuk ke Rumah.

Ko berasa gagu ya?

----_________-------

Sabar Ini UjianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang