29

331 31 0
                                    

Author's Pov*

Semenjak Laura tinggal bersama Rangga, ia sekarang semakin mandiri. Laura bahkan nyaman tinggal bersama Rangga, Laura selalu menghabiskan waktunya bersama Rangga. Selalu seperti itu, sehingga Laura tidak merasakan kesepian lagi. Laura bahkan tak ingin kembali kerumahnya. Bukan karena ia tidak menyayangi orangtuanya, hanya saja ia bisa menghabiskan waktu yang absurd menjadi sesuatu yang luar biasa jika bersama Rangga.

Sama halnya dengan Rangga, ia selalu bersemangat melakukan sesuatu bila bersama Laura. Rangga selalu menyelipkan kode tentang perasaannya di setiap percakapan antara dirinya dan Laura. Namun Rangga belum melihat respon Laura, itu yang membuat Rangga semakin bimbang, apakah Laura menyukai dirinya juga? Bukti yang diberikan Rendy belum tentu cukup baginya.  Rangga takut jika memang kenyataan Laura yang menyukai dirinya tetapi tak menerimanya karena kesalahan yang lalu. Lebih baik ia tidak memberi tahu perasaannya jika Laura tak bisa menerimanya. Ia harus membuktikannya sendiri.

Perjalanan kisah yang rumit, Rangga yang menyadari bahwa Laura telah menyukai tetapi ia tidak tahu jika Laura menyayangi dirinya. Sedangkan Laura mengurungkan niatnya untuk memberi tahu perasaannya karena takut ia dan Rangga berjauhan karena perasaannya, sementara Rangga menginginkan perasaan yang sama.

Entah sampai kapan mereka ditutupi dengan ketakutan, namun Rangga selalu menyelipkan kalimat 'jika Laura jodoh gue, pasti ada cara supaya gue bisa bersatu, serumit apapun itu' di setiap malamnya ketika tidur.

-

Disini lah Laura merenung di dalam kegelapan malam di temani dengan pikirannya yang sedang kacau menurutnya.

Bagaimana tidak? Ia mendapat telfon bahwa orang tua Laura dan Rangga akan tiba besok hari. Dan yang pasti, Laura tidak tinggal bersama lagi dengan Rangga.

Beberapa kali Laura menghela napasnya gusar, ia sangat merutuki hal ini.

Mengapa ketika memang sudah nyaman harus pergi?

"Besok gue udah pasti gak tinggal disini lagi. Hffttt.. berarti malam gue gak seindah malam-malam kemarin" gumam Laura.

"Mending gue habisin waktu sama Rangga sebelum pergi"

~Dilain Tempat~

"Anjir"

Entah sudah berapa kali Rangga mengumpat di ruang keluarga yang sepi bersama dengan kenyataan hal yang harus ia jalani. Kenyataan bahwa ia tidak tinggal bersama Laura lagi.

Apa yang harus Rangga lakukan?

"Gak mungkin gue bilang gini 'mami, papi! Laura tinggal sama Rangga aja deh' kan gila guenya. Lagian Mami Papi pasti kangen banget sama Laura. Mama Papa juga kangen sama anaknya yang ganteng ini. Hahaha" tawa hambar Rangga.

"Rangga!!!" Teriak Laura membuat sang empunya nama terkejut.

"Toa amat lo"

"Sensian amat lo"

"Kenapa?" Tanyanya tak mengindahkan kalimat Laura barusan.

"Jalan yok! Bosan ni.." ucap Laura memelas.

'Yang gini-gini gue suka ni'
Udah pasti tau siapa yang membatinkan.
Ya, Rangga.

"Kemana? Gue mager tau gak" ucap Rangga jual mahal.

"Yeee si kampret. Gausah pakai acara mager-mager napa. Mak gue hamil gue aja gak pernah mager"

"Jadi lo samain gue sama mak-mak hamil?"

"Menurut lo?"

"Ck! Yaudah ayok"

"Yes... gue siap siap dulu. Dadaahhh"

PATIENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang